Empat

25 4 5
                                    

Di mulmed itu Swain Mahisa a.k.a Daren ya gengs! kl klian g suka visualnya, bayangin aja sebisa kalian :v

🍒🍒🍒🍒🍒

Alena! Alena!

Wake up!

Hey

Wake up Girl

Lenaaaa, Wake up please!

Aku seperti mendengar suara yang menyerukan namanku untuk dapat terbangun, tetapi aku terlalu lemas bahkan jika hanya untuk sekedar membuka mata. Aku mencoba berbicara namun lidahku kelu, mulutku tak dapat terbuka dan yah, aku sangat tak berdaya dan aku benci menjadi tidak berdaya. Aku ingin bangun namun tak bisa hingga aku merasa seperti terbang, seseorang membopongku. Aku sadar sepenuhnya hanya saja fisikku terlalu lemah, energi yang ada dalam dirinya terlalu besar. Tapi, dalam bekapannya aku merasa bahwa sedikit demi sedikit kekuatanku pulih. Aku membuka mata tepat saat ia menurunkanku dengan sangat halus di brankar uks sekolahku. Aku tidak tau apa yang terjadi hingga ia hampir saja melumpuhkanku, tapi firasatku mengatakan sesuatu yang buruk.

"Alena, Are you okay?" tanyanya

"I'm okay, thankyou, But what are you doing here uhm.. Daren?"

"Yea, I'm Daren. Nice to meet you! I carrying you here, But i'm so sorry in our first meeting, i almost killed you." Sesalnya.

"Thankyou Daren. Actually, i don't want to say thank you but i feel i need to thank you, dan sudah? tak ada yang mau kau katakan lagi selain minta maaf? Silahkan pergi, aku ingin sendiri."

Aku tau ia merutuk dalam hati karena usiranku. But, I don't care. He almost Killed me! Aku berpikir apakah hanya aku yang merasa sangat lemah bertatap dengannya? Kenapa dia tidak sepertiku yang seakan kehilangan kendali atas diriku sendiri? Dia masih baik-baik saja. Bahkan dia yang membopongku kesini, ini sangat tidak adil! Aku terus merutuk dalam hati membiarkan dia menebak-nebak apa yang aku pikirkan. Hey, tapi bukankah aku sudah mengusirnya tadi? Kenapa dia tak pergi? Dasar bocah keras kepala!

"Kenapa kamu masih disini?" Tanyaku

"Tunggu! Aku sedang berpikir sebenarnya kamu tadi kenapa? Aku pun kenapa? Kenapa kita berbeda?" Tanyanya, entah pada siapa. Tatapannya menerawang

"Apanya yang berbeda? Aku merasa biasa saja." ucapku acuh

"Tidak, bukan begitu. Kenapa saat kamu menatapku dan aku menatapmu aku merasa aku menerima kekuatan besar sedangkan kamu? Kekuatanmu terserap habis olehku, hm ini aneh." Ucapnya

"Aku bahkan tak tau aku punya kekuatan! sudahlah jangan bahas omong kosong itu lebih lanjut! Pergilah! Aku ingin istirahat, tubuhku seperti remuk!"

"Tidak, Alena aku akan tetap disini, menungguimu." Ucapnya santai, kesantaiannya membuatku ingin menghujatnya.

"Aish! Kau ini makhluk apa? Kenapa kau tidak bisa diberi tahu dengan bahasa manusia?! Pergi Daren!" Aku merengek-rengek seperti anak kecil yang tidak dituruti permintaannya. Mataku melebar, bibir mengerucut dan yah yang pasti rengekanku yang tak berhenti.

"Sudahlah jangan tunjukkan wajahmu yang memelas itu, aku tak tega. Baiklah, aku pergi."

**

"Nessa telah menemukannya. Ini berbahaya, bisa mati dia dibuatnya, Tuan." Jelas seseorang yang memiliki tubuh tinggi kurus.

"Biarkan saja, aku ingin tau seberapa besar Nessa berusaha, toh dia sudah aku kunci. Dia akan menjadi milikku, sumber kekuatanku. Terus pantau Nessa dan mangsaku itu!"

"Baik, Tuan" Setelah seorang bertubuh kurus itu pergi, seringai misterius tercipta dari bibir seseorang yang dipanggil 'Tuan'

**

Sejak mereka melihat kekuatan yang ada dalam diri Alen dan kekuatan yang lama tak pernah keluar dari seorang Daren bertemu, mereka dibuat kebingungan setengah mati. Dalam benak mereka, mereka berpikir apa ini ada hubungannya dengan kami?

Si kembar, Edga dan Adga sebenarnya sudah tau bahwa Daren punya kekuatan, tapi hanya aktif pada saat saat tertentu. Kekuatannya pun tak sebesar tadi saat bertemu Alena, murid baru itu.

"Ed, kau berpikir hal yang sama sepertiku atau tidak?" Tanya Adga pada kembarannya.

"Ya, Aku berpikir akan ada sesuatu besar terjadi Ad, semoga saja ini bukan hal yang buruk." Jelas Edga pada lelaki es di depannya itu.

"Aku merasa ini hal buruk, Ed." Paparnya. Dia memang selalu terus terang, meski kadang terus terangnya itu menyakiti hati.

"Sudahlah Ad, entah kedepannya akan buruk atau akan baik yang pasti, aku berpasrah."

"Hah kau ini selalu saja berkata 'berpasrah' seperti tak punya semangat hidup! Ayolah. Semangat."

"Kau ini kenapa menjadi banyak bicara heh? Sudah diam saja! Sekalinya bicara, bicaramu itu selalu aneh." Edga mulai kesal dengan tingkah Adga yang bisa dibilang tidak biasanya itu.

**

Ah si kembar itu, aku jadi sedih mengingatnya. Mereka selalu saja bertengkar. Sambil mengingat aku menatap manik mata yang sedari tadi menatapku dengan senyum terindahnya. Pelayan ini, dia duduk didepanku dan memberiku semangat untuk berdamai dengan masa laluku itu. Jika aku boleh jujur, senyumnya adalah salah satu senyum yang terindah yang pernah aku lihat.

**

I'VE DONE! SETELAH MELAWAN MAGER AKUT KU, DAN SETELAH BERPIKIR IDE-IDE YANG DAPAT DIKEMBANGKAN, AKHIRNYA AKU BISA MENYELESAIKAN INI :)) DAN MOON MAAP CHAPTER INI PENDEK KALI KALI KALI :( BUNTU LAH IMAJINASI KU INI GENG, MAAP KALI KALI KALI YA :))

Wednesday, 19 December 2018
-Raleyya.

Hope u like it!😗
Vote+komen😗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Agni AristideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang