6

37 1 0
                                    

"Kali ini lo boleh lolos.. besok - besok awas aja lo mepetin kembaran gue lagi." Ancam Alfi sengit. Scarla hanya merutuk dalam hati. Bisa - bisanya ia tak melihat Alfi yang segede ini. Aish, ini lagi Alfi pakai acara nahan - nahan gue.

Daniel yang mendengar itu pun tak buang kesempatan, ia langung mencekal tangan Anya dan membawanya kabur. Scarla yang melihat itu pun meringis dan merutuk. Kenapa idup gue ngenes banget elah. Udah kejebak friendzone, ditinggal lagi. Tai lu iel. Ucap Scarla mencak - mencak. Jelas itu semua ia ucapkan hanya dihati.

Setelah melihat kepergian Daniel dan Anya, Alfi segera merubah fokusnya ke arah cewek yang tengah ia tahan ini. Terlihat Scarla masih mencoba melepas cekalan Alfi. Saking eratnya itu cowo megang, sampe susah banget dicopotnya. Cewek itu menggeram kesal. Sudah seminggu lamanya cowok ini selalu menahan Scarla ketika bertemu. Scarla juga nggak tau apa alasan sebenarnya.

"Kak Alfi ini kenapa sih? Setiap saya lewat atau ketemu sama kakak selalu aja nahan saya. Ada apa sih kak?" Ucap Scarla sewot. Cowok itu hanya menatap Scarla dengan tatapan datar. Selalu. Alfi yang cerewet hanya berlaku ketika melindungi kembarannya.

"Suka." Ucap Alfi. Scarla mendengar itu pun tergelak. Tiba - tiba ia seperti ingin menjatuhkan rahangnya itu keras - keras. Apa - apaan ini cowok. Ngomong kok sepotong - sepotong.

"Lo ngomong apa sih kak?" Ucap Scarla masih dengan wajah dongkol.

"Ikut." Ucap Alfi menghiraukan ucapan Scarla. Tangannya menarik tangan Scarla pelan. Scarla pun hanya memutar bola matanya sambil terseok. Mengikuti langkah Altair yang lebar.

Dan di sinilah Scarla berada. Duduk dibangku kayu dengan meja biru yang di depannya. Diatasnya sudah ada semangkok bakso dan dua es teh manis. Alfi pun telah duduk manis di depan cewek itu. Mengamati sang cewek yang hanya diam dengan tatapan bingung. Alfi pun mendengus kesal.

Alfi mendorong semangkok bakso itu ke arah Scarla. Cewek itu tambah mengernyitkan dahi.

"Makan Scarla." Ucap Alfi singkat. Masih dengan kedatarannya.

"Hah? Scarla nggak bisa dimakan kak. Jangan makan Lala." Ucap cewek itu polos. Mendengar itu Alfi terkekeh pelan, sudut bibirnya terangkat sedikit. Gemas, cowok itu mengulurkan tangan mengacak rambut Scarla pelan. Scarla hanya melongo akan tindakan kakak kelasnya itu.

Alfi mengambil alih bakso itu. Meracik saos sambal serta kecap kedalam bakso. Lalu mengaduknya hingga rata. Asapnya masih sedikit mengepul. Scarla hanya menatap kegiatan Alfi. Jadi gue diajakan ke sini buat nemenin ini kakel makan bakso doang? Ajir banget sih. Namun pemikirannya berhenti ketika sebuah garpu lengkap dengan ondol bakso berada di depan mulutnya pas. Scarla mengangkat alisnya. Seolah bertanya.

"Makan. Aku suapin." Ucap Alfi. Scarla melongo, Anjir ini gue yang salah denger atau gimana.

"Eh?"

"Buka mulut kamu." Ucap Alfi lagi. Scarla menurut. Memakan ondol bakso dari suapan seorang Alfi.

Alfi menatap wajah Scarla lamat - lamat. Pipi cewek itu mengembung di sisi kanan, akibat mengunyah bakso yang bulat itu.

"Kakak nggak makan? Kok malah dikasih ke aku baksonya?" Tanya Scarla disela kegiatan mengunyahnya.

Alfi hanya menggeleng pelan. Matanya masih tak lepas dari sosok Scarla. Melihat itu Scarla mengambil mangkok bakso yang ada dihadapan Alfi. Dan memakannya sendiri. Cowok itu membiarkan. Ia ingin mengamati setiap lekuk wajah cewek itu. Sambil memyeruput es tehnya, Alfi mendengus ketika Scarla hendak meraih mangkok sambal.

"Nggak usah banyak - banyak." Ucap Alfi datar, namun tatapannya tajam. Namun Scarla tak menghiraukannya. Ia masih terus melanjutkan kegiatannya. Melihat sambal yang Scrla ambil sangat banyak. Alfi mendengus jengkel. Ia menatap tajam Scarla. Tangannya mengambil mangkok sambal di tangan Scarla cepat. Lalu meletakkannya lagi di meja dengan sedikit menggebraknya. Mengakibatkan banyak siswa siswi lain menoleh ke arah mereka.

Melihat tindakan Alfi Scarla mendelik kesal. Apa apaan dia ini. Main ambil gebrak gebruk aja. Dumelnya.

"Lo apa - apaan sih-"

"Gue udah bilang ya buat nggak banyak - banyak ambil sambel."

"Ya tapi lo nggak perlu ya pake nggebrak - nggebrak gitu naronya."

Alfi hanya diam. Namun masih menghunus Scarla dengan tatapan tajamnya.

Sudah hendak bangkit dan pergi. Seseorang, ah. Lebih tepatnya dua orang membuat Scarla harus berhenti.

"Hai Cabang, Calon Abang. Eh, Wait wait. Ada kembarannya mpok Eli ternyata. Napa neng? Kok udah mendelik - mendelik aja." Cerocos Daniel.

"Hai bang. Hai Scarla." Sapa Anya halus, dengan senyum kalem yang senantiasa melekat dibibir mungil cewek itu.

"Hai kak." Ucap Scarla pada Anya, bibirnya sedikit menyunggingkan senyum canggung. Altair hanya diam mengamati ketiganya. Enggan menimbrung.

Melihat Scarla yang menghiraukannya, Daniel hendak menyeletuk lagi. Namun saat mulutnya sudah terbuka hendak berucap. Scarla buru - buru menjejalkan tahu sumpal yang sudah ia celupkan ke mangkok sambal ke dalam mulut cowok tersebut.

"Mamam tuh. Tahu sumpel rasa cabe." Ucap Scarla sambil berlalu.

"Anjir itu bocah. Minta gue gantung ya. Anjir pedes lagi. TAI LO LAAAAA!" Ucap Daniel biasa lalu berteriak lantang. Kesal.

Melihat itu Anya tersenyum lucu. Ia senang melihat bagaimana dua orang itu bersahabat. Lucu saja.

"Bacot lo." Ucap Alfi tiba - tiba. Cowok itu menggeret Anya paksa. Meninggalkan Daniel seorang diri. Beberapa siswa menatap dengan tatapan prihatin sekaligus lucu.

Anjir ini hidup gue kenapa ngenes banget. Kalau nggak ditinggal ya ditolak. Oncom banget emang. Harusnya itu orang kaya Alfi di musnahin aja. Kerjanya bikin orang naik darah mulu. Mendung kalau naik gaji. Hufttt.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ScarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang