06.00
Gadis cantik berambut panjang itu langsung menuju kamar mandi untuk bersiap2 ke sekolah. Selesai mandi, ia langsung memakai seragam abu-abu yang sudah 2 tahun bersama nya. Tidak lupa ia menyisir rambut bergelombang yang sangat di odalakan oleh gadis lainnya.
"Mah, Dira berangkat dulu ya. Assalamualaikum"
"Ini sarapannya kok masih utuh"
"Nanti aja, Dira beli nasi uduk di warung bi Sari"
"Waalaikumsalam"
Mamah nya yang melihat anak gadis nya itu hanya bisa menggelengkan kepala.
Ya, nama gadis itu Dira Alya Febriani. Jelas, ia lahir pada bulan februari tepat nya pada tanggal 14. Teman2 dira pernah bilang, kalo lahir pada hari kasih sayang pasti banyak orang yang menyukainya. Tapi tanggapan gadis itu hanya ketidakpercayaan saja.
Dira, perempuan yang sangat menyukai kota seminar itu memilih untuk menaiki angkutan umum untuk berangkat kesekolah nya.
Sampai di sekolah, dira langsung di sambut oleh sahabat2 nya.
"Heh, darimana aja lu?" Tanya sahabat cowo nya, Fahri Fahreza
"Iya lu baru nongol. Tugas fisika udahan belom lu hah?" sambung sahabat karibnya, Dinda Putri
"Aduh, gue ga level yang nama nya kerjain PR di sekolah. Udah yuk, gua laper nih" jawab Dira sambil menarik tangan kedua sahabatnya.
"Alah, lu ke kantin juga ntar cuma minum susu" balas Fahri sambil mengikuti langkah dira.
Sesampai nya mereka di kantin, mereka hanya berbincang tentang pelajaran karena sedikit lagi mereka akan menghadapi ujian semester.
"Gue pusing sama pak Indra, ga punya hati banget sih tuh guru. Udah jarang masuk kelas, ngasih soal nya ga mikir2 dulu lagi." Keluh Dira sambil membuka buku Matematika nya.
"Yaelah Dir, lu aja yang pinter ngeluh kaya gitu. Apa kabar kita yang standar begini?" balas fahri
"Dir, kaya nya senior kita ada yang ngeliatin ke meja kita mulu deh. Eh tapi bukan ke kita, tapi ke lu dir" ucap Dinda yang membuat konsentrasi Dira ke ganggu.
"Biarin apa Din, dia kan punya mata jadi berhak dong ngeliatin siapa aja." Balas Dira dengan cuek.
"Eh tapi yang ngeliatin lu tuh senior yang paling di idola kan di sekolah ini." Balas Dinda dan di sertai anggukan Fahri.
"Ya terus gue harus gimana?" jawab Dira dengan muka malas.
"Susah deh ngomong sama orang yang ga percaya cinta" balas Dinda dengan kesal.
"Pernah percaya tapi di kecewain, jadi susah buat percaya lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asing
Teen Fiction"Dulu kita asing lalu saling membahagiakan dan sekarang kita kembali asing"