Aku

132 28 20
                                    

Hai! Sebelumnya aku ingin memperkenalkan sosokku terlebih dahulu.

Aku seorang gadis kecil yang memiliki sifat manja, dimana semua keinginanku harus terkabulkan. Mulai dari permen, mainan, dan berbagai jenis makanan. Yah..lebih tepatnya aku gampang menangis, menangis jika sesuatu yang aku inginkan tidak terpenuhi. Lebih tepatnya aku sering kali mengamuk tidak jelas sambil menggulingkan tubuhku di lantai karena permintaan ku tak dipenuhi di waktu yang ditentukan.

Aku juga seorang gadis kecil yang menginginkan kebebasan, tidak mau dipaksa. Apalagi soal belajar, rasa malasku melebihi segalanya.
Intinya semua harus sesuai keinginanku.

Semenjak TK aku sudah dianugerahi sepasang lensa berbentuk bulat yang membantuku dalam melihat. Yah..semenjak TK aku sudah menggunakan kaca-mata, dikarenakan aku sering kali membaca saat gelap dan berlama-lama saat memainkan komputer. Mungkin juga karena faktor keturunan, karena Ibu dan Ayah juga menggunakan kaca-mata.

Aku cuma pernah dengar bahwa mengunakan kaca-mata bisa jadi karena faktor keturunan. Apa itu benar?

Aku termasuk anak perempuan yang tergolong tomboi. Tingkah yang tak bisa diam kumiliki sejak lahir. Memanjat pohon,main bola,dan sebagainya. Bahkan saking tomboi, permainan lompat tali, bola bekel atau permainan yang biasanya digemari kalangan hawa aku tidak pandai.

Memangnya setomboi apa diriku sampai main lompat tali atau bola bekel yang banyak digemari saja tidak bisa?

Entahlah.. aku juga tidak bisa memahaminya.

🍁🍁🍁

Suara piring dan sendok beradu, membuat ruang makan begitu ramai, tentu saja itu adalah ulahku dan kakakku,yang sedang sibuk makan.

"Bentar lagi Ani masuk SD ya" Ibu menatapku, membuatku menoleh ke arah Ibu.

"Ani nggak mau sekolah" celetukku di tengah-tengah kunyahanku.

"Sekolah enak loh.." jawab kakakku. Dia memang sudah ingin menginjak kelas 2 SD.

"Mau di masukkin kemana Bu?" tanya Mbak Sri menoleh kearah Ibu yang berada di sampingnya.

"Sama kayak kakaknya aja, biar nggak susah Mbak antar jemputnya" kata Ibu.

Mbak Sri mengangguk "Saya ikut pilihan Ibu saja" ia tersenyum.

🍁🍁🍁

Ibu sibuk dengan laptopnya, tangannya dengan lincah mengetik. Aku terus memperhatikan Ibu yang tampak sibuk menulis cerita, lalu aku kembali sibuk dengan kertas dan pena di hadapanku, kemudian kakiku melangkah menuju lemari untuk meraih sekotak krayon.

"Kenapa Ani nggak mau sekolah?" tanya Ibu di sela-sela perkerjaannya.

"Mau sama Ibu aja" kataku, masih sibuk menggambar.

"Biar Ani pinter kayak Ibu" kata Ibu tersenyum "Mau kan?"

Aku mengangguk pelan, tentu saja semua orang ingin pintar. Apalagi kalau bisa seperti Ibu.

"Nanti Ani punya banyak teman, main bareng, belajar bareng" Ibu kembali mengetik di laptopnya "Pokoknya sekolah itu seru banget.."

"Tapi Ani nggak mau sekolah" kataku lagi.

Selama ini aku tidak pernah di masukkan ke yang namanya sekolah, aku selalu belajar bareng Ibu, walaupun aku selalu menolak untuk di ajak belajar dikarenakan aku mempunyai sifat malas yang terkadang kelewatan batas.

Bahkan tahun kemarin saja saat di masa taman kanak-kanak, aku hanya mengikuti TK B tanpa TK A.

"Abang aja mau sekolah,udah mau kelas 2 lagi.." kata Ibu.

Pinokio (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang