[4]

2.1K 300 48
                                    

Jungkook spontan memegang lengan Mia, dan reaksinya sungguh di luar dugaan. Mia berontak, lantas memandangnya penuh kebencian.

"Jangan sentuh aku lagi, Brengsek!" desisnya dengan amarah tak terkendali.

Hal tersakit yang dirasakan Jungkook selain mendapat kecaman dari haters adalah hal ini. Bahkan, dia tak pernah menyangka Mia yang manis akan semenakutkan ini saat marah.

"Mia," panggilnya lemah.

"Aku minta maaf karena tidak bisa menjadi kekasih yang baik untukmu. Aku juga minta maaf karena sudah membuatmu kecewa hingga mencari gadis lain. Aku minta maaf atas segalanya. Tapi aku hanya ingin kau tahu. Aku pernah di posisimu, merasa muak dan kecewa dengan hubungan ini, tapi aku masih menahan diri untuk tidak mencari pelampiasan seperti yang kau lakukan,"—Mia menyeka kasar air mata yang sempat jatuh ke pipinya yang mulus—"jadi sekarang kumohon, jangan pernah mempedulikanku lagi. Aku tak ingin berhubungan denganmu lagi, Jung. Dan terima kasih atas patah hati yang kau ajarkan padaku."

Sekali lagi Mia mengusap air matanya. Gadis Min itu berbalik, berniat hendak pergi sejauh mungkin dari si pemuda yang memporak-porandakan semua kepercayaan yang ia beri. 

"Bagaimana mungkin aku bisa membiarkanmu pergi begitu saja sedangkan hatiku tidak mengizinkan?"

Mia menggigit bibir. "Hatimu yang tidak mengizinkan atau egoismu yang tidak mengizinkan?"

Ucapan yang sangat menohok bagi Jungkook. Pria Jeon itu membisu sejenak, namun kemudian dengan mantap menjawab, "Hatiku yang tidak mengizinkanmu untuk pergi, karena dia tahu siapa pemilik aslinya."

Mia terpaku di tempat, menangis dalam diam yang bertindak sebagai saksi mereka berdua.

"Aku benar-benar mencintaimu, Min Areum." Jungkook bicara seolah berada di ambang putus asa. "Aku akan melakukan apapun, asal kau kembali kepadaku," mohonnya lagi.

Mia mendongak, coba menahan air mata yang kembali hendak jatuh.

"Areum...."

"Maaf, aku tidak bisa menerima seorang pengkhianat."

Kembali pembicaraan pagi itu ditutup dengan situasi kelabu yang memusingkan kepala. Jungkook tertunduk lemah ketika Mia dengan setengah berlari meninggalkannya yang terpuruk karena jeratan cinta. Tetes air perlahan diturunkan oleh sang langit meski sekarang bukanlah musim penghujan. Seolah-olah langit pun mengerti dengan permasalahan rumit yang tengah dihadapi dua insan tersebut.

Seharian Jungkook tak konsentrasi latihan. Beberapa kali dia salah gerakan, mengacaukan formasi dan tak jarang salah langkah dan mengakibatkan tubuhnya bertabrakan dengan member lain.

"Jeon Jungkook."

Yang dipanggil mengusap wajahnya yang berkeringat, paham benar bahwa dirinya akan diberi teguran oleh pelatih.

"Ada apa?" tanya pria paruh baya yang mendedikasikan setengah hidupnya untuk dance tersebut.

Jungkook menggeleng. "Maaf, Ssaem," ucapnya.

"Kau sedang ada masalah? Gerakan dan konsentrasimu buruk sekali hari ini."

Jungkook diam. Namun seluruh member BTS pasti tahu penyebabnya.

"Ssaem, lebih baik Jungkook tidak ikut latihan kali ini. Dia harus menenangkan pikirannya," saran Namjoon selaku ketua.

Jungkook masih diam. Namun dalam hati bersyukur karena memiliki ketua yang memahami keadaannya.

"Ya sudah. Untuk hari ini kau boleh istirahat. Tapi besok kau harus berlatih dengan baik," tegas pelatih dance.

Jungkook mengangguk. "Terima kasih, Ssaem. Aku duluan," katanya pada pelatih dan semua member yang juga balas mengangguk—kecuali Yoon Gi yang tak acuh.

Pria Jeon itu bergegas ke rumah Mia. Dia tak akan bisa tenang sebelum Mia memaafkannya dan melihat bibir gadisnya melengkungkan senyum manis seperti biasa mereka bersama.

Sesampainya di rumah bercat putih, Jungkook tanpa permisi masuk ke dalamnya. Masa bodoh dia akan dicap tidak sopan, yang terpenting masalahnya selesai.

"Mia."

Yang dipanggil menoleh. Berdecak, lantas menaruh kasar gelas minumannya ke meja makan dan menatap tak suka ke Jungkook yang menerobos rumahnya.

"Tidak adakah secuil saja bagian hatimu yang memaafkanku?" tanya Jungkook.

Mia diam.

"Haruskah aku memutuskan dia di depanmu?"

Mia tetap diam.

"Min Areum.... Kumohon bicara."

"Kau tahu aku sangat membenci perselingkuhan, kau juga tahu konsekuensinya apabila melakukan itu, lalu kenapa sekarang kau memohon maaf?"

"Karena aku mencintaimu."

"Kalau kau memang mencintaiku, kenapa tidak bicarakan masalahmu agar aku bisa memperbaiki diri? Kau bisa melakukan itu, kan? Kenapa tidak lakukan dan malah menjadikan orang lain sebagai pelampiasan?!"

"Karena aku tidak memiliki kesempatan untuk membicarakannya!"

Mia terdiam dengan matanya yang berkabut. Sebisa mungkin gadis Min itu menahan emosinya yang meledak-ledak.

"Kau selalu sibuk! Kau hanya fokus dengan masalahmu. Mengeluhkan itu ini tanpa peduli aku juga memiliki masalah sendiri dan ingin bercerita, tapi tidak bisa karena aku tidak ingin membuat bebanmu semakin banyak, Mia." Jungkook melemah di akhir kalimat. "Aku hanya tidak ingin membuatmu semakin banyak masalah, Areum. Jadi aku memutuskan untuk mencari yang lain untuk sementara, tanpa memikirkan akibatnya seperti ini. Aku bersalah denganmu dan dengannya yang tidak tahu apa-apa tapi harus jadi tempatku menumpuk semua masalah."

Mia diam. Setetes air matanya jatuh tanpa berusaha diseka.

"Mia...."

"Selama ini aku berusaha untuk selalu untuk membicarakan semuanya padamu agar kau sadar dan melakukan hal yang sama padaku."

Jungkook ingin bicara, namun Mia lebih dulu menyambung ucapannya.

"Jadi semua permasalahan ini awalnya adalah aku, 'kan?"—Mia tertawa getir—"bodoh! Seharusnya aku tak menyalahkan orang lain. Semua ini salahku."

"Mia...."

"Pergilah. Aku malu menemuimu yang terus kusalahkan sejak kemarin." Mia berbalik, berniat ingin kembali ke kamarnya dan mengutuk diri.

Jungkook tercekat. "Mia—"

"Pergilah."

"Bagaimana aku bisa pergi jika tahu kau akan menyalahkan diri sendiri?"

Mia meneguk ludah. "Karena memang kenyataan bahwa aku yang salah, 'kan?" ujarnya tersendat tangis.

"Kita sama-sama salah."

"Tetap saja awal penyebabnya adalah aku. Bodoh memang karena aku tak menyadari itu."

"Mia—"

"Pergilah, Jung."

Jungkook memberanikan diri untuk maju. "Aku tidak akan pergi," katanya.

"Aku tidak akan meninggalkan orang yang kucintai dengan kondisinya yang seperti ini. Aku ingin merangkulnya, memberinya kekuatan dan menyadarkan bahwa ini tidak hanya kesalahannya."

Mia membisu dalam tangisnya yang tak bersuara.

"Izinkan aku memelukmu, Areum."

-TBC-

Hai~~ annyeong >.<
Maaf di chapter sebelumnya aku gak balasin komen 😭 Gak ada kouta 😭 Tapi makasih buat yang komen sama ngasih semangat ❤ I love you ❤❤

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang