Hati-hati typo bertebaran dimana-mana.😧
Happy reading😊
🌸🌸🌸🌸🌸
"laura sayang! Buka pintunya"
Ucap elena sambil menggenggam kenop pintu kamar anak tunggalnya itu.Yah setelah kembali dari rumah sakit bersama alana, laura mengurung diri dikamarnya sudah tiga hari ini, bahkan alana yang datang untuk membujuknya keluar kamar juga tak berhasil.
Meskipun alana tau apa yang membuat laura mengurung diri dikamar tetap saja ia di buat cemas oleh keputusan laura ini, mengurung diri dikamar dan tak memakan apapun alana memikirkan laura dan juga janin yang di kandungnya saat ini.
Laura sekarang butuh waktu sendiri sebelum akhirnya dia akan mengatakan semuanya pada kedua orang tuanya.
"Robbert bagaimana ini? Ada apa dengan laura kita?"
Tanya elena pada sang suami cemas"Bersabarlah elena mungkin dia butuh waktu sendiri"
Ucap robbert menenangkan sang istri."Tapi sampai kapan? Ia bahkan tak pernah menyentuh makanan yang aku antar sedikit pun"
Oceh elena ia benar-benar khawatir saat ini.Robbert langsung memeluk sang istri untuk menenangkannya.
Dan untuk yang kesekian kalinya elena nengetuk pintu itu hasilnya tetap sama laura tak menjawabnya sama sekali apa lagi membukanya.
Ia hanya bisa pasrah sambil berharap laura baik-baik saja didalam sana.
.
.
Pagi yang cerah telah tergantikan dengan malam yang gelap elena kembali mencoba untuk membujuk laura agar mau keluar kamar dan bercerita pada mereka.Namun hasilnya nihil, sama seperti kemarin-kemarin tak ada jawaban dari laura.
Dan itu membuat elena dan robbert khawatir.
Mereka sempat berinisiatif untuk mendobrak pintu itu dan alana selalu bisa mencegahnya, meskipun alana juga khawatir tapi ia percaya laura tak akan melakukan hal yang gegabah.
Ia tau laura hanya butuh waktu sendiri untuk memikirkan keputusannya.
Setelah merasa usahanya sia-sia saja mengetuk pintu kamar laura, elena memutuskan untuk kembali kebawah dan bertemu dengan sang suami, sebelum akhirnya langkah kaki elena terhenti karena suara seseorang yang sangat ia rindukan.
"Mom"
Suara itu pelan sangat pelan"Laura sayang"
Pekik elena kaget dan langsung menerjang tubuh lemah laura."Oh akhirnya sayang! Momy dan dady sangat mencemaskanmu"
Lanjut elena.Tiba-tiba elena merasakan tubuh laura bergetar hebat, laura menangis? Itulah pertanyaan yang terlintas dibenak elena saat ia merasakan tubu laura bergetar.
Perlahan elena melepaskan pelukannya untuk melihat wajah laura lekat.
"Sayang ada apa? Kenapa kau menangis?"
Tanya elena saat ia melihat laura menangis sesugukan.Laura hanya bisa menggeleng lemah kemudian mulai memeluk sang ibu lagi
"Maafkan laura mom maafkan laura"
Ucap laura saat ia kembali memeluk sang ibu."Ssssttt tak ada yang perlu minta maaf sayang!"
Ucap elena menenangkan.Tiba-tiba sebuah tangan kekar memegang pundak elena lembut.
Sontak elena langsung melirik siapa yang tengah memegang pundaknya.
"Robbert?!"
"Hem?"
Gumam robbert menjawab
KAMU SEDANG MEMBACA
you are my destiny[on Going]
Fanfiction"aku akan bertanggung jawab untuk apapun yang telah ku perbuat" "Maafkan aku" pria itu tampak kacau. "Demi anak kita." Pria itu berlutut. "Aku akan memperbaiki segala nya." Ucapnya penuh keyakinan.