Seminggu sudah sejak kejadian itu Ali dan Aya kembali menghangat tak ada lagi saling mengejek apa lagi saling mengatakan hal kotor dikedua mulut mereka dan Mella saat ini makin menjadi, ia semakin menyukai Ali namun beda halnya dengan Ali entah perasaan Ali selama ini menuju siapa.
"Haha jadi lo bisa suka cewek juga li" pekik Aya dan Ali langsung membalas dengan anggukannya.
"Siapa dia yang bisa ngebuat bule spanyol ini kecantol?" tanya Aya
"Yaelah ya kan gue normal kali" pekik Ali
"Hahah" tawa Aya pecah seketika
Sedari tadi Aya dan Ali sepanjang koridor kampus membahas seseorang yang Ali suka namun entah wanita itu siapa, disisi lain Aya merasa kecewa ia kira Ali menyukai dia namun nyatanya tidak. Dan kini mereka memasuki area kantin dan terlihat seorang wanita melambaikan tangan kanannya kepada Aya dan Ali
"Eh itu si Mella" sahut Ali lalu berlari cepat dan duduk disamping Mella
"Mbak!!!" teriak Ali memanggil ibu kantin
"Aliii gak usah teriak juga kali" celetuk Aya dan langsung duduk menghadap Aya dan Ali
"mbaak" ucap Ali sangat pelan dan tak terdengar terkecuali Aya dan Mella, seketika tawa mereka bertiga pecah
"iih Ali kamu tuh ya gak gitu juga kali" pekik Mella mencubit hidung Ali, dan Ali hanya menjawab dengan tawa renyahnya lalu merangkul bahu Mella. Aya yang melihat kejadian tersebut terdiam bungkam.
"Pesen apa mas Ali?" tanya ibu kantin
"Ali pesen mie instan aja bi pake bakso ya" jawab Ali
"terus mbak mella sama neng aya mau pesen apa?" tanya ibu kantin
"Ibu kantin kok gitu manggil aku mbak tapi ke si Aya eneng!!" kesal Mella
Aya mengerutkan keningnya dan Ali hanya terdiam mendengar pertanyaan konyol dari Mella
"Mm anu mbak, saya pedagang baru disini kirain saya mbak ini sudah menikah soalnya muka mbak maaf bgt mbak kayak tante tante dibanding neng Aya yang masih kayak anak SMA" tutur ibu kantin menundukan kepalanya.
"Tante tante?? bulshit!!!" jelas Mella
Aya yang melihat keadaan memanas pun langsung angkat bicara, "yaudah bi aku pesen siomay aja terus elu mel pesen apa?" tanya Aya kepada Mella.
"gak gue gak nafsu!!" jawab Mella dan berlalu begitu saja meninggalkan mereka.
"Mm anu neng, saya minta maaf saya bener bener gak tau neng" pinta Ibu kantin
Aya tersenyum lalu mengusap lengan ibu kantin, "gak apa apa bi, lain kali bibi jangan bilang gitu lagi ya. maafin temen Aya juga mungkin mood dia lagi turun, maaf ya bi" tutur Aya lembut.
Hati ibu kantin kembali menghangat, "makasih Neng makasib banyak yasudah saya buatkan pesenannya ya" pamit Ibu kantin dan berlalu dihadapan Ali dan Aya.
Ali menatap Aya tak percaya dan tak lama tawanya pecah
"Hahahah!!" tawa Ali
"Ada yg lucu?" tanya balik Aya
"Kok elu berasa bukan elu ya Ya, elu itu bukan Aya tapi Mrs. Natalie Teguh hahah" tawa ali lagi
"Apaan sih li, gue ngomong serius yaa" ucap Aya.
"Yeaah I know your say" ucap Ali lalu kembali fokus dengan fikirannya.
Keesokan harinya...
Kini Aya tak memiliki jam kuliah ia pun segera bergegas untuk kembali menjenguk sang nenek yang sampai saat ini belum membuka matanya.
Terlihat ada satu notif dari handphone Aya, Aya melirik sebentar lalu mengambil handphonenya tanpa ia buka notif tersebut dan langsung keluar rumah dan melajukan motornya.
Sepanjang perjalanan ia merasa ada yang mengganjal ia berfikir semoga neneknya tidak mengalami kejadian kejadian yang Aya fikirkan.
Sesampainya Aya dirumah sakit ia berlari kecil menyusuri setiap koridor yang ada dirumah sakit hingga tepat didepan rumah sakit ia menutup mulutnya tak percaya.
"Nenek saya kenapa dok??" tanya Aya langsung ke inti.
Dokter menundukan kepalanya lalu memberikan sebuah dua kertas tiket.
Aya langsung mengambil kertas yang diberikan Dr. Resi, "Singapura??" tanya Aya seraya mengerutkan dahinya pertanda bahwa ia semakin bingung apa yang baru saja ia lihat.
"Nenekmu harus segera berangkat kesana ya, itu tiket sudah saya belikan jauh jauh hari. Saya mohon maaf jika tidak dibawa secara langsung nenekmu tidak bisa diselamatkan" tutur Dr. Resi
"Wrong!!!!!" lirih Aya lalu dengan beberapa tenaga yang masih ia punya ia berjalan luluh lantah menghampiri sang nenek yang makin hari semakin memucat.
"I do" lanjut Aya lalu mencium kening sang nenek.
Beberapa jam kemudian,,
Aya dan neneknya sudah berada di Rumah sakit dengan dibantu Dr. Resi dan beberapa suster yang membantu pemberangkatan keduanya.
"Dok, aku pamit" pamit Aya singkat ia tak ingin mengulurkan waktunya ia ingin sesegera mungkin neneknya sembuh total lagi