Part 5

13K 1.4K 49
                                        

Sudah pernah tamat di watty, bisa di beli di playstore buku https://play.google.com/store/books/details?id=yKRjDwAAQBAJ atau suka versi pdf orginal bisa beli wa +62 822-1377-8824





Waktu terus berputar akhirnya acara akad nikah tiba juga di selenggarakan di rumah Navya, Dimas terlihat tampan mengenakan jas nya dan sementara Navya sangat cantik dan anggun dengan gaun kebaya melekat pas di tubuhnya.

Ijab qabul di ucapakan dengan lugas dan sangat jelas, semua saksi mengatakan sah, tuan Javera tersenyum haru menatap Navya dan Dimas saling lempar pandang. Acara akat nikah juga di hadiri sang adik Fajar yang awalnya terkejut dengan keputusan  kakaknya yang mendadak melangsungkan pernikahan tanpa melibatkan dirinya.

Tapi saat Navya mengatakan tidak ingin mengganggu waktu Fajar di situ lah perasaan Fajar merasa di centil halus oleh Navya.

Memang Fajar akui saat ia di beri amannah kakek mereka memimpin perusahan, waktunya hampir tidak pernah ada untuk Navya, sekedar menelpon Navya pun sangat jarang berbeda waktu dia berkuliah dulu Fajar seperti bodyguad selalu bertanya tentang Navya.

Fajar melirik istri nya yang duduk di samping, ia juga kasihan pada isrinya bernama Aliyana, yang penuh sabar menghadapi Fajar, mungkin sakarang Fajar lebih pintar membagi waktu untuk keluarganya agar kelak ia tidak menyesal di kemudian hari.

Acara pernikahan kemudian di lanjutkan langsung di gedung yang beberapa minggu lalu sudah di sewa untuk resepsi Navya dan Dimas.

Hampir lima ratus tamu undangan yang hadir memberi doa restu pada mereka.

Navya sudah berganti pakaian dengan gaun putih yang membuatnya terlihat sangat cantik.

Waktu terus bergulir hingga resepsi berakhir, Navya meminta Dimas untuk pulang ke rumah, karena ia sudah terlalu lelah.

Mereka berpamitan pada tuan Javera dan ibu Hainun yang masih di tempat resepsi bersiap akan pulang sebentar lagi.

"Semoga kalian bahagia." kata Hainun saat Navya mengecup pipi wanita paruh baya itu.

"Terima kasih bu, ibu apa mau tinggal bersama kami." tawar Navya membuat Dimas terperangah, walau pernikahan ini sandiwara ternyata Navya sangat menghormati ibunya.

"Tidak perlu nak, ibu lebih suka tinggal di rumah." tolak Hainun.

"Kalau ibu mau menginap, ibu tidak perlu sungkan." kata Navya.

"Iya Navya, terima kasih." kata Hainun.

"Aku permisi bu." kata Dimas mencium punggung tangan ibu nya.

Mereka pulang menggunakan mobil sport yang di supir Dimas sendiri, tidak berapa lama mereka sampai di kediaman rumah mewah Navya.

Dimas membuka pintu mobil, mempersilakan Navya keluar dari dalam mobil.

"Terima kasih Dimas." kata Navya.

Saat nya Navya dan Dimas istirahat di kamar Navya yang sudah di sulap menjadi kamar pengantinnya.

Dimas melangkah canggung saat Navya menarik tangannya masuk ke dalam kamar.

Dimas masih berdiri memperhatikan Navya yang mengunci pintu.

Kenapa jantungnya terasa berpacu lebih cepat saat berduaan di kamar dengan nonanya ini.

Navya tidak memperhatikan ekspresi wajah Dimas yang menegang, Navya memilih melangkah ke meja riasnya membuka sanggul rambutnya sendiri.

Pakaian dan make up yang Navya kenakan tidak terlalu ribet, jadi Navya tidak perlu tata rias membantu nya.

Gerakan tangan Navya terhenti saat ingin melepaskan gaun pengantinnya, ia memperhatikan Dimas, yang sejak dari tadi berdiri bergeming telihat kebingungan seorang diri.

"Dimas!" seru Navya lembut menoleh pada pria itu yang sudah sah menjadi suaminya.

"Kok diam saja, tidak mau mandi dulu terus tiduran." kata Navya.

"I..ya, dimana kamar mandinya?" tanya Dimas gugup.

"Disana." jawab Navya menunjuk pintu kamar mandi.

"Terima kasih." Dimas buru buru melangkah lebar ke kamar mandi, menutup pintunya rapat membuat Navya tertawa dalam hatinya.

Entah kenapa ia bahagia melihat ekspresi polos Dimas, baru kali ini ia bertemu dengan pria yang menurut Navya lumayan tampan tapi tidak sombong malah rendah hati dan sangat sopan.

Kehidupan Navya penuh dengan pria yang arogan dan berkuasa, membuat Navya muak dengan pria seperti itu yang hanya mengandalkan uang untuk kepuasan semata.

Navya menatap pantulan dirinya di dalam cermin, wajahnya berubah awan mendung kesedihan, hatinya tiba tiba berdenyut sakit, Navya menyangga tubuhnya menekan kedua telapak tangannya di atas meja rias, mencoba mengusir ingatannya tentang masa lalu yang mampu membuatnya terpuruk lagi.

Semua sudah usai, dan tidak akan kembali sedia kala, sudah saat nya Navya bangkit, ia memang membenci namanya lelaki tapi tidak berlaku bagi Dimas.

Dimas pria baik yang bersedia membantunya, maka Navya akan memperlakukan Dimas juga baik.

Navya akan menjadi istri yang semestinya walau pernikahan ini hanya sebatas sandiwara, Navya hanya ingin membuat Dimas tidak tertekan menjalaninya sampai akhir kontrak nanti.

***

Dimas masih enggan beranjak keluar dari kamar mandi, jujur ia gugup dan salah tingkah, ia masih tidak mempercayai mereka sudah sah menjadi suami istri.

Pintu di ketuk pelan, pastinya Navya lah yang mempertanyakan keberadaannya karena terlalu lama di dalam kamar mandi.

"Dimas kamu baik baik saja? aku mau gunakan kamar mandinya." kata Navya dari luar.

"Tentu, a..aku baik, sebentar lagi aku..akan keluar." kata Dimas kemudian membuka pintu lalu keluar mendapati Navya yang sudah mengenakan gaun tidurnya.

Dimas langsung merunduk karena lekuk tubuh Navya terlalu nampak di penglihatannya.

Gaun tidur itu sangat seksi hampir tidak bisa menyembunyikan tubuh molek Navya.

Navya mengangkat alisnya ke atas menyadari perubahan sikap Dimas tapi ia tidak berkomentar, ia melewati Dimas masuk ke dalam kamar mandi lalu menutupnya pelan.

Setelah membasuh mukanya dan menggosok gigi Navya keluar dari kamar mandi, keningnya mengerut memperhatikan ke tempat tidur Dimas sudah tidur membelakanginya.

Navya menghela nafasnya ikut bergabung tidur di samping Dimas tanpa berniat mengganggu Dimas.

Navya mematikan lampu kamarnya, suasana kamar senyap.

Dimas membuka matanya perlahan, sebenarnya ia belum tidur bahkan tidak bisa tidur, semua terasa asing baginya, bisa kah ia kelak melewati seiring berjalannya waktu.

Di pesta tadi hanya beberapa yang mengaku teman Navya yang datang, kebanyakan kolega tuan Javera dan tuan Fajar.

Ada apa dengan nona Navya mungkinkah dia tidak mempunyai banyak teman, atau mengetahui siapnya yang jutek nona Navya terlalu sombong menjalin perteman dengan orang lain?

Dimas memalingkan tubuhnya memperhatikan Navya yang sudah tertidur.

Cantik, memang sangat cantik saat tertidur seperti ini Navya layaknya putri yang terlihat polos lepas dari semua sifat arogan nya.

Dimas memang menyukai Navya tapi rasanya terlalu sulit menggapai hati wanita ini.

Mungkin butuh perjuangan, Dimas akan berusaha mencairkan keras nya hati Navya untuk mencintai dan di cintai.

"Kamu belum tidur Dimas." kata Navya masih dengan mata terpejam.

Dimas memerah, ia ketahuan memperhatikan Navya buru buru ia membalik badannya lagi.

"Tidur lah aku sangat lelah." kata Navya merapatkan tubuhnya di belakang Dimas hingga Dimas menghangat.

Navya....

Suami Satu TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang