My Assistant 2

915 78 3
                                    

"hyunggh.."
jinyoung kini memeluk erat mark dan menangis.
dia hanya takut perkataan 2 wanita tadi mengingatkan dia dengan kenangan pahit dulu,
dimana dia di permainkan oleh berandal sekolah
jujur itu membuat jinyoung trauma.

"huhhf.."
mark mebuang keras nafasnya,
dan mendekap lengan jinyoung.
pintu lift terbuka, mark masih berdiri di sana hingga pintunya kembali akan menutup.
"kapan kau akan melepaskan ku ?"
mark menahan agar pintu tidak tertutup lagi,
jinyoung kini melepas pelukannya dan mengusap airmatanya.
"mian, aku hanya takut."
jinyoung keluar mendahuli mark dan kini dia membuka pin apartment itu.

jinyoung mengemas semua barang-barangnya dan berencana untuk pulang.
sebelum itu terjadi mark yang kini berada di depan pintu keluar, menarik tangan jinyoung dengan keras.
"aakh.. hyung apa yang kau lakukan"
jinyoung meringis karena genggaman mark begitu keras.
"diam disini! , kau tak bisa lari terus jie"
jinyoung membuang wajah nya.
"hei hei , jie lihat aku"
mark mencoba berunding dengan jinyoung.
jinyoung tak mengusik hal itu, hingga mark menarik dagu pria itu.
"hei park jinyoung apa aku terlihat seperti memainkan mu?"
jinyoung merasa pipi nya memanas dan matanya mulai berkaca.
"hyung lepas"
jinyoung menetis tangan mark.
"kau bahkan tak pernah menyatakan apapun padaku , jadi kau saja yang diam disini."
jinyoung berjalan keluar, meninggalkan mark yang terdiam mendengar hal itu.

pagi itu jinyoung tak kembali ke apartmen mark,dia bahkan tak masuk kampus juga.
bahkan mark makan siang dengan nasi box yang dulu sekali dia pesan ketika jinyoung tak memasak untuknya.
hari itu terasa sangat berat bagi mark menyiapkan semuanya sendirian,
dia seperti merasa sesuatu hilang darinya.

senja mulai meyapa,mark kini berada diacara reuni dengan teman-temannya di sekolah dulu.
satu dari temannya kini mulai bertanya soal kekasih mark,
"hei chinggu dimana kekasih mu? mengapa kau tak mengajaknya"
dia hanya heran pria seperti mark tak ada pemiliknya.

mark tidak mengusik pertanyaan tadi, dia kini meneguk segelas besar beer di tangannya.
"hei chinggu apa kau sedang patah hati?"
teman mark tadi kini mulai menatapnya dengan pandangan serius.
"hei cerita saja pada temanmu ini"
mark masi memainkan gelas beernya.
"apa kau pernah merasakan kesepian jika tidak ada siapapun mengurus mu?"
mark mulai menatap temannya itu.
"yeah tentu, aku bisa gila dengan kesibukan ku tanpa ada ibuku yang mengurusku."

"anii, yang ku maksut seseorang yang selalu menyapa pagi mu dengan masakannya dan mengurus keperluan mu saat kau bahkan bisa melakukannya."
mark mulai berfikir sejenak.

"hei kau membahas apa sih?"
mark bahkan tak mendengarkan pertanyaan temannya.

"aku duluan ya.."
mark mulai menyadari sesuatu. dia tau harus melakukan apa sekrang.
tanpa pamintan dengan yang lain mark bergegas meninggalkan acara malam itu.

*******

siang itu di ruangan mark, jinyoung ingin memberitahu mark bahwa tidak bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai assistant mark lagi.
jinyoung perhalan mendorong pintu kayu itu
"mark hyung tidak ada disini"
jinyoung berbalik keluar pintu, sayang mark kini mark berdiri tepat di hadapan jinyoung.
mark menarik jinyoung dan menyudutkan nya di tembok ruangan.
"mau kemana kau sekarang?"
jinyoung kaget dengan wajah mark yang begitu dekat dengan wajahnya.
"hh hyung aaku ingin mengundurkan diri"

"andwee! kau tak bisa seenaknya mundur dari tugas mu"
mark masih menahan tubuh jinyoung di hadapannya.
"tapi hyung ak.."

"stop jie , terlalu berat rasanya tanpamu !"
"aku bahkan harus mendiamkan tumpukan makalah itu demi memikirkan mu!"

jinyoung kini melebarkan matanya dan menatap mark.
"hyunghh.."
mark mengecup bibir jinyoung perlahan.
"jie aku tidak seperti senior mu yang akan membuat mu menangis"
"jadi pikirkan dengan baik-baik dengan jawaban mu itu."
jinyoung yang mendengar pernyataan mark , kini pipi mulai memanas hal itu membuat
mark tersenyum , dan mendekap kuat jinyoung.
"jie jangan tinggalkan aku sendirian lagi"
jinyoung mengangguk dalam pelukan mark.

jangan tanya apa selanjutnya yang terjadi ketika mark mengunci pintu kayu itu.
untung saja cctv ruangan itu tidak ada, karna jika ada mark dan jinyoung akan benar-benar dalam masalah besar.

*******

pagi itu di kampus jie dapet surat dari pria lain, mark dan jinyoung kini berada di perpustakaan.
mark yang tiba-tiba merebut kertas itu dan membacanya.

•untuk pria menawan di ujung kelas,
bisakah kita bertemu di belakang kampus siang ini•

"ha apa-apain ini, kenapa di belakang kampus. dasar mesum"
mark meremukkan kertas itu dan membuangnya sembarangan.

"hyung sampah mu."
jinyoung tau mark kini cemburu di buat surat itu.
"you are mine!"
mark dengan cepat angkat bicara.
"hei ini perpus! pelankan suara mu hyung"
jinyoung mulai berjalan ke rak lainnya.
"kau akan menolak nya kan?!"
mark mengikuti kemanapun jinyoung melangkah.
"mm entah lah aku tak tau cara menolaknya dengan baik-baik"
jinyoung mulai bermain dengan kecemburuan mark.
"menolak itu harus tegas"

"got it"

jinyoung mulai berlari kecil agar mark mengejarnya.
benar saja sedari tadi mark terus berusaha menghentikan jinyoung tapi dia tak bisa berisik karena ini kampus.
bisa berantakan seorang dosen membuat keributan di perpustakaan.
"yaa berhenti, atau aku akan menerkam mu nanti"
keluh mark.
"benarkah? apa kau bisa menerkam ku?"
jinyoung mulai terkekeh dengan pernyataan nya.
"jangan mencoba ku!"
mark mulai gemas dengan acara kejar tangkap ini.

jinyoung mendadak berhenti sesaat di ujung rak perpustakaan itu...

"kenapa dia berhenti" pikir mark
......






maaf ya chinggu semua..
karna cuma 2shoot critanya jadi kaya
terlalu di skip gitu ya..
well jangan lupa vote coments ya,
and sekali lagi
di baca aja aku uda seneng kok >.<

MarkJin One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang