Dimas tersedak saat menyuap makanan ke dalam mulutnya saat seseorang menepuk bahunya dari belakang.Dimas melirik ke samping mendapati bibi Emi tersenyum penuh arti padanya.
Dimas menghela nafasnya, nafsu sarapannya menjadi tidak ada karena sejak pagi tadi semua pelayan menatap nya menyelidik membuatnya tidak nyaman, kalau saja nona Navya tidak menelpon nya menyuruhnya untuk datang pagi pagi hingga ia harus sarapan di sini tentu Dimas memilih izin tidak masuk kerja hari ini, antara lain menghindari semua prasangka yang tertuju padanya.
Dimas tau dia pasti sudah menjadi buah bibir semua pekerja di rumah ini, melihat kedatangannya malam tadi bersama ibunya yang di sambut nona Navya dan tuan Javera sangat ramah.
"Dimas benar malam tadi?" tanya bi Emi yang masih terdengar ambigu membuat Dimas mengernyitkan keningnya, meski Dimas mengerti kemana arah pertanyaan itu Dimas belaga bodoh dengan bertanya balik.
"Maksud bibi?"
"Sudah jangan malu sama bibi, semua pelayan melihat dan menguping pembincaraan mu dan tuan Javera." kata bibi Emi menggeser kursi dan duduk di samping Dimas.
Dimas mengambil gelas berisi air putih menegaknya tidak sabaran, habis lah dia di cecar banyak pertanyaan oleh bibi Emi.
"Sejak kapan kamu sudah pacaran dengan nona Navya, beruntung kamu Dimas bisa menikahi nona Navya." kata Bibi Emi terlihat bahagia.
"Terus apa kamu sudah siap menyandang suami nona Navya, kamu tau sendiri harus banyak sabar menghadapi nona Navya yang jutek itu tapi percayalah non Navya sosok wanita yang baik mungkin saja setelah menikah nanti nona banyak mengalami perubahan."
Dimas tidak berkutik lagi, membiarkan saja bibi Emi berceloteh, Dimas berdiri beranjak dari kursinya, nafsu makan nya hilang seketika.
"Eh Dimas kamu mau kemana?" tanya Bi Emi buru buru ikut berdiri.
"Nona Navya sudah memanggil ku bi, aku permisi." kata Dimas kabur.
"Yah Dimas bibi belum selesai!" panggil bibi Emi lantang.
Dimas menghela nafas beratnya, kalau dia tetap berada di dapur tadi pasti bibi Emi masih saja bicara yang membuatnya bingung.
Navya baru menuruni anak tangga, ia fokus pada Dimas yang terlihat memucat.
"Dimas!" panggilnya hingga pria itu mendongkakkan kepalanya membalas tatapan Navya.
"Nona." Dimas merudukkan kepalanya memberi hormat pada wanita itu.
Navya mengerutkan keningnya, kembali menuruni anak tangga tepat ia berdiri di depan Dimas, meraih kerah kemeja Dimas, merapikannya dengan gerakan lembut membuat wajah Dimas seperti kepiting rebus, karena jarak wajahnya dengan Navya sangat dekat.
"Berapa kali aku katakan jangan terlalu formal pada ku, kamu cukup panggil aku Navya." bisik Navya di telinga Dimas hingga suhu tubuh Dimas memanas.
"Tapi..."
"Tapi apa Dimas, kamu sebentar lagi akan menjadi suami ku, kamu tidak melupakannya."
Dimas mengalah, ia mengangguk lalu Navya mengandeng lengan tangan Dimas.
"Nona.. maksud ku Navya..aku.." Dimas melirik ke lengannya di gandeng Navya membuatnya gugup.
"Seperti nya kamu harus terbiasa aku gandeng seperti ini." kata Navya memakai kaca matanya.
"Saatnya kita pergi, hari ini jas dan gaun ku sudah selesai, Giun meminta kita untuk mencobanya." kata Navya.
Dari kejauhan beberapa pelayan bisik bisik mempertanyakan hubungan Dimas dengan Navya yang tidak pernah terpikirkan dan di sangka mereka.
Mereka beranggapan Dimas seperti dapat durian runtuh mendapatkan nona Navya yang kaya raya, tentu lah derajat pria itu akan di angkat dan setara dengan nona Navya.
***
Dimas sudah selesai mencoba jasnya yang terlihat pas di tubuh tegapnya, sekarang Dimas sudah melepaskan jas itu, ia duduk menunggu Navya fitting gaun pengantinnya.
Navya keluar dari kamar pas, menampakan dirinya di hadapan Dimas, sesaat Dimas terperangah melihat kecantikan Navya yang terpancar saat gaun pengantin
membalaut indah tubuhnya yang ramping.Gaun itu terlihat elegan dengan potongan leher rendah, memperlihatkan belahan payudara Navya hingga tidak meninggalkan khas seksi yang selalu melekat di diri Navya.
"Bagaimana gaun ini, apa aku cocok mengenakannya, nanti gaun ini akan ku kenakan saat acara resepsi pernikahan kita." kata Navya.
"Kamu cantik." kata Dimas meneguk salivanya.
"Semua pria selalu bilang aku cantik, sebenar nya aku benci kalimat itu, tapi karena kamu mengucapkannya calon suami ku ..aku bahagia." kata Navya mengedipkan matanya.
Giun yang memperhatikan hal itu, merasa geli kelakukan Navya yang seolah menggoda Dimas.
Giun memutar bola mata nya malas, ia masih tidak percaya kenapa harus Navya memilih pria kampungan itu. tapi Giun juga tidak bisa berkutik dengan keputusan Navya.
Tuan Javera selaku kakek Navya saja merestui mereka, apa lagi Giun yang hanya seorang sahabat, ia hanya medoakan pernikahan sandirwara ini tidak merugikan Navya, dan setelah Navya hamil dan melahirkan nanti si Dimas pasti di tendang dari hidup Navya.
Setelah dari butik Giun dan berterima kasih pada pria kemayu itu, Navya mengajak Dimas sebuah gedung yang nantinya resepsi pernikahan mereka akan di selenggarakan.
Dimas terdiam sesaat melihat gedung itu sangat lah mewah, pasti sewanya sangat mahal.
Sungguh di sayangkan pernikahan semahal ini hanya sandiwara semata yang tidak ada artinya untuk Navya.
Pernah Dimas memberi usul untuk di lakukan pernikahan sederhana saja, tapi Navya menolak tegas usul itu dan mengatakan pernikahan tetap di lakukan dengan meriah dengan di hadiri banyak tamu.
Apa sebenarnya tujuan Navya yang seakan ingin seisi dunia tau ia telah menikah dengan Dimas.
Apakah Navya tidak malu?
Sering Dimas bertanya dalam hatinya, tapi melihat betapa antusias nya Navya pada dirinya membuang prasangka itu, Navya menghargainya dari sikap Navya selalu ramah padanya.
"Hari itu akan tiba, pernikahan ini akan nyata di laksanakan." kata Navya menoleh pada Dimas yang membalas tatapannya.
"Terima kasih sudah mau melakukan pernikahan sandiwara ini, kelak saat aku bisa hamil dan melahirkan aku pasti akan melepaskan mu dan tidak akan menganggu hidupmu." kata Navya berhasil membuat Dimas meradang.
"Apa kamu seyakin itu?" tanya Dimas.
"Tentu Dimas, aku tidak butuh pria untuk hidup ku aku tidak butuh cinta tapi aku hanya butuh keturunan." sahut Navya lugas.
Dimas mengerutkan keningnya dalam, ucapan Navya akan mejadi sejata makan tuan karena Dimas berjanji ia akan mengubah cara pandang wanita ini tetang cinta.
Mungkin dia bodoh menerima tawaran dari seorang wanita untuk melakukan pernikahan kontrak tapi alasan Navya yang ingin membuat sang kakek bahagia dengan memberikan seorang cucu membuat Dimas tersentuh.
Dan ada alasan lain di balik ia menerima mudah usul gila wanita cantik ini karena memang Dimas sejak awal menyimpan rasa sukanya untuk Navya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Satu Tahun
RomanceRomance (Sebagian part di tarik karena sudah tamat di watty) Pejanjian sebuah pernikahan kontrak yang di tawarkan seorang wanita padanya membuat harga diri seorang Dimas merasa di rendahkan. Namun di saat ia menolak tegas keinginan Navya sang majika...