This is Our Story 2

46 32 15
                                    

04.00

Byurrr....

Seorang gadis terbangun dari tidurnya karena merasakan dingin di sekujur tubuhnya yang perlahan mulai menggigil.

"Bangun kamu! Apa semua pembunuh itu memang pemalas?" sinis Rendra menatap adiknya yang tengah menggigil di atas ranjangnya. (*ranjang😑)

"Buatkan sarapan untukku! Sebelum itu rapikan dulu kasurmu dan mandilah terlebih dulu! Dasar pemalas." Rendra berujar sembari berjalan keluar kamar Tasya.

Cairan bening perlahan keluar mengalir di pipi Tasya.

~This is Our Story~

Setelah selesai memasakkan makanan untuk sarapan kakaknya, Natasya kini mulai berjalan menuju halte bus. Perjalanan dari rumah ke halte lalu ke sekolah memang tidak bisa dikatakan dekat.

Bian memang sudah beberapa kali menawarkan Natasya untuk berangkat bersamanya, tetapi Natasya selalu menolak.

'Gue udah banyak nyusahin, lo kan pacar gue bukan driver gue' - Gitu katanya.

Kini Natasya tengah duduk di halte menunggu bus datang. Tangannya sibuk mengusap keringat yang mengalir deras di pelipisnya.

'Kok lama...' batin Natasya.

Sekolah masuk 15 menit lagi, sedangkan satu bus pun belum terlihat sedari tadi. Natasya mulai gelisah.

"Apa udah telat ya? Kok sepi nggak ada anak sekolahan." Gumam Natasya.

Di halte saat ini memang hanya ada Natasya dan beberapa ibu-ibu yang tengah menunggu bus. Natasya rasanya ingin sekali menangis saat ini.

Nggak jadi ding, karena satu bus mulai mendekati halte. Pintu bus perlahan membuka, Natasya dengan sigap langsung berdiri dari duduknya dan merapat bersama rombongan ibu-ibu tadi mendekati pintu bus yang kini tengah berhenti di depan halte.

Sedangkan dari kejauhan terdapat seorang siswa dengan roti di mulutnya berlari kencang menuju halte, rambutnya acak acakan menambah keimutan pada wajahnya.

Melihat pintu bus perlahan menutup, kedua mata siswa itu melotot tidak terima. Ia pun menambah kecepatan larinya.

"SEBENTAR PAKKK!!!" teriakan melengking siswa itu membengkakkan telinga siapa saja yang mendengarnya.

Panggil saja Fardan, Fardan Keano Pramuditha. Siswa kelas 11 IPA 1 SMA Garuda ini memang memiliki suara cempreng yang membengkakkan telinga.

Sepertinya dia belum pubertas_- (*OkAbaikan)

Dengan nafas yang masih ngos ngosan, Fardan berjalan di dalam bus mencari kursi yang bisa ia duduki. Pandangannya tertuju pada satu kursi kosong di samping siswi yang berseragam sama seperti dirinya.

Perlahan Fardan mendekati kursi itu. Matanya menatap tak tenang.

'Boleh nggak sih? Kalau nggak boleh nanti malu dong' Fardan bergumam lirih menatap kursi itu.

Sebenarnya ia tidak masalah berdiri, tapi setelah berlari dari rumahnya menuju halte tadi. Kakinya serasa mati rasa. Berdiri? Bisa pingsan di tempat dia.

Akhirnya Fardan mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada siswi tadi.

"Mbak eh kak, saya boleh duduk di sini?" Fardan bertanya sambil menunjuk ke kursi di depannya. Sedangkan siswi tadi menoleh sejenak lalu mengangguk.

This Is Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang