'Kancing'

6 0 0
                                    

Chapter 6 - Kancing

"Owh... Jadi gitu.... Emang isi pesannya apaan sampai dia kaya gitu?" Dehan bertanya sambil menggoes sepedanya, dan memandangi jalan yang sepi. 

Narestha yang baru saja selesai bercerita itu teridam sesaat. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Dehan  tentang isi notif pesan itu. Nada jadi teringat dengan ucapan Daren. Seharusnya, memang ia tidak perlu membaca isi pesan orang lain. Nada jadi merasa bersalah juga. Padahal menurutnya, itu sesuatu hal yang sepele. 

"Eeem,, kayanya yang itu lu ga perlu tahu deh. Privasi orang lain soalnya." 

"Iya sih,.. Tapi apa salahnya kalo aku ta-"
"Eh, Btw kita sekarang dimana??? Kok sepi banget kayanya? Padahal, udah sore gini, harusnya jam pulang kerja orang-orang kan?" 

Narestha memotong ucapan Dehan dengan mengganti topik pembicaraan. Tentu, Dehan mengerti maksud dibalik cewek yang berdiri dibelakang punggungnya. Cewek kasar yang sedang berusaha menjaga privasi milik orang lain  dengan cara mengalihkan topik pembicaraan. 

"Emm,, entahlah. Aku tadi asal goes aja. Terus malah jadinya kesini. Tapi, disini bener-bener sepi yak." Balas Dehan menyesuaikan dengan topik pembicaraan Nada. 

Sebenarnya, Dehan berbohong. Semenjak Nada diboncengi oleh Dehan. Dehan memang ingin mencari jalan yang sepi untuk lebih nyaman saat mengobrol. Makanya, ia membawa Nada ke jalan itu. Jalan yang sepi dan banyak pohon disekitarnya. Jalan yang selalu sejuk walaupun, sinar matahari ga nyelo.

"Yaudah. Turunin gue disini aja deh." Minta Nada. 

Bukan menuruti perintahnya. Dehan malah mengusili Nada dengan menggoeskan sepedanya lebih cepat. Sehingga, membuat Nada berteriak "KYAA!" dan mengeratkan genggamannya di pundak Dehan. Melihat reaksi cewek pendek itu. Dehan jadi tertawa. 

"IHH!!! NYEBELIN BANGET SIH LO!" Nada mengertak kesal. Lalu, menepuk pundak kanan Dehan. Walaupun, sebenarnya ia tidak serius kesal dengan cowok culun ini. 

"Ahahahaha,,, lucu banget sih kamu. Lagi marah aja lucu gitu. Fufufu..." Dehan memuji namun, di telinga Nada kalimat itu, seperti ejekan. 

"Udah, aku boncengin aja sampe ke rumah kamu. Disini kan jalannya sepi. Ga bakal ada ojek atau angkot. Emang mau jalan kaki sampe ke rumah? Mending, kasih tahu alamat rumah kamu aja." Penjelasan Dehan ada benar nya juga. Nada jadi berpikir ulang. Apa lebih baik ia dibonceng bareng Dehan atau pulang sendiri dengan ojek? 

"Emm,,, tapi gapa-" 

"Mumpung gratis nih. Lain kali, harus bayar." Dehan langsung memotong ucapan Nada seperti Nada lakukan tadi padanya. 

'Lain kali' katanya?? Ga bakal ada kejadian kaya gini lagi. Ga ada kata 'lain kali'. Ogah!

Walaupun, sedkit mengalami adu mulut. Pada akhirnya, Nada meng-iya kan tawaran Dehan. Mereka sekarang menuju rumah Nada. Dalam perjalanan itu mereka asyik mengobrol bersama dan bercanda. 

Huh, lagian duit gue kan jadi berkurang buat beli es tadi pagi. Gara-gara lu juga sih!  Jadi, gapapa sekarang lu yang tanggung jawab. 

Ujung bibir Nada samar-samar tersenyum. 

DDRRT! DRRRT! 

Suara getar dari kantong celana Dehan. Sudah beberapa kali, handphone itu berdering. Namun, Dehan tetap membiarkannya saja. Beberapa saat, Nada meminta agar Dehan mengecek handphonenya. 

"Udah biarin aja. Lagian aku tahu kok itu dari siapa. Biarin aja."

Satu kalimat yang membuat Nada mengurung niatnya. Nada sebenarnya, ingin berkali-kali untuk meminta Dehan mengecek handphonenya terlebih dahulu. Ia takut ada pesan penting ntah dari mamanya atau ayahnya atau temennya.  Yang penting Dehan mengecek handphonenya terlebih dahulu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta 180° - Sisi Lain MatakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang