IM(Possible) 12

46 12 1
                                    

Vote sebelum membaca dan comment setelah membaca.

Happy reading!

Beberapa hari terlewati. Banyak perubahan disekitarnya kini.

Bima sudah tak lagi memberikan secuil perhatian apapun padanya, teman-temanya disekolah pun semakin hari semakin menjauh dan hanya Gendis yang masih bertahan disisinya walau kerap kali ia dijemput oleh Cayla dan mantan temannya saat ia belum hengkang dari dunia tari modern dance.

Dan di Alam ini, hanya sedikit orang yang ia taruh harapan disana. Hanya Mama, Aksel, Zivana dan.. Kevan.
Terkadang yang tak terlihat kebaikannya selalu menjadi penguat, sama seperti Mama, Aksel, Zivana dan Kevan. Mereka semua hanya memberi perhatian lewat kata-kata, itu hanya dari penglihatan Vanya saja. Padahal bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda, mereka telah banyak melakukan sesuatu agar Vanya tetap berdiri tegak.

"Makan, Dek! " tawar Aksel selepas ia mendudukkan diri disofa.

"Makasih, " hanya itu jawaban dari Vanya.

Keduanya terdiam cukup lama. Aksel sibuk dengan nasi beserta lauk pauk yang tersaji dipiring yang sedang ia pegang, sedangkan Vanya memilih diam sebelum Aksel membuka suara.

"Ak-- mhhh." Vanya menggelengkan kepala, merasa kalau kata yang akan ia ucapkan kurang sopan.

"Sorry! "

Aksel mengalihkan pandangan dan menatap Vanya.
"Kenapa? "

"Karena Gue belum bisa nerima Lo sebagai keluarga disini. Gue merenung semenjak Papa sakit-sakit gini, Gue berpikir kalau rasa benci ke Lo adalah rasa sayang Gue. "

Jantung Aksel mencelos lega. Senyumnya terbit seketika, ini yang ia tunggu, ungkapan rasa sayang dari seorang yang ia sayangi, Adiknya --ralat--Adik angkat.

"Gak masalah, dimata ini--" Aksel menunjuk kearah dada

"Dimata hati ini! Adik ku gak pernah berbuat jahat apapun. Ya nggak? Kamu harus banyak-banyak mensyukuri Van, Abang juga gitu. Bersyukur diangkat menjadi anak oleh Papa dan Mama, yang ternyata benar-benar menyayangi Abang."

Hanya anggukan dari Vanya ungkapan respon yang baik.

"Bang, " panggilnya agak ragu.

"Aku punya pacar, Bima. Aku sayang dia, tapi dia? Gak tau.Pernah suatu malam, Aku berfirasat gak baik, dan malamnya Aku mimpi Papa pergi dari Alam ini. Disana, Aku gak bisa lihat siapa-siapa wajah yang datang melayat, hanya ada Aku! Dan Abang. Ada Mama juga, dan ada Kevan juga, " tutur Vanya sekaligus berusaha mengingat-ingat mimpi itu.

"Hanya itu? " tanya Aksel kini.

"Iya, tapi--" potong Vanya dengan nada rendah.

"Gak ada Bima disana. "

**       **     **

Vanya melangkah menuju Bima yang sedang duduk dikursi kelasnya.
Sepulang sekolah, Bima mengirimnya pesan agar menemuinya di kelas.

"Mau ngomong ya? " tanya Vanya saat dirinya sudah berada tepat dibelakang Bima.

"Iya, " jawab Bima pelan. Tapi tak ada tanda-tanda jika Bima akan menyuruhnya duduk di kursi sebelahnya.

"Apa? "

Vanya merasakan gelenyar aneh dihatinya, seperti firasat tak baik.

"Gue mau putus! "

Dan saat itu juga Vanya mengangkat pandangannya.

"Ke--kenapa? " dengan segenap ketakutan yang ada, ia mencoba merasakan bahwa ini nyata.

IM(Possible)✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang