"Aku tetap akan balapan minggu depan!"
Ucap marc mutlak."Tidak! Kau tidak akan balapan"
Balas roser tak kalah mutlaknya."Mom..ayolah aku sudah tidak apa-apa"
Ucap marc sambil memukul-mukul tubuhnya sendiri."Tidak ada toleransi lagi marc! Apa kau lupa, pesan yang diberikan oleh dokter kau masih harus di rawat hingga minggu depan dan belum diperbolehkan untuk berkendara atau melakukan aktivitas lainnya!"
"Persetan dengan ucapan dokter itu! Aku akan tetap balapan minggu depan"
Bantah marc."marc kau......."
"Silahkan balapan jika itu membuat anda sehat kembali tuan!"
Ucap seseorang memotong ucapan roser dan mengundang tatapan terkejut dari marc."D-dokter??"
Ucap roser pelan."Anda bisa langsung balapan! Tapi kami selaku pihak rumah sakit tak akan bertanggung jawab jika saja terjadi sesuatu pada anda mr.marquez"
Jelas laura tegas."Tapi dokter........
Roser menggantung ucapan sambil melihat ke arah jas dinas laura.
"Laura, anak saya belum pulih sepenuhnya dan masih memerlukan perawatan dan pengawasan dari anda""Saya tidak ingin merawat pasien yang keras kepala!"
"Siapa yang kau bilang keras kepala huh!?"
Selah marc dengan nada tak suka karena mendengar laura mengatakan 'pasien keras kepala'"Itu tugasmu sebagai seorang dokter sekeras kepala apapun pasienmu kau harus tetap merawatnya! Jangan membawa masalah pribadi dalam pekerjaanmu!"
DEG
Mendengar ucapan terakhir marc baik marc ataupun laura saling berpandangan, marc tidak sadar mengucapkan kalimat itu dan laura kaget mendengar marc mengatakan itu.
Sedangkan roser hanya menatap bingung marc dan laura yang tiba-tiba saja diam.
"Saya permisi"
Ucap laura memutus kontak mata dengan marc kemudian berlalu pergi sambil menyembunyikan keterkejutannya."Apa yang terjadi marc?"
Tanya roser saat melihat laura telah menghilang dari balik pintu dan marc yang langsung membuang muka ke arah lain."Marc?"
Panggil roser lagi"Aku tak akan balapan minggu depan"
Ucap marc pelan."B-benar kah?? Aah syukurlah marc"
Ucap roser bahagia kemudian memeluk marc erat sementara yang dipeluk hanya diam membisu menatap kosong ke arah pintu tempat laura keluar.Sedangkan di tempat yang berbeda laura duduk termangu memikirkan kata-kata marc di ruang rawatnya tadi.
"Apa dia masih mengenalku?"
Tanya laura pada dirinya sendiri.Laura masih diam memikirkan semuanya, fikiran tentang malam itu kembali terngiang dalam fikirannya yah malam dimana marc merebut kesucian seorang gadis berusia 19 tahun.
"Ehem"
Deheman seseorang menghentikan kegiatan melamun laura.Sontak laura langsung mendongakan kepalanya untuk melihat siapa orang yang masuk tanpa mengetuk pintu dulu.
"Maaf! Saya sudah mengetuk pintunya berulang kali namun anda tak kunjung membukanya jadi saya putuskan untuk masuk saja karena menurut perawat lain anda sedang ada didalam sini"
Jelas orang itu panjang lebar karena mendapat tatapan bingung+kaget dari laura."Tak apa"
Jawab laura ramah."Apa ada yang bisa saya bantu?"
Lanjut laura"Ah terima kasih dokter, saya hanya ingin menanyakan kondisi anak saya marc marquez pasien yang sedang anda rawat sekarang"
Jelas orang yang adalah roser.
KAMU SEDANG MEMBACA
you are my destiny[on Going]
Fanfic"aku akan bertanggung jawab untuk apapun yang telah ku perbuat" "Maafkan aku" pria itu tampak kacau. "Demi anak kita." Pria itu berlutut. "Aku akan memperbaiki segala nya." Ucapnya penuh keyakinan.