[Epilog]

3.1K 296 42
                                    

Sesampainya di rumah dan ketika merebahkan diri ke tempat tidur yang empuk, ingatan pria tampan bermarga Jeon itu kembali pada kejadian beberapa jam lalu; saat Mia sudah berhenti menangisnya.

[]"Aku akan memutuskan dia, asal kau percaya bahwa perasaanku tidak main-main," ucapnya saat itu.

Mia menggeleng. "Aku tidak mau bersamamu lagi. Kau hanya akan menerima perlakuan yang sama dariku di masa yang akan datang," tolaknya.

"Masa depan urusan Tuhan."

Mia diam.

Jungkook memberanikan diri menyentuh wajah yang senantiasa mengisi pandangannya. "Aku berjanji, kali ini aku akan menjaga kepercayaanmu dengan baik. Iya, aku tahu kau tidak akan melupakan perbuatanku dengan mudah, tapi aku akan buktikan bahwa aku tak akan mengecewakanmu lagi," janjinya.

Mia tetap menggeleng. Matanya kembali panas. Ada rasa takut yang muncul di hati.

"Satu-satunya yang dihatiku hanya Min Areum, yang di pikiranku pun hanya Min Areum." Jungkook meneguk ludah, "aku menyayangimu, Jeon Mia," lanjutnya memberanikan diri memanggil nama yang khusus diberikannya untuk yang terkasih. Gabungan marganya dengan nama panggilan Mia.

Mia membisu, namun kali ini dia menundukkan kepala untuk bersembunyi dari pandangan Jungkook.

"Bicaralah," mohon Jungkook hampir putus asa. "Kau membuatku menangis jika terus seperti ini," lirihnya.

"Aku harus melakukan apa? Menerimamu? Hatiku sudah terlanjur kecewa, Jung," kata Mia sambil menatap Jungkook. "Aku mempercayaimu, aku menyayangimu, aku melakukan semua yang kupikir bisa membuatmu senang dan tak terbebani. Tapi pada akhirnya, aku tetap harus menelan kepahitan ini, 'kan?" tuturnya perih.

Jungkook menjilat bibir. Sepenuhnya dia tahu bagaimana jika Mia diberi kekecewaan, sulit mendapatkan kepercayaan yang sama seperti sebelumnya.

"Aku kekasihmu, kan? Kenapa kau tidak bisa terbuka padaku? Alasanmu tidak bisa. Itu menyinggungku, tahu. Aku seperti orang yang tak berguna dan hanya memikirkan diri sendiri! Padahal aku selalu memberi kebebasan padamu untuk bercerita. Kau bilang tidak ingin membebaniku. Padahal itu hanya pikiranmu saja!"

Jungkook diam.

"Sekarang aku benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Semuanya percuma, karena titik permasalahannya ada pada diriku." Mia melunak, namun itulah tingkat teratas sakit hatinya.

"Kita sama-sama bersalah." Jungkook meluruskan.

Mia menggeleng. "Kau tidak akan melakukan ini jika aku memperhatikan dan paham dengan keadaanmu, kan? Andaikan aku tidak sibuk dengan perkuliahan dan masalahku sendiri, kau pasti tidak merasa diabaikan, kan?" tukas Mia dengan hati yang kacau.

"Mia...."

"Sudahlah, Jung. Semua ini memang kesalahanku."

Jungkook mengembuskan napas, merasa percuma mendebati Mia. Untuk itulah, ia lebih memilih untuk menarik gadisnya ke dalam pelukan.

"Aku tidak mau mempermasalahkan siapa yang salah, karena bagiku kita berdua bersalah," putusnya tegas. "Sekarang aku hanya ingin kita kembali seperti biasa. Aku memperbaiki diriku agar tak lagi mengecewakanmu, dan kau, perbaiki dirimu agar aku tak berpaling darimu. Itu saja."

Mia diam.

"Aku mencintaimu, Min Areum. Dan perasaanku tidak main-main."[]

Jungkook menarik napas, lalu tersenyum. Meski saat itu Mia tidak membalas ucapannya, tapi dia yakin Mia sudah memberikan kesempatan kedua, kesempatan yang pasti tak akan disia-siakan lagi.

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang