Jangan lupa vote+komentarnya guys.
Happy Reading 😊
Via’s POV
Tak terasa satu bulan berlalu. Berbagai macam berkas dan pembekalan telah aku lewati. Kini tiba saatnya aku untuk pergi ke negara seberang. Mengais ilmu dan berharap cita esok akan tercapai.
Sulit bagiku untuk sampai pada masa ini. godaan seringkali menghampiri benakku. Ditambah lagi waktu itu restu orang tua belum sepenuhnya ku kantongi.
Namun, aku selalu berdoa kepada-Nya. Aku percaya jika memang ini takdirku insyaallah aku akan mendapatkannya dan restu orang tua dapat aku kantongi.
Kini tinggal satu langkah lagi, aku akan sampai pada impianku. Mungkin bagi sebagian orang menganggap diriku berlebihan. Tapi biarlah orang berkomentar, aku hanya berfikir mereka adalah ujian semangat bagiku.
Saat ini aku sedang dalam perjalanan menuju ke bandara. Di dalam perjalanan aku teringat pesan dari bunda
Flashback on
“Dek, nanti disana kamu bakal sendirian. nggak ada ayah, bunda, kakak-kakakmu. Disana nanti kamu hanya bertemu dengan teman-teman baru. Jadi kamu harus belajar hidup mandiri, jangan pernah lupakan sholatmu dan ibadah-ibadahmu yang lainnya. Keberangkatan kamu nanti niatkan semuanya untuk menuntut ilmu di jalan allah. Insyaallah jalanmu akan dipermudah oleh-Nya. Buat kami yang disini bangga nak. Jangan lupa jaga kesehatan kamu juga. Jangan sampai lupa makan. Kami disini berdoa yang terbaik untuk mu nak.” Kata bunda sambil menahan air matanya. Aku pun sama, mendengar pesan-pesan bunda membuatku tidak bisa lagi membendung air mataku. Aku kemudian memeluk bunda erat.
“Iya bunda. Via akan melakukan yang terbaik disana. Doakan Via bu, semoga selamat sampai Via kembali lagi kesini bun.” Kataku dengan sesenggukan.
Flashback off
Mengingat pesan dari bundaku kemarin, tidak terasa membuat air mataku jatuh kembali.
Melihat aku menangis,bunda membawaku kedalam pelukannya. Nyaman, bahkan sangat nyaman. Itulah yang aku rasakan ketika berada dipelukan bunda. Sungguh aku akan meridukan kehangat ini.
Tak terasa, akhirnya kami sampai di bandara. Disana semua kakak dan teman-temanku berada disana. Mas Arda yang pertama kali menyambut kedatangan kami. Dia membawaku ke dalam pelukannya. Sambil memelukku dia menyampaikan pesannya kepadaku.
“Semangat ya dek di sana. Jangan lupa sholat dan berdoa. Kakak doain yang terbaik buat kamu.” Kata Mas Arda.
Aku tidak bisa menjawab perkataan Mas Arda, aku sudah larut dalam tangisku. Aku hanya bisa merespon dengan anggukan kecil saja.
Setelah Mas Arda, sekarang giliran Mas Arga yang membawaku ke dalam pelukan hangatnya.
“Wah.. nggak ada yang bisa aku kecengin lagi nih, jangan kangen mas mu yang ganteng ini ya dek.” Kata Mas Arga dengan bercandan. Kemudian kubalas dengan pukulan ringan di dadanya dan dibalas dengan tawa kecil darinya.
Setelah itu baru ia memberikan pesan-pesannya padaku. Aku nanti pasti akan merindukan kecenganmu mas.
Setelah seluruh berpamitan dengan kakakku termasuk kakak iparku, kini giliranku untuk menghampiri sahabat-sahabatku.
Mereka adalah orang-orang yang selalu ada disampingku. Mendukungku, memberiku semangat ketika aku merasa lelah.
Satu persatu aku menghampiri mereka. Mereka semua menangis haru sama seperti diriku. Termasuk Dante, cowok yang biasanya petakilan itu pun ikut menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hola! Cordova
General FictionSelama tiga bulan aku harus berada disini, meninggalkan keluargaku disana. Ahh.. Aku benar-benar merindukan mereka. Aku rindu keluarga ku, kapan aku pulang. Kau disini untuk menuntut ilmu, kau harus fokus. Keluarga mu disana pasti juga merindukan d...