Marina menatap bingkai lukisan di dinding ruang tamu. Wajah Ardi masih tetap sama seperti saat mereka menikah. Muda dan penuh kharisma. Itulah raut wajah yang menurun pada Rino, belahan hati mereka. Menatap Rino seperti menatap Ardi dalam versi kanak-kanak. Senyum membayang di bibir Marina. Yah...berpisah dengan Ardi di dunia tidaklah terlalu berat dengan Rino disampingnya. Rasa kehilangan itu masih ada, tapi kepedihannya dengan perlahan-lahan berkurang.
Marina tak begitu teringat lagi saat-saat yang berat saat dia harus mendampingi Ardi dari satu meja operasi ke meja operasi yang lain. Apa yang membayang di matanya kini hanyalah saat-saat bahagia mereka. Kesabaran Ardi mendampingi masa-masa kehamilannya yang sulit dan membawanya ke meja operasi saat melahirkan Rino, malam-malam yang penuh kebahagiaan yang semakin lengkap dengan kehadiran Rino, semua itu berputar-putar setiap malam dalam mimpi-mimpinya. Dengan demikian, tak terasa begitu sepi hidupnya tanpa kehadiran Ardi secara fisik, karena Ardi terasa ada dimana-mana di setiap sudut rumah ini.
Meskipun demikian, tidaklah mudah menyandang status janda muda. Marina, mengusap dahi Rino yang terlelap dipangkuannya. Matanya mengabur bila merasakan pandangan waspada beberapa tetangga yang khawatir suaminya melirik dan terpikat si janda muda. Dengan risih Marina seperti merasakan bisik-bisik dibalik punggungnya. Si janda muda yang haus belaian lelaki mungkin mencari mangsa baru.Harga dirinya yang tinggi kemudian membuat Marina membatasi dan berhati-hati betul dengan setiap sikap dan tindakannya. Dia tidak mengkhawatirkan dirinya, dia lebih khawatir pada Rino. Itulah alasan yang mendorongnya mengambil pekerjaan baru untuk melakukan penelitian ekologi di Malang.
Pulang ke Malang, adalah impiannya selepas kepergian Ardi. Surabaya menjadi terasa asing tanpa Ardi dan pekerjaan barunya menawarkan suasana yang baru dan sekaligus memenuhi keinginannya untuk menjadi peneliti lingkungan dibawah salah satu project yang didanai salah satu universitas di Jerman, almamaternya saat mengambil program doktoral dahulu. Sebulan yang lalu, Marina menapatkan jawaban dari Jerman bahwa dia terpilih menjadi peneliti untuk program post doctoral research untuk ekologi lingkungan.
Tidak terasa, hari ini akan menjadi hari terakhirnya di Surabaya. Jadi Marina ingin berlama-lama mengamati setiap sudut rumah yang penuh dengan kenangan akan Ardi sebelum meninggalkan rumah ini besok. Setelah itu, Marina ingin menyimpan foto-foto Ardi untuk Rino dan kenangan akan Ardi di hatinya lalu menapaki hari-hari ke depan dengan penuh keyakinan. Masa berkabungnya harus usai demi Rino. Mulai besok tidak ada lagi deraian air mata di tengah-tengah malam dan demi Rino maka Marina bertekad senyum dan tawalah yang akan dibagikannya kepada buah hatinya. Ardi memang tak tergantikan, tapi Marina sadar dia harus mulai hidup dalam kenyataan. Demi Rino.
***
Harum bunga kopi menyeruak di udara. Wangi yang membawa harapan bagi para petani di sekitar Gunung Kukusan. Arman sedang mengamati tanaman kopinya yang sedang berbunga dengan penuh kepuasan. Kalau prediksinya tepat tahun ini panen akan kembali melimpah. Ketekunannya akan membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkannya. Selama ini prediksinya jarang meleset. Harga kopi relatif stabil. Bersama teman-temannya, sudah tiga tahun ini Arman membentuk koperasi unit desa untuk para petani kopi. Hasilnya cukup menggembirakan. Saat ini mereka sudah punya unit khusus untuk pengolahan kopi paskapanen sehingga petani mendapatkan harga yang lebih baik dan menguntungkan. Arman masih belum puas dan membayangkan upaya apa lagi yang bisa dilakukannya untuk bisa memajukan para petani kopi di desanya.
"Hai, Man!" Sardi menegur dan membuyarkan lamunan Arman.
"Oh, hai, Sar. Mau kemana?"sahutnya sambil melangkah mendekati kawan baiknya itu.
"Mau ke balai desa. Kabarnya ada peneliti dari Surabaya datang ke desa kita. Dia ingin melakukan riset di areal perkebunan kopi, jadi Pak Kades ingin kita berkumpul untuk perkenalan sekaligus berdiskusi. Ayo, ikut."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari di Sela-sela Cemara
RomanceTidak setiakah dia bila jatuh cinta lagi? Dua belas tahun lalu Marina meninggalkan Arman karena ada begitu banyak perbedaan diantara mereka. Tapi saat takdir mempertemukan mereka kembali, bolehkah kali ini Marina jujur pada perasaan pada perasaannya?