Satu

37 6 0
                                    

Hari itu aku ke kedai eskrim lagi, sengaja aku datang sendirian. Aku ingin mencari tahu tentang ayahku yang belakangan ini jarang pulang. Sebenarnya, aku dilarang ayah untuk pergi ke kedai eskrim ini. Tapi aku penasaran. Aku memilih tempat duduk di balkon atas kedai eskrim itu. Dari sini aku bisa lihat siapa-siapa saja yang masuk kedai eskrim ini. 1 jam berlalu, penantianku berbuah.

Seseorang berperawakan tinggi semampai dengan paras yang begitu ayu masuk. Hari itu dia menggunakan dress merah yang pas sekali untuk dikenakannya ia masuk dan tersenyum kepada pegawai kedai ini seakan sudah sering kesini. Aku yang tak bisa memperhatikannya pun turun ke bawah dan memilih tempat duduk dibelakangnya. Setelah beberapa lama ayahku yang dari tadi aku nantikan akhirnya datang dan betapa kagetnya aku saat ayahku mencium pipi perempuan itu. Aku yang merasa sudah cukup mendapat informasi bergegas pulang.

Aku yang saat itu masih kecil, kurang tahu apa yang dilakukan ayahku. Tapi, aku tahu bahwa itu tidak baik. Saat ibuku dirumah menunggu ayah pulang, ayah mencium pipi perempuan lain di kedai eskrim ini. Aku merasa cemburu dengan perempuan itu, bahkan ayahku jarang sekali mencium pipiku. Tapi lihatlah, ayahku menciumnya seakan begitu mencintainya.

**

Aku mengambil tempat duduk di bagian kanan tempatku berdiri tadi. Aku melamun, mataku berkaca-kaca. Aku hampir menangis saat aku ingat awal kehancuranku. Tapi bagiku menangis tak perlu toh sudah terjadi, aku tak bisa memperbaikinya.

**

Keesokannya saat pulang sekolah, ibuku menjemputku. Dia ingin makan eskrim, katanya. Aku takut ibuku melihat ayahku nanti, aku menolak tapi ibuku memaksa. Aku tak bisa berbuat apapun lagi kecuali berharap semoga ayahku tak datang ke kedai. Tapi harapanku sia-sia. Saat eskrimku datang tak lama wanita itu datang , aku pura-pura tak tahu sajalah, pikirku. Saat itu juga ibuku datang membawa eskrim dengan tambahan topping coklatnya.

Tepat saat ibuku baru duduk ibuku melihat ayahku datang, ibuku senang bukan main. Dia ingin menyapa ayah namun apa boleh buat. Ayah datang untuk wanita itu bukan untuk ibu. Ibuku melihat dengan mata kepalanya sendiri ayah mencium wanita itu. Ibuku yang marah langsung saja menampar ayah didepanku dan langsung melengos pergi dengan mata berlinangan air mata.

Sampai dirumah ibuku hanya bisa menangis aku tak tahu apa yang dipikirkannya. Tapi akupun ikut bersedih melihat orang yang paling berjasa di hidupku menangis. Hatiku seaakan diiris,pedih. Akupun keluar dari kamar ibu, tak tahan melihatnya menangis. Tak lama ayahku pulang, melihat aku diruang tamu ayahku marah besar terhadapku.

Dia pikir aku yang sengaja memberi tahu ibuku, sengaja mengajak ibuku ke kedai itu dan dia menamparku. Aku yang masih kecil ditampar ayahku sendiri hanya bisa menangis.

Ibuku sepertinya mendengar kegaduhan di ruang tamu, ibuku segera saja keluar. Aku sempat melihat ibu mengintip dibalik tembok lalu pergi kearah dapur. Lalu ibuku datang lagi dengan membawa sebilah pisau. Aku kaget bukan kepalang, apa yang akan dilakukan ibu dengan pisau itu? Aku menerka-nerka. Cukup lama aku menerka-nerka,lalu ibu datang dan balik menyalahkan ayahku atas kejadian ini.

Seandainya saja ayah tak selingkuh,seandainya saja ayah tak berkhianat pada ibu. Ayahpun tak kalah sengit membalas semua perkataan ibu dengan bantahan-bantahan bahwa ia tak selingkuh.

Cukup lama adu mulut antara ayah dan ibuku, dan kali ini adu mulut ini selesai bukan karena salah satunya mengalah tapi, karena ibu yang terlalu lelah dan sakit hati dan memutuskan menusuk ayah dengan pisau yang dibawanya. Ayah terkapar di lantai bersimbah darah dan ibuku lari entah kemana. Yang pasti saat itu aku langsung berlari keluar rumah dan meminta bantuan. Aku berharap ayahku tertolong, meskipun ayahku menyakiti hati ibuku.

Setelah ayahku dibawa ke rumah sakit tak lama adikku pulang. Adikku yang baru pulang dari bimbingan belajarnya pun kaget kenapa banyak darah di lantai. Aku hanya bisa memeluknya sambil menangis. Tak lama polisi pun datang untuk penyelidikan, aku dijadikan saksi untuk kasus ini. adikku pun ikut karena tak ada siapapun yang menjaganya.

Agni AristideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang