Part 3

22 7 2
                                    

Via's POV
Kalian tahu hari ini adalah hari yang mendebarkan bagiku. Aku benar-benar tidak sabar menunggu hari ini, bahkan kemarin malam aku tidak bisa tidur nyenyak. Kalian tahu kenapa? Hari ini adalah waktu pengumuman penerimaan exchange. Huh.. Aku sangat gugub menanti hasilnya. Takut-takut jika aku tidak lolos seleksi.

Hasil pengumuman exchange nanti akan disampaikan oleh dosenku, Mr. Budi waktu mata kuliah English Syntax Jadi sekarang aku sudah selesai siap-siap untuk ke kampus, kemudian aku turun menuju dapur untuk sarapan bersama.

"Selamat pagi dedek." Sapaku kepada ponakanku. Memang semua kakakku belum ada yang pulang ke rumah mereka masing-masing. Setelah pesta kemarin malam, bundaku melarang mereka pulang. Jadi pagi ini kami sarapan dengan formasi lengkap.

"Selamat Pagi, ate."

"Mau ke kampus dek?" Tanya kak Anggun.

"Iya mbak."

"Nanti hasil pengumuman exchange mu keluar ya, dek?" Tanya ayahku.

"Iya pa, doakan ya, semoga aku lulus."

"Iya, Aamiin."

"Kalau kamu lulus nanti, yakin bakalan berani berangkat?" Tanya Kak Arga.

"Ya harus berani dong kak." Kataku dengan sangat yakin.

"Ya harus berani, kan itu pilihan dia sendiri, rugi banget kalau tiba-tiba Adek mundur karena takut berangkat sendiri." Kata Kak Arda menambahi perkataanku.

"Tapi aku masih penasaran deh, tumben banget gitu bunda ngijinin Via pergi, keluar negeri lagi." Tanya mbak Siska.

"Gimana nggak mau ngijinin sis, orang dianya mohon-mohon sampe nggak mau makan, bahkan kamu tahu beberapa minggun sebelum pernikahan Arga, dia nge drop sampai opname itu ya gara-gara bunda nggak ngijinin dia." Kata bundaku panjang lebar.

"Oh..pantesan bunda ngijinin."

"Kalau kamu beneran lulus nanti, disana belajar bener-bener. Jangan ngecewain bunda sama ayah di rumah." Kata kak Arda.

"Siap pak bos." Kataku.

"Mi, kita makannya kapan sih? Dedek udah lapel." Kata Bella dengan cadel.

"Hahah.. Dedek udah laper ya?, ya udah ayo kita makan." Kata ayahku gemas melihat tingkah cucu kesayangannya itu.

Akhirnya kami semua menyantap makanan buatan bundaku dan kakak iparku. Pagi ini aku sengaja tidak bergabung untuk memasak, karena aku bangun kesiangan. Menu sarapan pagi ini terlihat beragam. Ada sayur sop, ayam goreng, perkedel kentang, jamur crispy dan sambal kecap sebagai pelengkapnya. Memang beginilah sarapan ala keluargaku, sarapan dengan menu-menu berat.

Author's POV
Setelah sarapan, Via pergi ke kampus bersama teman-temannya. Mereka berangkat ke kampus menggunakan mobil milik Dante, sahabat Via. Di dalam mobil mereka terus ngobrol dan bercanda bersama sampai mereka tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di kampus.

"Sudah sampai tuan, nyonya." Kata Dante bercanda.

"Terima kasih pak, ongkosnya ngutang dulu ya." Jawab Kika yang juga dengan bercanda.

"Yee.. Lu kira gue abang ojek." Kata Dante.

"Emang mirip sih, Dan." Kata Via.

"Enak aja, udah keren gini dibilang  abang ojek."

"Udah ah, brisik." Kata Indra dingin.

"Jangan dingin-dingin kali bang." Kata melli menggoda Indra.

"Paan sih lu Mel."

"Hahaha.. Santai kali mas bro. Yuk guys buruan kita ke kelas. Bentar lagi kelas mau mulai nih." Kata Via.

****

Via's POV
Saat ini aku, aku sedang berada di kelas English SyntaxDari awal Mr. Budi masuk tadi, aku sudah tidak fokus dengan materi yang diberikan oleh Mr. Budi. Aku gugup menanti hasil seleksinya.

"Lu kenapa sih Vi, kebelet pipis? Sono gih cepetan ke kamar mandi." Kata Kika yang terganggu dengan kakiku yang bergerak-gerak.

"Nggak Kik, gue gugup banget nih."

"Gugup kenapa? Orang Mr. Budi nggak nyuruh apa-apa, ngapain lu gugup?."

"Hari ini pengumuman seleksi buat exchange. Gue taku kalau nggak lulus."

"Oh.. Iya gue lupa. Gila, pantesan dari tadi muka lu pucet banget."

"Dari semalem gue mikirin ini."

"Menurut gue, lu bakal lulus deh Vi, secaranya TOEFL lu tinggi, speaking lu juga keren. Yakin gue, lu bakal lulus." Kata Kika menyakinkan diriku.

"Aamiin, doain ya Kik."

"Pasti. Udah lu fokus dulu."

Sekitar 45 menit Mr. Budi selesai menjelaskan materi English Syntax.

"Oke Guys, enough for today. See you next meeting. Assalamualaikum." Kata Mr.Budi kemudian pergi meninggalkan kelas.

"Waalaikumsalam." Jawab teman-temanku bersamaan. Sedangkan aku hanya diam saja.

"Vi, kok Mr.Budi nggak bilang apa-apa." Tanya Kika padaku.

"Entah lah Kik. Mungkin aku nggak lulus." Katanya dengan senyum dipaksakan.

"Nggak mungkin deh Vi, aku yakin kamu lulus."

"Iya aku juga yakin kamu lulus Vi." Kata Dante yang juga mencoba menyemangati diriku.

"Tapi kenyataannya aku nggak dipanggil Mr. Budi kan, itu tandanya aku nggak lulus." Kataku dengan menahan air mataku. Dalam hatiku aku benar-benar sedih, menghadapi kenyataan bahwa aku tidak lulus seleksi.

"Divia Salshabila, come here please!" Kata Mr. Budi yang tiba-tiba kemvalu ke kelas kami.

"Yes sir." Jawabku dengan tidak bersemangat.

"This is for you, sorry I am forget." Kata Mr.Budi sambil memberikan sebuah amplop berwarna putih.

"Thank you sir." Kata ku setelah menerima amplop putih itu dan kemudian Mr.Budi pergi meninggalkan kelas kami.

Setelah Mr. Budi pergi dari kelas, aku masih mematung di depan pintu kelas. Aku membuka amplop putih itu dengan tangan gemetaran dan perasaan yang teramat sedih. Karena aku menebak amplop ini berisi pernyataan bahwa aku gagal seleksi untuk exchange. Perlahan aku membuka amplop itu, kemudian setelah berhasil membukanya, ku ambil selembar kertas putih di dalamnya dan ku baca isi dari selembar kertas itu dan

Tess..

Tbc
Thanks buat yang mau baca ceritaku. Jangan lupa klik bintang dan komentarnya.
See you..

Hola! CordovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang