Chapter 7

185 4 0
                                    

Tepat pukul 23.30 malam Lexis sudah mempersiapkan semuanya. Ia merasa sangat enggan untuk meninggalkan rumahnya, terutama pamannya. Paman, bibi, Omy dan Loly pun mengantarkannya ke depan pintu. Ia dapat melihat ekspresi lega yang terpancarkan dari wajah bibi dan kedua sepupunya walaupun mereka berusaha untuk menyembunyikannya.

Lexis tidak dekat dengan bibi dan kedua sepupunya, ia merasakan ada hal yang membuat mereka jaga jarak terhadap dirinya. Walaupun begitu, ia tidak menghiraukannya, selama paman memperlakukannya dengan baik, Lexis tidak perduli dengan yang lainnya.

Lexis berjalan menjauh dari rumah walaupun hal itu sangatlah berat untuknya.  Setelah beberapa langkah, Lexis berhenti, ia menengok untuk terakhir kalinya. Melihat sosok pamannya dengan wajah sendu menahan air mata agar tidak menetes merupakan hal terakhir yang ia akan ingat sampai kapanpun. Lexis pun melambaikan tangan sekali lagi dan berlari memasuki gelapnya hutan.

Ia hanya terus berlari tanpa mengetahui arah yang ia tempuh. Ia tidak mengingat jalan terakhir untuk mencapai tempat dimana ia akan bertemu Luna dan ketiga kunang-kunang tersebut. Lexis terus berlari hingga merasa lelah. Ia pun mulai untuk memperlambat langkahnya hingga hanya berjalan pelan.

Mendadak Lexis merasakan kehampaan yang tidak dapat  terbendung.  Ia merasa bahwa dirinya seperti telah disia-siakan. Mengapa kedua orang tuanya meninggalkan dirinya dan menitipkannya pada paman. Mengapa sekarangpun pamannya menginginkan dirinya untuk pergi dengan sosok yang bahkan tidak ia kenal. Lexis pun menghentikan langkahnya dan  menatap tanah dibawahnya dengan pikiran kosong. Sesaat, ia merasakan adanya cahaya putih yang berkilau dikejauhan. Cahaya putih kecil yang lama kelamaan bergerak mendekat dan ukurannya pun semakin membesar. Cahayanya yang membuat hutan menjadi bersinar terang, sangat terang hingga ia memejamkan mata dan menutupnya dengan kedua telapak tangan.

Mendadak kesunyian menerpa. Perlahan, Lexis membuka kedua matanya. Remang-remang dikejauhan ia melihat cahaya putih tersebut seperti sedang menuntunnya menuju ke suatu tempat. Lexis tercengang.
“Apa ini?” Gumam Lexis pada dirinya sendiri.

Lexis pun berjalan mengikuti kilauan cahaya putih tersebut. Ada perasaan gelisah dalam dirinya. Tetapi ia tetap mengikutinya hingga cahaya tersebut menghilang ditelan angin malam. Tidak ada apapun. Ia tidak menemukan apapun disana. Hanyalah sebuah danau kecil yang berada di tengah pepohonan tinggi dengan airnya yang sangat hitam pekat.

“Bodohnya aku. Kenapa aku harus mengikuti cahaya itu.”

Anehnya, Lexis tidak merasakan takut sedikitpun walaupun ia tidak tahu arah untuk kembali. Ia duduk di pinggir danau untuk sesaat. Berpikir apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Haruskan ia menunggu disini hingga Luna menemukannya? Atau haruskah ia mencoba untuk menemukan jalan pulang? Tidak. Ia memilih untuk beristirahat sejenak, merebahkan badannya di tanah pinggir danau dan melihat kilauan bintang-bintang di atasnya.
Kala itu, tebaran bintang-bintang menghiasi indahnya langit malam serta bulan purnama pun bertengger diantaranya. Lexis berpikir. Seperti apakah Worldbuster? Apakah dunia itu ada disana? Bersama dengan bintang-bintang disana? Jika ibunya adalah seorang witch dan ayahnya adalah seorang demon, kemudian siapakah dirinya? Witch setengah demon? Pikiran tersebut membuatnya tertawa. Kekuatan besar seperti apa yang akan ia miliki kelak? Mengapa kakek sangat menginginkan untuk menangkapku? Kakek. Kata-kata itu terasa sangat asing ditelinganya.

Lexia pun memejamkan kedua kelopak matanya dan menarik napas dalam-dalam menikmati sejuknya udara malam itu hingga suara yang sangat lembut memanggil namanya.

“Lexis sayang.” Ucap suara itu.
Lexis perlahan membuka kedua matanya. Berusaha mencerna apa yang sedang berada di depan matanya. Kumpulan cahaya-cahaya putih kecil yang bersatu dari segala arah membentuk sesosok wanita. Lexis memperhatikan setiap pergerakan dari cahaya-cahaya tersebut tetapi ia tetap tidak dapat mengenal sosok tersebut karena hanya berupa kumpulan cahaya putih yang melayang diudara bagaikan siluet. Siluet yang menunjukkan bagian rambut seorang wanita yang berkibar-kibar bagaikan tertiup angin sepoi-sepoi dengan gaun panjang yang ia kenakan pun ikut menari-nari diudara.

Lexis memandang siluet tersebut dengan terperangah. Siapakah dia? Ini pertama kali dirinya melihat sosok yang tidak dapat diterima logika tetapi terlihat begitu nyata.

Hening sesaat.

“Mmmm…. Halo.” Ucap Lexis ragu-ragu. Bertemu dengan sosok yang tidak masuk akal sudah bukanlah  merupakan hal yang aneh bagi Lexis. Ia sudah mulai terbiasa akan hal itu sehingga reaksi dirinya pun tidak seperti pertama kali saat dirinya bertemu dengan Luna maupun dengan Yelly, Greeny dan Reddy.

“Senang bisa melihatmu lagi Lexy, sayangku.”Ucap siluet tersebut.

“Kau tahu diriku?”

Siluet tersebut hanya terdiam.

“Apakah kau salah satu penghuni dunia worldbuster seperti Luna, Yelly, Greeny dan Reddy?” tanya Lexis.

Siluet itupun masih tetap terdiam.

“Kenapa kau tidak mengatakan apapun?” tanya Lexis lagi.

“Sayang, perjalananmu masihlah sangat panjang. Persiapkan dirimu. Kupercayakan dirimu kepada Luna karena kuyakin dirinya dapat menjagamu dengan baik. Maafkan aku yang tidak dapat menjagamu secara langsung, tapi percayalah, aku disini selalu memantaumu dan menjagamu setiap detik tanpa kau ketahui.” Jawab siluet tersebut.

“Siapakah dirimu?” tanya Lexis tanpa menyerah.

“Lexis sayang. Aku adalah ibumu. Lady Elizabeth." Elizabeth berhenti sejenak untuk melihat ekspresi Lexis.

"Mungkin hal yang sulit untukmu menerima diriku setelah bertahun-tahun kau tidak berada disisiku. Maafkan semua perbuatanku tapi aku melakukannya karena tidak ada pilihan lain. ”

Lexis hanya terdiam. Setelah sekian lama ia mendambakan seorang ibu seperti teman-temannya dan sekarang ia bertemu dengan ibunya yang tanpa disangka hanyalah berupa siluet yang bahkan ia tidak dapat  melihat wajahnya sekalipun.

“Aku tahu banyak pertanyaan dibenakmu. Luna akan menceritakan semuanya kepadamu. Sekarang pergilah dengannya dan berlatihlah dengan baik. Kau akan mempunyai tanggung jawab yang besar kelak.” ucap Lady Elizabeth.

“Apakah kau akan mengunjungiku lagi?”

“Tentu saja sayang. Aku akan selalu mengunjungimu.” Ucap siluet Lady Elizabeth yang terbang mendekati Lexis dan meraih tangannya, mendekap tangan Lexis dan memeluk tubuhnya.

Walaupun saat ini ia hanyalah sesosok siluet, ia merasa sangat bahagia karena setelah sekian lama ia tidak dapat menyentuh anaknya sendiri. Lady Elizabeth hanya dapat memperhatikan kehidupan Lexis melalui bola kristal maupun mata air yang ia miliki. Melihat anaknya tumbuh tanpa dirinya disampingnya membuat hatinya teriris-iris. Tapi ia tahu itu merupakan keputusan terbaik untuk saat ini. 

Setelah kembali tersadar dari pikirannya sendiri, Lady Elizabeth melepaskan pelukannya. Ia menyentuhkan tangannya ke pipi Lexis dan berkata “Aku mencintaimu…anakku..Lexis.” Kemudian cahaya-cahaya putih yang membentuk siluet dirinya mulai terbang menyebar ke segala penjuru dan meninggalkan Lexis kembali ke gelapnya hutan malam itu.

Lexis masih tidak dapat mempercayai apa yang baru saja terjadi. Ia terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Hal yang membuat dirinya sangat bahagia adalah pada akhirnya ia dapat bertemu dengan ibunya. Lady Elizabeth. Nama yang tidak akan pernah ia lupakan.

“Akhirnya kau bertemu dengan ibumu.” Ucap Luna dari balik pepohonan.

“Luna! Maafkan aku. Aku tidak dapat mengingat arah untuk kembali ke tempat terakhir kita bertemu.”

“Hahaha….tidak masalah sayang. Aku sudah tahu disaat pertama kali kau memasuki hutan dan kubiarkan kau menempuh jalanmu sendiri sesuai nalurimu hingga kau sampai disini.”

“Jadi kau melihat ibuku?”

“Tentu. Aku melihat semuanya.”

“Bisakah kau menceritakan semuanya padaku? Aku ingin mengetahui semuanya.”

“Tentu. Aku akan memberitahumu setelah kita sampai di Worldbuster.”

“Dimana Yelly, Greeny dan Reddy?” tanya Lexis.

“Hello Lexy! Kami disini!” teriak Yelly dengan riangnya dari balik pepohonan.

“Apakah kau sudah siap?” tanya Greeny pada Lexis.

Lexis mengangguk-ngangguk dengan semangat. Mengetahui fakta bahwa ia akan segera bertemu dengan ibunya dan memeluknya secara nyata sesaat setelah ia sampai di Worldbuster.

“Okay let’s go!” Ucap Reddy.

The Demon Witch ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang