10 | Luka Lama

19 0 0
                                    

Layaknya obat nyamuk, Kalvin seolah pengganggu diantara dua sejoli dihadapannya. Kalvin berdecak kesal. Mending Vigo ditinggal daripada diajak tadi.

"cepetan deh Ay! Lo harus minum obat" Vigo memegang pil obat yang harus diminum Aylee. Dasarnya Aylee benci obat sedari tadi ia mengatupkan bibirnya menolak apapun obat yang diberikan kepadanya. Vigo menghela nafas kesal. Ia lelah membujuk Aylee yang terus terusan menutup bibirnya hanya karena sebuah pil obat. Ia tahu Aylee benci segala macam obat tapi salahnya sendiri mengapa ia tidak menjaga kondisi tubuhnya itu.

"ya udah terserah lo. Capek gue" teriak Vigo kesal membanting pil tersebut ke lantai. Aylee tak peduli.

Kalvin memperhatikan mereka. Ia menipiskan bibirnya menatap sejoli itu. Ada dua hal yang ia tak mengerti disini.
Pertama mengenai Vigo. Sejak kapan Vigo bisa sesentimental itu terhadap cewek? Setaunya Vigo itu laki-laki yang acuh terhadap perempuan. Terkadang bisa ramah kadang juga cuek. Entahlah ia tak mau tau soal itu. Kedua mengenai sikap Aylee. Aylee yang selama ini ia lihat pasti tak akan mengacuhkan keberadaannya dimanapun. Bahkan kalau bisa gadis itu mengikuti nya ke rumah. Tapi kali ini? Atau hanya karena gadis itu sakit sehingga tak menyadari keberadaannya.

Sibuk dengan pemikirannya Vigo dan Aylee sama-sama memperhatikan Kalvin. Aylee ingin sekali berteriak kegirangan tetapi ditahannya sementara Vigo menatap Kalvin dengan kesal.

"lo yang ajak gue kesini kan? Tanggung jawab tuh lo yang bujuk dia makan obat" ucap laki-laki berjambul itu kesal.

Sementara itu Kalvin menatap tajam Vigo. Matanya melotot ingin keluar dari tempatnya. Apa katanya tadi? Vigo ini memang ya tidak tau sikon. Bisa-bisa si gadis tak berotak itu besar kepala mendengar penuturan nya tadi.

"apa lo liat-liat Kal! Udah lo bujuk dia! Gue mau pulang" ucap Vigo mengusap wajahnya kasar. Nah kan?

Kadang otak teman nya itu dipake apa tidak Kalvin juga tidak mengerti. Kalvin memang mengajak Vigo melihat Aylee tetapi bukan berarti dengan seenaknya dia membuka kartu As milik Kalvin. Vigo tiba-tiba bangkit dan berjalan keluar kamar rawat lalu meninggal kan Kalvin bersama Aylee disana.

Otak Kalvin memutar cepat apa yang terjadi. Baiklah dia akan mengalah!

Kalvin bangkit dan mendekati ranjang Aylee. Sepertinya gadis itu cukup gugup berdekatan dengan Kalvin saat ini karena tatapan santai nya tadi berubah menjadi gelisah.

"semenakutkan itu gue?" tanya Kalvin datar. Laki-laki itu menatap beberapa obat yang ada diatas nakas. Alisnya mengerut memperhatikan satu persatu obat itu. Yang mana yang harus ia berikan kepada gadis ini? Batinnya bingung.

"emm_ anu gue bisa sendiri kok Kal" ucap Aylee terbata. Ia menunduk takut kala mengatakannya. Bagaimana tidak? Tatapan Kalvin seketika menjadi tajam ketika Aylee berkata seperti itu.

"nih minum. Gak ada penolakan" ucap Kalvin tegas sambil menyodorkan pil obat kepada Aylee. Aylee menerimanya gagok untung saja ia tidak khilaf menjatuhkan pil obat itu. Kalau sampai obat itu jatuh pasti Kalvin akan mengeluarkan kata-kata pedas andalannya.

Aylee meminum pil itu dengan perasaan was-was. Pertama kalau obat itu pahit, yang kedua kalau obat itu nyangkut ditenggorokannya bagaimana?

Kalvin mengamati tingkah aneh gadis ini dengan senyuman kecil. Hampir saja ia tertawa tetapi ditahannya.

"akhirnya nyampe juga ni obat ke perut gue" ucap Aylee terkikik geli seolah melupakan Kalvin yang masih berada disana.

Kalvin berdehem untuk mengalihkan perhatian Aylee. Hal itu berhasil karena Aylee langung mengalihkan pandangannya ke arah Kalvin. Untuk sejenak Aylee hanya mampu terdiam. Tetapi ia sadar, dialah pihak dominan selama ini. Kalau bukan karena suruhan Vigo mana mungkin Kalvin mau menemaninya kan? Untuk itu Aylee mencoba membuka suaranya.

Beauty Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang