Chapter 8

145 4 0
                                    

Sesaat mereka berjalan tanpa mengeluarkan suara. Lexis pun hanya terdiam tanpa ingin mengusik kesunyian malam menjelang pagi kala itu. Udara dingin menusuk tulang rusuknya seraya ia memeluk erat badannya seolah-olah dapat mengurangi rasa dingin yang menyelimuti dirinya. Suara jangkrik, burung gagak serta gemerisik dedaunan lah yang memenuhi telinga Lexis saat itu.

“Apakah kita akan menempuh perjalanan menuju Worldbuster dengan hanya berjalan kaki? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai dunia itu?” pikir Lexis. Ia mengingat kata-kata pamannya bahwa untuk menempuh Worldbuster,  ia akan memerlukan banyak tenaga. Lexis sangat penasaran dengan bentuk dan isi dari Worldbuster. Apakah mirip dengan dunia yang ia tempati? Atau seperti di cerita-cerita dongeng yang sering diceritakan pamannya? Tidak mungkin.

“Jangan pernah kau berpikir Worldbuster sama dengan dunia khayalanmu Lexis.” Ucap Greeny terkekeh.

Wajah Lexis merona tersipu malu.

“Kau tidak akan pernah membayangkan seperti apa Worldbuster.” Lanjut Luna.

“Luna, apakah aku akan bertemu dengan ibuku sesampainya kita di Worlbuster?” tanya Lexis.

“Tidak Lexis.” Jawab Luna.

“Maksudmu? Kenapa?”

“Jika kau bertemu dengan ibumu tanpa adanya persiapan, kau akan habis sebelum perang dimulai.” Tukas Luna dengan wajah muram.

“Kau harus berlatih terlebih dahulu sayang, kau perlu menguasai seluruh kekuatan yang kau peroleh sebelum kau bertemu dengan kedua kakekmu.” Lanjut Reddy.

“Kakek?”

“Iya. Kedua kakekmu. Kakek dari ibu dan ayahmu” Ucap Luna.

“Apakah ia akan menyakitiku? Bagaimana mungkin? Aku darah dagingnya!”

“Kau tidak mengerti Lexis. Ingat bahwa ibumu adalah seorang witch dan ayahmu adalah seorang demon?”

Lexis tidak menjawab.

“Worldbuster adalah dunia yang dipenuhi kebencian antara kaum witch dan demon. Mereka sudah menjadi musuh bebuyutan sejak 2000 tahun yang lalu. Sehingga ada satu peraturan yang dilarang sangat keras untuk dilanggar, yakni menjalin hubungan di luar kaum mereka sendiri. Dan kau tahu kelanjutannya.” Jelas Luna.

“Ibu dan ayahku saling jatuh cinta.”

Luna hanya mengangguk menunjukkan jawaban Lexis benar.

“Bagaimana mungkin mereka bisa saling mencintai?”

“Ayahmu pernah menjadi mata-mata yang dikirim oleh kakekmu ke dalam istana witch. Ia menyamar sebagai prajurit dan berhasil menjadi prajurit pribadi Lady Elizabeth karena kecakapannya dalam bertarung. Sehingga ia dipercaya oleh kakek dari ibumu untuk menjaga ibumu yang pada saat itu belum menguasai secara total kekuatan yang ia warisi. Ayahmupun melatih ibumu setiap hari, dan perasaan cinta pun muncul diantara mereka berdua dan setelah beberapa bulan ibumu mengandung dirimu. Pada saat itu ibumu belum mengetahui bahwa ayahmu adalah seorang Pangeran dari istana Demon. Pangeran tidak ingin memberitahu ibumu karena ia takut ibumu akan ketakutan dan menjauhi dirinya.”

“Siapa nama ayahku?”

“Pangeran Edward. Ia hanyalah satu dari sekian banyak kaum demon yang sangat baik. Pangeran Edward bahkan tidak pernah melakukan hal keji sedikitpun terhadap kami walaupun sudah jelas kami adalah musuh bebuyutannya. Kakekmu membuat keputusan yang salah dengan mengirim Pangeran ke istana kami, karena dengan dikirimkannya dirinya, ia dapat melatih ibumu dengan sangat baik. Sosok Pangeran Edward yang sangat tampan dan gagah membuat semua wanita di istana sangat ingin memilikinya. Pada awalnya ibumu tidak tertarik terhadap Pangeran, bahkan ibumu membenci ayahmu karena ia tidak suka untuk dilatih oleh sosok yang bahkan tidak ia kenal, tetapi takdir berkata lain.” Sahut Yelly.

“Bagaimana reaksi ibuku saat tahu bahwa ayahku adalah seorang Pangeran Demon?” Tanya Lexis terhanyut dalam cerita tersebut.

“Ibumu tidak mempercayainya karena Pangeran adalah sosok yang sagat luar biasa baik. Kemudian ayahmu pun membuktikan bahwa dirinya adalah benar seorang demon di depan ibumu.”

Lexis terdiam, menunggu untuk Luna melanjutkannya.

“Ayahmu menunjukkan perubahan pada warna matanya menjadi hitam pekat serta kuku-kuku tajam yang muncul dari jemarinya serta taring yang menjulur keluar. Sosok yang siap mencabik siapapun yang mendekatinya. Dan kau mewarisi kekampuan itu Lexis. Aku melihatnya kemarin malam disaat pertama kali kita bertemu.”

Lexis hanya terdiam dan mengangguk, masih tidak percaya akan siapa diri dia sebenarnya.

“Lady Elizabeth pun sangat terkejut tetapi ia hanya terdiam, tidak mengeluarkan suara sedikitpun layaknya seorang wanita yang sedang merasa terancam. Apabila Lady Elizabeth berteriak, sudah tentu prajurit yang menjaga di pintu sang Lady akan menyerbu masuk dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Lady Elizabeth sangatlah mencintai Pangeran Edward terlepas dari siapa dirinya sebenarnya. Lady pun hanya terdiam, berpikir apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Kakekmu tidak akan membiarkan anaknya dihamili oleh sosok dari kaum Demon.” Lanjut Luna.

“Bagaimana mungkin kakek dari ibuku tidak mengetahui bahwa ibu sedang hamil diriku?”

“Ibumu adalah seorang witch sayang, ia dapat melakukan apapun yang ia mau. Lady Elizabeth membuat dirinya terlihat seperti wanita layaknya yang tidak sedang mengandung, hanya nenek mu lah yang mengetahui kebenarannya karena bagaimanapun, kemampuan untuk memanipulasi yang dimiliki ibumu merupakan warisan dari nenekmu.”

“Nenek tidak marah?”

“Nenekmu merupakan sosok yang sangat baik, ia tidak memandang kaum demon sebagai musuhnya selama kaum demon tidak mengusik kehidupan kaum witch. Berbeda sekali dengan kakekmu, ia akan melakukan apapun untuk memusnahkan kaum demon dari dunia kami. Tetapi kita tidak dapat menyalahkan kakekmu karena kaum demon sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak diperlukan yang hanya membuat permusuhan semakin kuat diantara kedua kaum.”

“Kemudian orang tuaku memilih untuk menitipkanku kepada paman agar kakek tidak dapat melacak keberadaanku?” tanya Lexis sedih.

Luna, Reddy, Yelly dan Greeny pun hanya menganggukkan kepala.

“Sesaat setelah Lady mengetahuinya, mereka kemudian bergegas keluar dari istana, melarikan diri untuk bersembunyi di suatu tempat untuk melindungi dirimu yang masih berada di dalam kandungan ibumu saat itu. Kakek dari ibumu mengerahkan semua prajurit-prajuritnya untuk mencari sang Lady dan Pangeran yang juga menghilang bersamanya. Nenekmu tidak mengeluarkan sepatah katapun walaupun ia mengetahui secara tepat waktu mereka melarikan diri. Nenekmu mengetahui semuanya tetapi ia memilih untuk diam dan memberikan pilihan seutuhnya kepada ibumu. Sang Lady dan Pangeranpun meninggalkan istana dan tinggal di dalam perkampungan rakyat biasa hingga kau lahir.” Ucap Luna.

Lexis masih terhanyut dengan cerita kedua orang tuanya dan merasa sangat bangga dan terharu mengetahui perjuangan kedua orang tuanya untuk mempertahankan dirinya agar tetap terlahir ke dunia.

“Setelah kau lahir kedunia, mereka merawat dirimu dengan penuh kasih sayang. Apapun mereka lakukan untuk tetap menjagamu jauh dari ancaman yang mungin akan datang tanpa peringatan sedikitpun. Selama kau kecil, semua serangan telah dihadapi kedua orang tuamu. Banyak prajurit witch yang datang ke setiap perkampungan untuk mencari ibumu, terlebih lagi saat itu kakek dari ibumu sudah mengetahui keberadaan cucunya, yaitu kau Lexis. Cucu yang ia peroleh dari sosok Demon yang sangat ia benci. Tetapi orangtuamu pun sangat kuat dan dapat melindungi serta merawatmu hingga kau berumur 8 tahun.”

“Apa yang terjadi hingga ibu memilih untuk menitipkanku pada paman jika ibu dan ayah bisa merawatku?” tanya Lexis.

“Saat kau berumur 8 tahun, kakek dari ayahmu mengetahui kebenarannya bahwa alasan Pangeran tidak pernah kembali ke istana yaitu dikarenakan telah mencintai seorang witch dan telah memiliki seorang anak darinya. Hal itu membuat dirinya sangat marah dan mengerahkan semua prajurit demon dan monster yang ia miliki ke setiap sudut perkampungan untuk menghabisi kau dan ibumu serta membawa pulang ayahmu untuk dijatuhi hukuman yang sangat berat. Mengetahui hal itu, ayah dan ibumu sepakat untuk menitipkanmu kepada pamanmu karena ia percaya, para demon pasti akan kesulitan untuk melewati Worldbuster dan masuk kedalam duniamu karena ada perjanjian tertentu yang membuat kaum mereka tidak dapat masuk ke dalam dunia yang sekarang kau tinggali. Kita menyebutnya sebagai dunia Veikur yang berarti dunia lemah karena manusia yang tinggal di dunia ini hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan magic seperti kami. Sebelum ibumu  menitipkanmu kepada pamanmu, ia menghilangkan seluruh ingatanmu. Menghilangkan semua ingatan buruk yang pernah terjadi dan ia berjanji akan kembali dan menjemputmu disaat waktu yang tepat. Dan disinilah kita sekarang bersamamu.” Jawab Greeny dengan tersenyum tulus.

“Satu hal yang perlu kau ingat, walaupun ibumu menitipkanmu pada pamanmu, ibumu selalu memantaumu dari Worldbuster untuk melihat apakah dirimu dalam keadaan baik-baik saja. Ia pun mengetahui setiap saat kau merasa sedih karena kau berpikir orang tuamu tidak menyayangi dirimu dan hal itu selalu membuat hatinya teriris-iris.” Jelas Luna.

Lexis pun mendadak merasa bersalah akan apa yang telah ia lakukan. Dan ia bertekad akan melakukan apapun untuk membuat kedua orang tuanya bangga terhadap dirinya kelak.

“Kita sudah sampai!” teriak Yelly dengan suara nyaringnya.

Tepat di hadapan mereka semua, berdiri pohon yang menjulang tinggi, kokoh, dan sangat besar dengan akar-akarnya yang sangat besar dan menggeliat bagaikan ular raksasa dengan daun-daunnya yang sangat lebat berkumpul menjadi satu bagaikan jamur-jamur di pekarangan rumah Lexis. Kilat dan petir yang kian menyambar di langit membuat suasana saat itu semakin mencekam, angin pun berembus semakin kencang dan suara petir pun semakin bergemuruh bagaikan monster yang siap terjun dari langit dan menerkam mereka semua.

“Apa kau siap Lexis?” Tanya Luna.

Lexis mengangguk.

"Pegang tanganku dan ingat, kau harus tetap berjalan mengikutiku tanpa berhenti sedikitpun terlepas dari sosok apapun yang akan kau temui nanti. Percayalah,  mereka semua tidak akan pernah bisa menyakitimu. Kau mengerti?" ucap Luna tegas.

Lexis mengangguk dengan sangat mantap.





The Demon Witch ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang