Nyatanya rasa sakit hati lebih mendominasi dari perasaan yang mendasari diri itu sendiri
🌸🌸🌸🌸🌸
Saat ini, Reina sedang berada dikamarnya sambil menatap kearah atas, tepatnya kearah keatap kamarnya.
"Aku pengen meledak. Rasanya otak aku udah engga sanggup."
"Lagian aku bingung deh. Ngapain juga akunya keinget itu setan? Engga berguna banget" Ucap Reina pada dirinya sendiri.
Reina kemudian menggulingkan badannya dan menutup wajahnya dengan bantan yang sedari tadi di peluknya. Reina berharap akan tidur nyenyak dan melupakan hal yang menggangu pikirannya tersebut.
Hal ini udah terhitung tiga hari sejak pertemuan Reina dengan mantannya yang bernama Rinal. Hati Reina resah, raga Reina juga gelisah. Bahkan tidur malamnya menjadi tidak setenang sebelum Ia bertemu kembali dengan Rinal.
Reina bingung, sebenarnya apa tujuan mantan datang tak diundang seperti saat itu?
Iya sih, itu pertemuan yang tidak disengaja karena Reina yang membuang sampah sembarangan dan akhirnya mengenai orang lain, yang ternyata adalah mantannya sendiri.
Tapi apa tidak ada orang lain? Seharusnya jangan Rinal yang terkena kaleng minuman tersebut. Bahkan Reina sudah hampir melupakan makhluk tersebut.
Keesokan harinya Reina pergi ke kampus seperti hari-hari biasanya.
Farhan yang melihat Reina sedikit aneh dan tidak seperti biasanya pun akhirnya bertanya.
"Reina. Ada sesuatu yang terjadi dengan kamu, tapi engga kamu ceritai ke aku ya?" Tanya Farhan.
Reina langsung menatap Farhan.
Reina memang belum menceritakan pertemuannya dengan Rinal kepada Farhan.
Namun, Farhan yang peka akan sikap sahabatnya yang sedikit berubah pun menyadari pasti ada sesuatu yang terjadi yang dialami Reina.
"Tumben peka" Ucap Reina dengan nada candaan.
"Aku emang selalu peka, tapi Kamu nya aja yang engga merasa. Aku mah apa atuh, cuma selingan kamu aja kalau lagi ada masalah." Ujar Farhan memutar matanya dengan malas.
"Iya deh iya. Kamu itu orang yang paling peka. Jadi makin sayang deh aku sama kamu "
Reina berkata dengan nada mendayu sambil mengedipkan mata kearah Farhan. Farhan yang melihat hal tersebut tentu saja seperti melihat hal yang menggelikan.
"Jangan gitu ah Reina. Geli tau ga aku
Lagian pun, engga cocok banget sama kamu" Ujar Farhan dengan nada yang kejam."Kamu mah terlalu buta akan pesona aku Han." Ucap Reina kepada Farhan.
"Iyain biar cepat. Sekarang lebih baik kamu cerita deh. Sebenernya itu kamu kenapa? Ada masalah? Kalau ada masalah, cerita sama aku." Tanya Farhan.
"Iya. Aku lagi ada masalah Han. Tapi engga tau deh ini bisa di dikategorikan sebagai masalah atau enggak" Jawab Reina.
"Kok bisa gitu? Emang apa yang sedang kamu alamin sekarang?"
"Rinal." Balas Reina dengan singkat.
"Rinal? Mantan kamu itu ya?" Tanya Farhan kembali.
"Iya Han"
"Emangnya kenapa lagi Rinal?"
"Dia ngajak kamu balikan ya?" Tanya Farhan
"Engga mungkin lah."Bantah Reina dengan langsung.
"Jadi gimana?" Tanya Farhan.
"Jadi gini Han, kemaren itu kan aku lempar kaleng sembarangan, nah terus aku tendang deh itu kalengnya. Dan sialnya kalengnya itu kena kepala orang."
"Eh tunggu deh. Apa hubungannya Rinal, kaleng minuman, dan sama kamu? Engga usah aneh-aneh deh" Ucap Farhan memotong penjelasan Reina.
"Aku engga aneh-aneh Han. Makanya kalo aku cerita itu dengerin sampe abis, baru berikan komentar dan tanggapan yang ada di otak kamu, Farhan." Balas Reina menatap malas Farhan.
"Oke-oke aku salah. Sekarang lanjutin cerita kamu"
"Dan lebih sialnya lagi Han, yang kena timpukan kaleng itu si setan. Eh maksud aku si mantan"
"Kenapa emang nya kalo dia yang kena tumpuk kaleng ? Kamu engga suka liat dia sakit gara-gara timpukan kaleng?"Ucap Farhan menggoda Reina.
"Ya ga mungkin lah. Aku itu sebel aja gitu harus ketemu dia. Dari sekian juta penduduk Indonesia, masa harus dia sih yang kena tendangan kaleng dari aku" Ujar Reina dengan kesal.
"Terus dia juga bilang gini Han, YANG HARUS KAMU PERTANGGUNG JAWABKAN ITU PERASAAN AKU YANG UDAH KAMU CURI REINA. MAU SEKERAS APA PUN KAMU MENGHINDAR AKAN AKU KEJAR. Kan gila Han" Ucap Reina menghembuskan nafas nya dengan berat.
Reina sudah tidak habis fikir dengan jalan kehidupan.
"Nah benerkan kata aku." Ucap Farhan dengan nada tinggi yang tentu saja mengejutkan Nadine.
"Bener apa nya. Kamu aja belum ada ngomong apa-apa tentang pernyataan aku tadi." Ujar Reina yang bingung atas ucapan Farhan tersebut.
"Kamu inget engga kalo aku pernah bilang kalau kamu jodoh sama Rinal? Nah dengan adanya kenyataan yang membawa kamh terus menerus bertemu dengan Rinal, berarti yang aku bilang itu bener. RINAL ITU JODOH REINA" Ucap Farhan menjelaskan perkataannya sambil tertawa.
"Wah. Amit-amit, jangan sampe. Lagian kamu bukan Allah yang tau jodoh orang ya Farhan, jangan asal jeplak aja" Balas Reina yang tidak terima dengan perkataan Farhan, sahabatnya tersebut.
"Kenapa? Kamu bilang jangan asal jeplak? Takut ya kamu kalo ucapan aku jadi doa dan terkabul?" Tanya Farhan menaik-turunkan alisnya menghadap Reina.
"Engga, aku ga takut. Lagian mana mungkin terkabul, aku engga mau jodoh sama orang yang nyakitin hati aku, Farhan" Balas Reina.
"Sekarang aja kamu bilang kayak gini, dulu juga kamu engga bisa lepas dari Rinal kayak permen karet lengket di rambut" Ujar Farhan dengan kelewat jujur.
"Masa lalu biar lah masa lalu. Jangan kau ungkit jangan ingat kan aku" Nyanyi Reina dengan mencontoh gaya penyanyi dangdut perempuan terkenal di Indonesia.
"Korban dangdut kamu tuh." Farhan memutar matanya dengan malas melihat tingkah sahabatnya tersebut.
Farhan adalah tipe manusia yang benci musik dangdut. Menurut Farhan, dangdut itu musik berisik, dan Farhan benci itu.
"Siapa suruh kamu bahas masa lalu. Muak tau engga sih akunya. Ibarat nya itu gini ya Farhan, kalo kertas udah diremuk sampai berkerut-kerut banget kayak kulit nenek-nenek, ga akan bisa mulus lagi kayak semula. Sakit hati aku udah mendominasi dari pada perasaan yang mendasari di diri aku."
TBC 😊
Maaf atas kekurangan cerita ini ya, kalau ada typo yang bertebaran juga harap dimaklumi 😊
Ada kritik dan saran? comment aja, ga usah ragu
Luangkan waktu untuk menekan bintang (Vote) 😊