Sejak siang para pelayan bertanya tanya untuk apa nona majikannya meminta memasak banyak, selentingan kabar ada yang mengatakan calon suami nona Navya akan bertamu kerumah.
Tentu hal ini sangat mengejutkan seluruh penghuni rumah terutama tuan Javera yang baru keluar dari rumah sakit.
Terlihat tuan Javera lebih bugar dari biasanya, bersantai di ruang keluarga sambil bercengkrama dengan Navya, entah apa yang di bicarakan antara kakek dan cucu itu, beberapa pelayan sekilas menguping dan membenarkan nona Navya akan segera menikah.
Mereka bertanya tanya siapa calon suami nona Navya, pasti mereka semua tidak sabar menunggu sampai malam tiba melihat sosok pria yang pasti nya tampan dan berkelas.
Memang sudah saat nya nona Navya menikah di umur menginjak 28 tahun, lagian rumah ini sepi sejak tiga tahun terakhir saat tuan Fajar menikah, hanya seminggu sekali tuan Fajar bertamu ke rumah melihat keadaan tuan Javera kakek mereka, selebihnya adik kandung nona Navya terlalu sibuk mengurus perusahaan dan keluarga kecilnya sementra nona Navya lebih santai mengurus beberapa butiknya dari pada meneruskan perusahaan milik sang kakek yang di emban kan pada tuan Fajar.
Dimas menghela nafasnya, ia tidak mau buka suara saat semua pelayan menebak siapa calon suami Navya, kalau saja mereka tau dirinya lah yang di bicarakan, mungkin mereka ada yang muntah atau pingsan karena Dimas tau diri, dia bukan pria kaya raya dan berkuasa yang layak mendampingi Navya.
Dimas melangkah gontai, hari ini ia memang hanya bekerja sampai jam makan siang, ia bersiap siap pulang, saat ia ingin keluar dari gerbang rumah, namanya di panggil bi Emi.
"Dimas tunggu, nona Navya memanggil mu." kata bi Emi tergopoh gopoh menghampiri Dimas.
"Nona nya dimana?" tanya Dimas.
"Di kamarnya."
"Dimas menengadah menatap jendela kamar Navya yang berada di lantai atas, terus Dimas mengangguk melangkah kan kakin nya masuk ke dalam rumah.
Dimas ragu menaiki anak tangga, jantung nya berpacu cepat untuk apa nona Navya memanggilnya, akhirnya ia sampai juga di depan pintu kamar Navya, mengetuknya pelan tidak lama pintu terbuka Dimas tercekat pada sosok Navya yang cantik terlihat seksi di balik gaun nya.
"Masuk lah Dimas." kata Navya membuka pintu lebar, setelah Dimas masuk pintu kembali di tutupnya.
"Ada apa nona memanggil saya."
Navya melangkah anggun ke lemari, mengeluarkan sesuatu lalu meletakannya di atas tempat tidur.
"Itu jas yang pasti berkualitas bagus untuk kamu kenakan nanti malam, kamu bisa mencobanya dulu, kalau kamu tidak suka atau kurang cocok aku bisa menukarnya dengan merek yang lain." kata Navya.
Dimas mengerutkan keningnya, melirik pada jas itu, lalu ia menatap Navya dengan pandangan sedih.
"Nona, saya tidak perlu mengenakan jas, karena apapun yang saya kenakan tidak akan menyamarkan siapa saya sesungguhnya, semua pelayan tau siapa saya, baik nona pikirkan andai pernikahan ini hanya membuat nona malu saya tidak mengapa harus batal." kata Dimas.
Navya bergeming, meresapi apa yang di katakan Dimas, benar kata Dimas kenapa ia seolah ingin mengubah jati diri seorang Dimas dan seharusnya ia tidak melakukan hal itu.
"Saya permisi nona." kata Dimas.
"Tunggu." Navya buru buru melangkah berdiri di depan Dimas.
"Maafkan aku kalau hal itu menyinggung perasaan mu, sungguh aku menyesal."
"Tidak apa nona." kata Dimas.
"Tapi kamu akan tetap datang malam ini kan bersama ibu mu?" tanya Navya penuh harap.
"Iya nona, saya akan datang." kata Dimas meyakinkan Navya.
"Terima kasih." Navya memeluk Dimas membuat mimik wajah Dimas memerah, rasanya aliran darahnya berdesir saat harum tubuh Navya tercium jelas membuatnya nyaman.
"Terima kasih." gumam Navya lagi mempererat pelukannya yang sama sekali tidak di balas Dimas.
***
Sepeda motor yang membonceng ibunya sampai di halaman rumah Navya.
Ibu Dimas bernama Hainun terperangah sesaat, ia menatap Dimas penuh tanda tanya.
"Nak ini rumah siapa? calon istri mu?" tanya Hainun.
"Iya bu,"
"Kamu serius, apa kita tidak malu maluin, calon istrimu orang kaya nak." kata Hainun cemas.
Dimas tidak mengatakan padanya akan menikahi wanita kaya raya, ini memang salah Hainun yang seharusnya ia bertanya banyak tentang calon istri Dimas sebelum menyetujui datang kemari meminang wanita itu.
"Ibu tenang saja, dia wanita yang baik bu." kata Dimas menyentuh pundak ibunya menenangkan ibunya.
Hainun mengangguk, ia menurut saja saat Dimas mengajaknya masuk ke dalam, ternyata kedatangannya sudah di tunggu Navya berserta kakeknya.
"Calon suami ku sudah datang kek." kata Navya menyambut kedatangan Dimas dengan ibunya.
Javera berdiri di bantu tongkatnya, tersenyum lebar dari kejauhan tapi saat Dimas berdiri di hadapannya wajahnya seketika datar melirik pada Navya.
"Dia Dimas?" tanya Javera pada Navya.
"Iya kek dia calon suami Navya."
Kedua mata Javera hampir melotot terkejut, ia tidak menyangka pelayan selama berapa bulan bekerja di tempat nya ternyata menjalin hubungan khusus dengan cucunya."
Javera sosok yang bijak, memang ia sedikit shok mengetahui semua ini, tapi dengan tangan terbuka ia menjamu Dimas dan Hainun.
Hainun begitu sungkan menikmati makan malam, ia tidak pernah bermimpi akan satu meja makan dengan orang kaya sekali pun.
"Jadi saya dan Dimas akan mempercepat penikahan ini." kata Navya buka suara karena tidak ada tanda tanda Dimas buka suara.
Hainun melirik pada Dimas, ia tidak berani bersuara berapa mahar yang harus di berikan, karena memang ia tidak memiliki uang untuk menikahkan putranya.
Dimas hanya mengatakan mempunyai uang tabungan untuk acara pernikahannya nanti.
"Benar tuan Javera, sekiranya tuan berkenan menerima lamaran saya untuk mempersunting cucu tuan Navya." kata Dimas gugup.
Javera menghela nafasnya, ia tidak bisa menghalangi dua sejoli di mabuk asmara, mengingat dia dulu mencintai mendiang istrinya bukan lah dari kalangan orang berada dan keluarganya dulu sangat menentang keras tapi Javera membuktikan cinta mampu membuatnya lebih sukses dan bahagia.
Javera malah senang melihat Navya mau serius membina rumah tangga yang selama ini anti dengan seorang pria, sampai Javera beberapa kali menjodohkan Navya dengan anak atau cucu rekan bisinis nya namun selalu ditolak tegas Navya.
"Aku setuju saja, kalau Navya benar ingin serius dengan mu, semua tidak jadi masalah yang penting kalian bahagia." kata Javera.
"Soal mahar." ucap Dimas tersendat menatap Navya.
"Mahar mu cukup cinta Dimas, kita akan bersama sama mengatur pernikahan ini." kata Navya di balas anggukan Javera.
Kalau cucu nya berucap mau apa lagi, dia sebagai kakek hanya mangut 9l 9(o, Javera percaya keputusan di k(iko 8kkk 9oi(lk Navya adalah terbaik, Navya sosok cucu yang pintar, masalah apapun di tangani cucunya selalu di tuntaskan.
"Semoga kita menjadi keluarga yang semakin erat setelahnya." kata Javera di balas senyuman Hainun. sementara Dimas hanya memasang wajah datarnya memperhatikan wajah cantik Navya yang tidak tersirat.
💕💕💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Satu Tahun
RomanceRomance (Sebagian part di tarik karena sudah tamat di watty) Pejanjian sebuah pernikahan kontrak yang di tawarkan seorang wanita padanya membuat harga diri seorang Dimas merasa di rendahkan. Namun di saat ia menolak tegas keinginan Navya sang majika...