5 |Tatapan mata itu|

14 0 0
                                    

Aylee menatap sosok Kalvin dari kejauhan. Laki-laki itu begitu tampak walau banyak siswa yang berkeliaran di sekitaran sekolah ini.

Hari ini Aylee tidak melakukan rutinitasnya, membuatkan sarapan buat Kalvin. Entah mengapa suasana hatinya begitu kacau mengingat kemarahan Kalvin beberapa hari lalu.

Banyak keluhan yang ingin dikeluarkannya saat ini. Banyak rasa yang ingin ia ucapkan. Banyak dan banyak. Tetapi tak mudah, kalau saja ia mendobrak semua topengnya sekarang boleh jadi semua orang yang melihatnya akan membenci dan mengucilkannya. Ia belum siap.

"Aylee, lo udah banyak berkorban. Asal lo tau itu" gumamnya lirih.

Aylee menatap dedaunan yang terbang, angin begitu kencang berhembus. Sama sekali mengerti bahwa hujan akan turun begitupula dengan Aylee yang masih termangu di bangku taman sekolah.

Hpnya berdering. Aylee merogoh benda pipih tersebut dan menatapnya tanpa minat. Tanpa menjawab panggilan tersebut Aylee kembali meletakkan benda itu kedalam saku baju. Kembali ditatapnya daun yang berjatuhan, hanya melihat itu ia tenang. Tetapi seperti dihempaskan ke dalam kenyataan, Aylee memejamkan matanya kala rasa sakit itu lagi lagi dan lagi menusuk tepat dijantungnya.

"Aylee! Bisa gak sih lo gak buat kita-kita khawatir?!"

Aylee tersentak begitu tubunya tertarik ke dalam pelukan. Pelukan hangat yang ia punya, selain dari kedua sahabatnya.

Abel dan Dhira terengah disamping bangku tersebut. Mereka berdua sedari tadi mencari keberadaan Aylee. Segala tempat di sekolah yang biasa dikunjungi oleh gadis itu mereka kunjungi tetapi tak menghasilkan apapun. Ditelfon pun tak diangkat seolah Aylee memang sedang tak ingin diganggu. Untung saja Dhira sigap menelfon Vigo agar cowok itu turut mencari.

"lo kemana aja sih Ay, kita nyariin lo. Ke kantin, ke ruang akustik, ruang dance bahkan kita juga nyari lo di toilet tapi lo gak ada. Tau-taunya lo disini" geger Dhira yang merengut kesal.

Aylee melepaskan pelukan Vigo, dan menatap kedua temannya dengan pandangan bersalah.

"maaf bel dhir. Gue butuh waktu buat nenangin diri sebentar" ucapnya parau.

Dhira diam menatap mata itu, begitu terpancar kesenduan. Begitu sadar dengan pandangan Dhira yang terarah ke mata Aylee segera Abel menepuk pundak Dhira untuk meredakan kekesalannya.

Sementara itu Vigo diam-diam memperhatikan interaksi ketiga sahabat itu. Laki-laki itu tersenyum penuh arti.
Pandangannya beralih menatap Aylee.

"Ay, lo harus ingat kalau disini masih ada gue dan dua teman lo yang bisa lo jadiin pundak" ucap laki-laki itu mengingatkan.

Aylee mengangguk, "gue tau. Tapi gue gak mau kalian ngeliat gue kayak gini. Gue ngerasa terlalu lemah dan gak guna"

Vigo menahan nafasnya begitu perkataan laknat itu kembali terucap dibibir Aylee. Segera Vigo mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak ingin menatap mata sendu itu begitu lama.

Abel menyela, "lo gak perlu ngerasa gitu Ay. Setiap manusia punya titik lemahnya tergantung gimana kita bisa menjalani itu semua. Lo gak lemah apalagi gak guna Ay. Lo sangat berguna disini, diantara kita asal lo tau" jelasnya sambil tersenyum tulus.

Lagi-lagi Aylee merasa hangat dengan perkataan seperti itu. Dengan sigap ia memeluk Vigo disampingnya. Vigo sempat terkejut tetapi senyuman hangat kembali terukir dibibirnya.

"tuh lo denger Abelp ngomong. Gak perlu kayak gini lagi, ingat!! Teman lo sampe ngos-ngosan jadinya"

Aylee mengangguk, "iya Vig"

Vigo berdiri dan mengacak rambut Aylee sayang, "gue mau pergi ke kelas bentar lagi jam istirahat selesai. Mending lo bertiga juga. Gue cabut ya" pamitnya dengan menatap ketiga gadis itu bergantian lalu menatap lama ke arah Dhira. Aylee menatap dengan kening mengkerut arah pandangan Vigo. Ada yang aneh, pikirnya.

Mereka berdua mengangguk kecuali Dhira. Gadis itu menatap dengan pandangan kosong didepannya.

"Dhir lo kenapa?" tanya Aylee.

Aylee berdehem, "maafin gua Ay, gue gak maksud buat nyalahin lo tadi. Gue khawatir sama lo"

Aylee mengulum senyumnya, "iya gak masalah kok kalau itu yang terjadi sama kalian berdua mungkin gue sepanik itu juga" ucapnya terkekeh.

Disampingnya, Abel menghela nafas lega. Mengembalikan mood Aylee tak sesulit itu nyatanya.

"kelas kuy, gue belum makan soalnya. Hehe, 5 menit lagi masuk ni" ucap Aylee tersenyum girang. Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan terlebih dahulu. Abel dan Dhira mengikutinya. Mereka berdua saling menatap lalu tersenyum kecut. Ya, ini cara Aylee untuk kembali memasang topengnya.

***

Adnan menunggu di luar pagar sekolah Aylee, semalam Vigo menelfonnya untuk menjemput gadis itu.

Adnan melihat jam di pergelangan tangannya. sebentar lagi, batinnya.

Adnan kembali duduk dengan tenang diatas kap mobilnya, ia memainkan game di hpnya untuk menghilangkan rasa bosan. Menunggu bukanlah kerjanya tetapi lain cerita jika itu menyangkut Aylee.

Ia dengan sigap turun dari kap mobil itu kala mendengar suara bel sekolah itu berbunyi. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru , mencari sosok yang ditunggunya. Ia menatap dengan kernyitan melihat siswi di sekolah ini memekik kegirangan kala melihatnya.

Ada yang salah sama gue?

Adnan tak ambil pusing, mungkin memang karna seragam yang ia kenakan berbeda membuat siswi disana terpekik.
Tapi apa hanya karna urusan pakaian mereka jadi seperti itu?

Adnan tersenyum melihat sosok Aylee keluar dari pagar. Ia segera menghampiri gadis itu.

"pulang ma gue yok Ay!"

Aylee terpekik hampir saja terjungkang ke belakang. Untung saja dengan sigap Adnan menahan siku gadis itu. Gadis itu menghela nafasnya.

"Adnan!! Lo buat gue kaget astaga" ucap Aylee geram. Hal itu membuat Adnan terkekeh.

"ya udah deh Ay gue sama Dhira pulang dulu ya. Nan, kita duluan" ucap Abel segera menarik tangan Dhira. Adnan mengangguk sambil tersenyum.

Hanya kedua sahabatnya dan Vigo yang tau Adnan adalah sahabatnya. Ia tak merahasiakan tetapi untuk apa mengumbar sesuatu yang biasa ada di kalangan remaja sepertinya.

"ya udah yok deh Ay!" ajak laki-laki itu menggandeng tangan Aylee.

Aylee mengangguk dan tersenyum, dia lupa kalau masih ada satu orang lagi yang masih menyayanginya yaitu Adnan.

"Ay, lo kesambet apa? Senyum-senyum terus dari tadi" ucap Adnan menyadarkan Aylee dari lamunannya.

"hehe gak sih, ada-ada aja lo. Ya udah jalan yuk. Gue ngantuk nan"

Adnan tersenyum lalu mengacak rambut Aylee, "siap nona Aylee" ucapnya terkekeh. 

Lalu mereka tancap gas membelah jalanan kota. Tanpa mereka berdua sadari, ada sosok yang memperhatikan interaksi keduanya.  Dia mendesis tajam di balik helm full face nya dan mendengus.















"cinta gue? Omongan lo bullshit" ucapnya dingin.

Hanya sosok itulah yang tahu apa arti dari  tatapan mata yang tajam itu.

Beauty Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang