Part 1

46 8 2
                                    

“Apa Bun? Dijodohkan? Via nggak salah denger kan? Hahaha bunda ini ada-ada aja deh.”

“Bunda serius Vi, bunda kepengen jodohin kamu sama putra sahabatnya bunda itu. Dia anaknya sholeh, masih muda tapi udah mapan, cakep lagi.”

“Bunda, saat ini Via belum ada kepikiran kesana. Bunda tahu sendirikan apa impian Via. Via itu kepingin jadi diplomat bun. Toh sekarang Via masih 20 tahun, masih mudah lah bun.”

“Tapi nggak ada salahnya kan Vi kalau nikah muda. Nanti kamu sama anakmu nanti jaraknya nggak jauh-jauh banget. Lagian mama kepengen punya menantu.”

“Lah.. itu kan ada istrinya mas Arda sama mas Arga ma. Itu kan juga menantu mama kan.”

“Ya beda dong Vi, mama kan juga kepengen punya menantu laki-laki.”

“Hmm.. entahlah bun. Pokoknya untuk saat ini Via masih belum ada pikiran kesana.” Tukasku mengakhiri berbincanganku dengan bunda.

VIA’S POV

Entah mengapa hari ini bundaku tiba-tiba menanyakan hal seperti itu. Padahal sebelumnya bunda sama sekali tidak menyinggung hal seperti itu, begitupun dengan ayah. Ayah sama sekali tidak mempermasalahkan tentang jodoh atau apapun itu. Ayah hanya mempermasalahkan tentang urusan ibadah dan kuliah ku saja. Selebihnya kata ayah “kamu udah dewasa, jika itu baik maka akan ayah dukung.” See ayahku memang terbaik.

Setelah berbincang-bincang dengan bunda tadi, kemudian aku masuk kamar tidurku. Hari memang aku sedang tidak masuk kuliah. Karena dosen pengajarku sedang ada study banding di luar negeri. Alhasil beginilah aku saat ini, hanya berbaring sambil memainkan ponsel, memutar musik. Rasanya sangat membosankan. Andai mas Arda sama mas Arga masih di sini pasti rumah nggak akan sesepi ini. ya. Dua kakakku itu kini sudah tidak tinggal bersama dengan ku dan orang tuaku.

Mereka sudah memiliki keluarga masing-masing. Dua tahun lalu maselah menemukan tulang rusuknya dan memutuskan untuk menikah kemudian akhir bulan kemarin mas arga juga menyusul.

Untuk mengusir kebosananku, akhirnya aku menuju ke ruang perpustakaan pribadi milik keluargaku. Disini aku sering menghabiskan waktuku. Aku berjalan memilah, buku mana yang akan aku baca. Kemudian aku memutuskan untuk membaca buku Lalila Majnun karya Nizami Ganjavi. 

Hampir sepuluh halaman telah kubaca. Tiba-tiba aku mendengar suara deru kendaraan bermotor. Awalnya aku mengira suara mobil ayahku. Karena memang saat ini waktunya ayah pulang. Tetapi samar-samar aku mendengar suara anak kecil

Assalamualaikum..uti, ate Iaa...” teriak seorang anak kecil itu.

Aku baru sadar bahwa itu adalah suara mobilnya keluarga mas Arda dan suara anak kecil itu adalah suara Bella, putrinya mas Arda. Segera kututup novel itu dan keluar ruangan menghampiri mereka karena aku sangat merindukan mereka.

“Dedek..!!!” teriak ku seperti orang yang sudah lama tidak pernah bertemu.

“Ate Iaa, Bella kangen ate.” Kata bela dengan manja.

“Ate, juga kangen Bella. Sini peluk ate.” Pintakukepada ponakan kesayangannya.

“Yeey.. peluk ate Iaa..!! dedek seneng deh bisa ketemu ate ia.”

“Senengnya Cuma ketemu ate Ia doang ya, ketemu uti nggak seneng?” kata bundaku yang baru datang.

“Utii..!! dedek juga seneng dong ketemu uti. Dedek kan sayang uti.” Kata anak itu dengan manis.

Setelah melepas rindu dengan ponakanku itu akhirnya aku menghampiri kakaku dan istrinya. Aku menyalami keduanya sebagai tanda hormat kepada mereka. Tak lama kemudian terdengar kembali suara deru kendaraan bermotor. Kemudian sepasang anak manusia muncul dibalik pintu depan.

Assalamualaikum.” Keduanya mengucapkan salam secara bersamaan.

Waalaikumsalam.” Jawab kami bersamaan.

“Eh.. si penganten baru, kompak banget sih. Sampek ngucapin salam aja barengan.” Ledek ku pada sepasang anak manusia itu yang tak lain adalah mas Arga bersama mbak Anggun, istrinya.

“Iya dong, emangnya kamu jomblo hahaha..”

“Biarin jomblo itu prinsip tau.” Kataku membela diri.

“Prinsip kok jomblo.”

“Udah..udah kalian ini baru aja ketemu udah berantem aja.” Kata bundaku yang melerai perdebatanku dengan kakakku.

“Anggun kamu apa kabar?” tanya bundaku kepada menantu keduanya.

“Alhamdulillah baik bunda, bunda sendiri bagaimana?”

“Alhamdulillah baik. Gimana? Arga disana nggak nakal kan?”

“Hehe.. nggak kok bun.” Kata kakak iparku dengan wajahnya yang memerah karena malu.

“Kalau mas Arga nakal jewer aja kupingnya mbak. Biar kapok dia.”

“Sorry ya, aku nggak pernah nakal. Emangnya kamu cil.”

“Mulai deh.” Kata mas Arda yang jengah mendengar perdebatanku dengan mas Arga.

Moment-moment seperti inilah yang aku rindukan. Perdebatan absurd dengan mas Arga, wejangan dari mas Arda. Setelah mereka berdua memiliki hidup baru, disini menjadi sepi. Andai saja waktu bisa terulang.

“Kata mas Arda kamu daftar Exchange ke Spanyol dek?” tanya mbak Siska, istri mas Arda kepadaku.

“Iya mbak. Doain ya semoga aku lolos seleksinya.” Kataku dengan bersemangat. Karena menjadi peserta exchange adalah impianku.

“Iya. Mbak pasti doain kamu kok.”
“Alahh.. palingan juga gagal.”

Bukk..

Tak terima dengan perkataan mas Arga, aku pun melempar bantal disampingku dan tepat kena muka mas Arga.

“Apaan sih mas. Jahat banget sih jadi kakak. Doain yang baik kek. Malah nyumpahin kayak gitu.” Kataku yang kemudian masuk ke kamar karena sebal dengan perkataan kakakku itu.

AUTHORS POV
Setelah Via masuk ke kamarnya suasana ruang tamu menjadi canggung. Semua menyalahkan Arga.

“Kamu sih Ga, udah tau kalau masalah kayak gitu Via sensitif banget.”

“Aku kan cuma bercanda Da. Lagian dari tadi dia yang malah ngecengin aku.”

“Udah mendingan kamu samperin adek mu di kamarnya. Minta maaf sama dia.”

“Iya iya bun.”

Tampak rasa bersalah muncul di wajah Arga. Dirinya tidak tahu jika leluconnya tadi menyakiti perasaan adiknya. tak mau menunggu lama, akhirnya Arga menuju kamar Via. Terlihat kamar tidurnya tertutup rapat. Ia mengetuk pintu itu. Sekali dua kali tidak ada tanda-tanda Via mau membuka pintunya. Akhirnya Arga langsung  masuk kamar Via. Di sana terlihat Via menutupi dirinya dengan selimut dan terlihat punggungnya berbetar. Semakinlah membuat Arga menyesali perbuatannya tadi

“Dek.. maaf.”
.
.
.
.
.
.
.
Sampai disini dulu ya..
Thanks buat yang baca.
Jangan lupa vote + kritik sarannya yah.
See you next part 🙋🙋

Hola! CordovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang