Sorban

3.3K 813 95
                                    

Belakangan, Pak Hafiz jadi rajin beribadah. Ia yang biasanya tidak pernah ke mesjid, kini selalu salat lima waktu berjamaah di mesjid. Bahkan, ia juga selalu menyempatkan melakukan salat sunat, mulai dari dhuha hingga tahajud. Awalnya orang-orang menanggapi hal itu dengan positif. Mereka senang karena ada orang di lingkungan mereka yang berubah menjadi saleh. Namun reaksi mereka berubah ketika pada suatu hari Pak Hafiz muncul sambil memakai sorban. Tidak hanya saat ke mesjid, ia memakai sorban itu ke mana saja, bahkan saat pergi ke pasar atau saat menjemput anaknya di sekolah.

"Hafiz belagu," ujar salah seorang warga ketika melihat Hafiz datang tarawih sambil mengenakan sorban. "Baru rajin sholat sedikit aja, sekarang dia udah merasa jadi kyai."

"Betul," tambah warga yang lain. "Bahkan ustaz-ustaz di lingkungan kita pun nggak riya seperti Hafiz. Kesalehan seorang muslim itu bukan ditunjukkan oleh pakaiannya."

"Itu namanya pencitraan. Lihat, setiap salat berjamaah, dia selalu berdiri di saf paling depan. Biar kelihatan alim."

Pak Hafiz tidak sadar bahwa dirinya menjadi bahan obrolan orang-orang. Sepulang tarawih, ia berdiri di depan cermin, lalu melepas sorbannya yang terlihat kebesaran itu.

"Belum hilang juga," gumamnya pelan sambil mengusap-usap tanda hitam bekas sujud di keningnya. "Kalau sampai ada yang melihat ini, aku bisa menjadi sombong."

Sajadah Sombong dan Seperangkat Kisah-Kisah LainnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang