1 |Aylee & Emely|

82 6 2
                                    

Kalvin menatap malas ke arah gadis itu, tepatnya ke arah Aylee. Gadis itu lagi-lagi membuat darah didalam tubuhnya mencapai ubun-ubun. Tentu saja Kalvin tidak akan mau menyemburkan amarahnya saat ini juga mengingat mereka sedang berada di sekolah.

"Mau apa lagi lo?" tanya Kalvin ketus dengan memandang dingin gadis itu.

Aylee tersenyum, senyum yang akan ampuh bila itu diperlihatkan kepada laki-laki lain selain Kalvin.

"Gue cuma mau ngasih ini ke lo Kal" ucapnya lembut. Kemudian menyodorkan sebuah kotak makan berwarna tosca kepada Kalvin.

Kalvin berdecih.

"Gue gak butuh. Lo kasih aja ke Andra, Vigo atau ke Revan. Mungkin mereka mau"
Ucap Kalvin santai.

Kalvin mengembalikan kotak makan itu ke tangan Aylee. Aylee terdiam, senyumannya luntur. Rasa sakit itu kembali mendera bagian hatinya.

Tetapi Aylee pantang menyerah.

"Kal gue buatnya sesuai dengan resep. Lo pasti aman makan itu. Gue harap lo suka!" Aylee berucap girang. Tak melihat perubahan ekpresi Kalvin yang sudah hampir diujung batas.

Kalvin mengepalkan tangannya. Gadis ini! Sungguh, jika saja saat ini bukan di pekarangan sekolah maka Kalvin akan mengeluarkan segala bentuk amarahnya. Holy shit!

"Mending. Lo. pergi!" Kalvin berujar pelan tapi menusuk. Bahkan Aylee tak sanggup menelan ludahnya sendiri menatap wajah laki-laki itu.

"I-iya Kal. Lain kali gue buatin lagi buat lo. Tapi lo terima ya"

Setelahnya Aylee melangkah pergi dengan dada yang kian menyesak. Apa salahnya? Dia hanya ingin memberi, dia hanya ingin melihat laki-laki ini menerima pemberiannya. Apa susahnya untuk menerima?

Sepanjang percakapan tadi banyak yang menatap iba pada Aylee. Bahkan Emely, yang notabenenya seorang cabe-cabean kelas kakap di sekolah mereka turut mendukung usaha Aylee meluluhkan hati Kalvin. Tak ada satupun yang tampaknya mencaci usaha Aylee, kalaupun ada itu hanya satu atau dua. Lalu mengapa Kalvin seolah membencinya?

Aylee mendesah. Tak tahu apa lagi yang harus dilakukannya.

"Aylee"

Sapaan lembut terdengar di telinganya. Aylee menoleh. Terkejut bukan main ketika melihat siapa sosok yang memanggilnya.

"Emely"

Emely tersenyum tulus. Hal yang jarang dilakukannya.

"Lo harus semangat Ay! Gue yakin lo bisa meluluhkan si kepala es itu!" ujar Emely berapi-api.

Aylee terkekeh. Si kepala es? Rasanya panggilan itu cocok buat Kalvin.

Aylee mengangguk dan tersenyum getir.

"Gue gak tau mel. Sejauh ini Kalvin gak pernah mandang gue. Gimana cara ngeluluhin hatinya?" ucap Aylee lirih.

Emely terdiam. Sebenarnya Emely dan Aylee bukanlah teman dekat. Mereka hanya sesekali pernah terlibat perbincangan. Itupun menyangkut urusan sekolah. Tapi Emely punya inisiatif tinggi ketika melihat Aylee dengan Kalvin. Karena Kalvin teman SMP nya dulu. Emely ingin sekali membantu Aylee untuk mendapatkan Kalvin. Namun Emely ragu untuk mendekati Aylee. Dia merasa tak cocok berhadapan dengan gadis ramah senyum itu. Wow! Seorang cabe-cabean seperti dirinya saja malu berhadapan dengan seseorang. Hal yang sangat langka terjadi di zaman sekarang. Dan itu terjadi pada dirinya.

"Ay! Lo mau gak gue bantuin lo" tanya Emely.

Kening Aylee mengkerut.

"Bantuin apa?"

"biar lo bisa deket sama Kalvin, Ay. Gue gak pakai cara-cara licik kok." ucap Emely dengan memelankan suara diakhir ucapannya.

Ya. Selama ini Emely bukanlah gadis yang bisa dikatakan elok budi. Ke sekolah saja dia memakai seragam yang ngetat belum lagi make up nya yang menor. Dan tentu saja dia juga suka melabrak siswa di sekolahnya kalau orang itu berani berdekatan dengan Farhan. Siapa lagi kalau bukan laki-laki yang menjabat sebagai ketua osis di sekolahnya. Terlepas dari semua itu Emely pun tau bahwa Farhan dan Kalvin sosok yang sama. Dingin, datar dan tidak tersentuh.

Huh, mengingat itu hati Emely juga kian merasakan sakit.

"Mel. Lo tau kan kalau Kalvin gak akan pernah mau tau soal gue. Bahkan kalau lo bantu gue, apapun itu yang jelas kalau menyangkut gue dia ogah mel."

Emely kembali terdiam. Inilah alasan mengapa dia juga mau membantu Aylee. Aylee dan dirinya sama-sama menyukai seseorang yang tak tersentuh, sulit digapai. Karena Emely paham rasanya ditolak terus menerus oleh sosok yang kita sayang. Dan Aylee pun merasa hal yang sama dengan dirinya.

"Jangan mau Ay! Masa lo mau dibantu sama cabe-cabean kek dia!"

Aylee mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Ya ampun! Tidak bisakah ke dua temannya tidak memandang dari luar dulu?

Emely bersungut sebal.

"Gue gak minta pendapat lo berdua juga. Gue nanya nya ke Aylee" ketus Emely.

Abel dan Dhira memutar kedua bola mata mereka jengah.

"Lagian lo sok-sokan mau bantu Aylee segala! Lo gak ngaca apa selama ini lo banyak pakai cara licik biar bisa deket terus sama ketos itu kan?! Terus lo mau bantu Aylee dengan cara licik itu juga?! Cih, lo kira kita berdua suka ngelihat sahabat kita jadi korban kelicikan lo"
Ujar Dhira berapi-api. Sampai membuat siswa yang berlalu lalang berhenti mendengar percakapan mereka.

Emely mengepalkan tangannya. Dia berniat tulus tauk.

Aylee memutar kedua bola matanya. Kapan kalian akur?! Ucapnya membatin.

"udah deh dhir, bel. Lo berdua kenapa harus pakai urat terus si? Gue sama Emely gak macam-macam juga!" ujar Aylee menengahi. Seperti pembelaan untuk Emely.

Emely merasa malu, Aylee seorang most wanted girl saja ingin mendapatkan Kalvin dengan cara murni dan tulus. Sedangkan dirinya? Selalu bertindak semau yang membuat banyak orang resah. Tentu saja banyak di diri Aylee yang membuat Emely malu kepada dirinya sendiri.

"Lo bela si cabe ini Ay?!" tanya Abel melotot tidak percaya.

Astaga! Rasanya Aylee ingin kabur saja dari kondisi seperti ini. Melihat kedua sahabatnya melotot seperti itu kan ngeri

"Ya udah gue gak bakal nawarin lagi ke Aylee. Udah ya Ay, gue ke tempat Farhan dulu" ucap Emely tersenyum kepada Aylee.
Aylee membalas senyumnya.

"iya mel, hati-hati ya"
Emely mengangguk.

Kini tatapan Aylee beralih kepada Abel dan Dhira disampingnya.

"Lo berdua gak seharusnya Ngebentak Emely kayak gitu. Kalau tujuan dan cara yang dia pakai baik kenapa kita gak bisa baik juga sama dia. Walaupun tingkah dia kadang buat siswa sama guru resah tapi dia punya sisi baiknya juga. Dan lo berdua gak boleh mandang sebelah mata, ok?"

"Tap_"

"ssstt.. Udah deh Dhir. Gue gak terima penolakan lo. Yuk ke kelas"

Dhira dan Abel hanya mampu menghela nafas pasrah. Mana bisa sih mereka berdua memarahi balik sahabatnya yang satu ini. Dengan senyuman yang selalu tulus kepada semua orang. Tak akan bisa sepertinya.

"Ya udah ayok"

Diam-diam Emely mendengar percakapan singkat mereka dibalik dinding sana. Hal itu semakin membuat Emely malu kepada dirinya sendiri.

Kalvin lo bakal nyesel gak menghargai Aylee selama ini

Batin Emely pias.







Vote dan Comment guys. Pantengin terus cerita gue ya

Thanks
Xoxo

Sania Fahira

Beauty Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang