IM(Possible) 10

41 15 1
                                    

Vote sebelum membaca dan comment setelah membaca.

Happy reading!

"Ma! Aku mau cerita, boleh? " izin Vanya pada Mama yang sedang berbaring di ranjang king size miliknya.

Mama menepuk tempat disebelahnya, memberikan isyarat agar Vanya duduk disana.

"Mau cerita apa? Kalau Mama lihat, hari ini Kamu lagi sedih banget ya? "

"Iya, Ma. " rasanya Vanya ingin menangis di depan Mama. Menumpahkan segala rasa nyeri di hati pada Mama yang selalu siap sedia memberikan sebuah pelukan hangat dan nyaman nantinya.

Vanya mendongakkan kepala, menghalau air mata yang menggenang agar tidak jatuh di depan Mama.

"Kenapa? Coba cerita, " pinta Mama.

Vanya memulai ceritanya, cerita tadi pagi yang membuat hatinya campur aduk harus bagaimana.

Adakah yang bisa menolongnya saat ini? Jika ada, tolong siapkan bukti yang kuat. Agar Vanya bisa memberika pelajaran pada Cayla.

"Aku harus gimana, Ma? Bima udah gak percaya lagi sama Aku. " imbuhnya disertai gerakan gusar.

"Semua orang disekolah udah gak percaya lagi sama Aku. Bahkan yang bikin Aku sesak, itu Bima. "

Mama menatap Vanya, tapi beliau belum juga membuka mulut untuk memberikan solusi.
Merasa tak mendapat respon, Vanya menoleh, dan menundukkan pandangannya hingga mereka berdua bersitatap.

"Ma, " panggil Vanya.

Mama hanya tersenyum kemudian menggenggam erat kedua tangan Vanya.

"Berarti, Bima bukan yang terbaik buat Kamu. " ujarnya lembut, berbeda dengan Vanya yang kini mengerutkan dahi. Ada rasa tak suka ketika Mama mengatakan hal itu.

"Kok, gak baik buat Aku? Jelas-jelas Bima yang milih Aku, Ma. "

"Dia juga pernah janji sama Aku. "

"Janji apa? " tanya Mama, pura-pura tidak tahu.

"Dia bilang, dia gak akan tinggalin Aku sendiri. Aku percaya Bima, Ma. "

Yang dilakukan Mama ialah menganggukkan kepala, tak ada lagi kalimat yang keluar.

Selanjutnya, Mama menepuk bahu Vanya lalu melakukan gerakan mengusap disana.
"Mama keluar dulu ya, temani Papa-mu. "

Mama turun dari ranjang, berjalan kearah pintu keluar yang sedikit terbuka. Vanya hanya melihat semua yang beliau lakukan, tanpa berniat mengatakan apapun.

"Satu lagi ya, " Mama berbalik sebelum benar-benar hilang dari pandangan.

"Lihat besok, kalau Bima memang menjauh dari Kamu. Itu tandanya dia ingkar, dan itu juga tanda bahwa dia memang gak baik buat Kamu. "

**           **         **


Pagi ini awan terlihat cerah, Dia tak sedikitpun menampakkan warna kelabu.

Bahkan burung-burung pun berterbangan membantu suasana menjadi indah. Ada gadis yang tengah menatap kearah mereka, melihat seberapa jauh gerombolan itu terbang.

Mobil yang ditumpanginya berjalan menuju arah yang dituju, sekolah. Tak sampai menunggu 60 menit, mobil itu sudah sampai.

"Nanti jemput ya, Pak. Tapi, kalau Aku sms. "

Si supir mengangguk, kemudian melajukan mobil meninggalkan tuannya yang akan menempuh pendidikan.

Sebelum dirinya berjalan masuk ke koridor sekolah, Vanya terlebih dulu menghela nafas agar dirinya dapat kuat ketika melihat tatapan tak mengenakkan yang terpatri di wajah siswa-siswi yang kontra pada dirinya.

IM(Possible)✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang