Wanita yang berdiri di hadapanku sekarang adalah ibu tiri kami. Tubuhnya kecil ramping, kulitnya sangat putih dan rambutnya sangat panjang. Aku sempat berpikir, apakah ini gambaran nyata dari Putri Salju dan Rapunzel?
"Halo Putri" wanita itu mendekat dan menyapaku.
Aku terkejut saat melihatnya dari dekat. Wajahnya sangat cantik, suaranya juga terdengar indah sekali. Benar-benar seperti putri negeri dongeng. Tidak heran Papa ingin menikahinya.
"Mulai sekarang aku akan jadi pengganti Mama mu, jangan sungkan-sungkan, ya!" lanjutnya sambil tersenyum.
"Iya Tante..." aku menjawab tanpa sanggup melihat ke arah wajahnya. Entah mengapa wajahnya yang cantik justru terasa begitu mengintimidasi.
"Putri! Jangan panggil Tante, panggil Mama, dong! Kalau masih canggung boleh panggil 'Mama Lili' dulu" Papa langsung menegurku.
Tentu saja, karena sekarang Papa sudah menikahinya, kami jadi punya mama baru. Mama Lili, begitu kami memanggilnya. Sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan 'Dokter Liliana'.
Mama Lili adalah seorang dokter, tepatnya psikiater. Dia lah yang mengambil peran penting dalam 'menyembuhkan' Papa setelah Mama meninggal. Dia juga lah alasan mengapa saat itu Papa tidak pernah benar-benar mengunjungi kami di panti asuhan.
"Maaf Putri, Papa kalian masih tidak bisa bertemu dengan kamu dan Cinderella. Walaupun dia sangat ingin, katanya dilarang sama dokter" begitu kata pengasuh di panti setiap kali Papa datang.
Saat itu aku marah sekali, dokter seperti apa yang tega melarang Papa untuk menemui kami? Aku yang masih kecil tentu saja tidak dapat menerima hal tersebut dan langsung membenci dokter itu.
Kemudian setelah mengetahui bahwa dokter itu adalah wanita yang sangat cantik dan merupakan ibu tiriku, apakah aku masih boleh membencinya? Atau mungkin saja dia yang akan membenciku? Seperti ibu tiri di kisah Cinderella.
***
Kekhawatiranku tentang memiliki seorang ibu tiri ternyata terlihat jelas di mata Papa. Papa kemudian menyakinkanku bahwa Mama Lili akan menyayangi dan memperlakukan kami dengan adil seperti kepada anaknya sendiri. Awalnya aku tidak percaya, tetapi ternyata Papa benar.
Aku lihat Mama Lili begitu telaten dalam mengurus Cinderella, di tengah kesibukannya menjadi dokter. Cinderella yang masih bayi sering kali menangis tanpa sebab, tapi Mama Lili selalu sabar menggendongnya. Mama Lili bahkan terkesan lebih memperhatikan Cinderella dibanding Raka yang merupakan anak kandungnya sendiri.
Pernah suatu kali aku mendengar, Mama Lili sedang memarahi Raka. Aku tidak tahu kesalahan apa yang Raka lakukan saat itu, tapi aku tahu ada hubungannya dengan Cinderella. Itu karena aku mendengar Mama Lili berkata, "... karena kamu dan Cinderella itu sama, Raka".
Siapa pun yang mendengar hal ini pasti akan mengatakan bahwa Mama Lili adalah ibu tiri yang baik dan adil, tidak seperti ibu tiri di kisah Cinderella.
Saat itu, aku pun memustuskan bahwa aku tidak boleh membencinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/151594170-288-k396652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Cinderella
Teen FictionSiapa yang tidak tahu Cinderella? Putri negeri dongeng yang menjadi idola banyak gadis. Cantik dan baik hati, semua orang menyukainya. Ya, semua kecuali aku. Bukan berarti aku membencinya, aku hanya tidak menyukainya. Cinderella yang cantik dan baik...