Selama kau tidak memaafkan masa lalu mu, kau akan terus menyakiti siapapu pun yang mencintaimu.
Dira tidak akan pernah melupakan kenangan bersama cinta pertama nya. Tentu, banyak orang bilang cinta pertama dan orang yang memberi banyak kenangan akan susah untuk di lupain. Walaupun seribu cara untuk melupakan, termasuk berusaha mencintai orang lain. Sesudah Rafi pergi dengan seribu janji manis yang ia ucapkan, tak ada satu orang pun yang bisa membuat Dira sebahagia dulu termasuk sahabat-sahabatnya.
***
"Dir, mau ke kantin gak lo?" Ajak Fahri sambil menghampiri meja Dira.
"Gas suretttttt!" Jawab Dinda dan Dira dengan semangat.
Sesampainya mereka di kantin,
"Dir, lo bener-bener udah moveon banget dari si Rafi itu?" Tanya Dinda.
Dira yang biasa mendengar nama itu merasa sakit, tapi entah kenapa sekarang ia tidak merasa sakit sama sekali.
Fahri yang sedang meminum es jeruk nya itu langsung menyenggol tangan kiri Dinda, karena Fahri tau nama itu akan membuat hati Dira sakit.
"Ah kan emang udah dari kapan tau gue moveon dari dia." Jawab Dira dengan muka cuek.
Dinda dan Fahri pun terkejut saat mendengar jawaban dari Dira, biasa nya kalau mereka sedang menanyakan nama Rafi itu muka Dira langsung nunduk.
"Berarti lo udah maafin dia dir." kata Fahri.
"Maafin?" Tanya dira dengan nada bingung.
"Iya, karena memaafkan semua kesalahan dia berarti lo udah bisa ngelupain dia sedikit demi sedikit dir." Jelas Fahri.
Dira menatap Fahri dengan tatapan bahwa apa yang di ucapkan Fahri itu benar, Dira memang tidak bisa kalau sehari tanpa merindukan Rafi, saat ia sedang merindukan Rafi pasti ia mengingat kesalahan yang Rafi perbuat, ia sangat membenci itu tapi di sisi lain Dira sendiri sangat merindukan sosok lelaki itu.
"Bener dir, karena semakin lo ngebenci dia semakin kuat juga rindu lo sama dia." Ucap Dinda.
***
Sepulang sekolah, ia langsung membuka kotak yang memberi banyak kenangan terindah yang pernah dikasih oleh Rafi. Jujur, semenjak mereka berdua putus, Dira tak pernah seberani sekarang untuk membuka kotak tersebut.
Saat ia melihat semua foto-foto bersama Rafi, ia pun merasa pada suasana masa lalu. Di foto itu mereka berdua sangat canggung, tidak ada muka kebahagiaan, tapi tak disangka di dalam hati mereka sangat berbahagia. Dira tidak menangis lagi, ia pun mulai merasa terhibur dengan isi kotak tersebut. Ada surat yang Rafi selalu kirimkan saat ingin ujian yang isi nya cuman kalimat semangat ujian nya ya, jangan nyontek nanti Allah liat lho. Sederhana, sangat sederhana yang dikirimkannya pun lewat kawan Rafi bukan dari dia sendiri, tapi Dira sangat senang apabila dapat surat itu.
Sesudah melihat semua isi kotak tersebut, dira tersenyum dan di dalam hati nya berkata aku sangat beruntung mempunyai masa lalu bersamamu,fi. Dan sekarang pun aku sadar bahwa kita hanya ada di masa lalu. Kamu tidak disini lagi, kamu bukan dunia ku lagi. Semua janji mu yang pernah kau ucap aku kubur sedalam-dalam nya hingga aku pun tak pernah menemuinya lagi. Dan kenangan yang pernah kita ukir bersama pun akan ku simpan sebaik-baiknya. Tidak, tidak akan ku buang. Aku sudah memaafkan mu, sudah tidk akan merindukan mu lagi. Perlahan akan ku coba untuk melupakanmu. Tidak ada lagi tangisan malam tentang mu. Dan sekarang aku hanya ingin merubah diri ku sendiri untuk menjadi pribadi yang baik. Terima kasih pernah menjadi warna di dunia ku.
***
Dira yang biasa nyatidak mementingkan penampilannya, kini malah sangat agresif. Semua yang melihat ia pun terkagum dan bahagia, bahwa kini ia kembali seperti dulu lagi.
"Cantiknya anak mama." Sapa mama nya di pagi hari.
"Aduh mah, dira emang udah cantik dari dulu, kan ketularan mamah." Balas Dira,
"Udah ya mah, Dira berangkat dulu. Assalamualaikum." Lanjut Dira.
"Waalaikumsalam." Balas mamah nya dengan senang hati.
Sesampai nya di sekolah, banyak laki-laki dan juga perempuan yang melihat Dira dengan tatapan aneh. Pantas saja, gadis yang biasa berpenampilan kusut itu sekarang sangat menjadikan diri nya sangat feminim. Sesungguhnya Dira merasa sangat risih menjadi tontonan orang lain, tapi apa boleh buat, Dira memang penampilannya seperti itu.
"Kaya nya ada calon masalah nih." Ucap Dinda.
"Siapa?" Tanya Fahri bingung.
"Tuh si Dira." Jawab Dinda
"Kok gue?" Tanya Dira dengan aneh,
"Iya dir, lo dari ujung ke ujung di liatin mulu sama senior. Bisa jadi nanti lo jadi biang masalah." Jelas Dinda.
"Belom tentu, kan kalo gue ga bukain pintu mereka gak akan masuk." Jawab Dira.
Di balik kata kedua sahabatnya itu, mereka sangat bahagia karena sahabat nya itu sudah kembali seperti dulu lagi.
***
Setelah ujian harian yang sangat membuat mereka bertiga pusing, akhirnya mereka bertiga pun kompak untuk memesan bakso mang Jaja yang super pedas untuk menghilangkan pusing di kepala mereka.
"Aduh parah sih kalo nilai gue dibawah KKM." Keluh Dinda.
"Yang penting udah berusaha din." Jawab Dira.
Saat mereka sedang menikmati bakso nya, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan segerombolan anak futsal yang sangat hitz disekolah mereka. Dinda yang melihat nya sangat kagum dengan kegantengan mereka. Fahri tampak biasa saja, ia sebenarnya memilik wajah yang lumayan ganteng tapi entah kenapa ia tidak ingin bergabung dengan teman-teman cowo nya, ia lebih memilih bermain dengan Dira dan Dinda. Fahri punya teman cowo sebenarnya tapi jarang sekali ia bergabung dengan temannya itu. kalau kalian fikir Fahri bencong atau banci, jawabannya tidak. Tidak sama sekali. Ia sangat bertampang laki-laki, sangat. Banyak juga perempuan yang menyukai ia, tapi tak satu pun yang membuat hati nya luluh.
"Dir, itu senior ada yang ngeliatin lo." Kata Dinda sambil menyenggol tangan Dira.
"Biarin apa din dia kan punya mata." Balas Dira yang masih fokus dengan es the manis nya.
"Itu nama nya, Aviel Arkananta. Itu belum seberapa, lo belom liat ketua nya." Jelas Fahri.
"Mana?" Tanya Dinda dengan penuh keseriusan.
"Jagoan pasti datang belakangan." Balas Fahri.
Benar saja, setelah segerombolan itu datang tak lama kemudian ada satu laki-laki yang banyak di idolkan banyak wanita di sekolah.
Dira sudah menghabiskan es teh manis nya, ia langsung terfokus dengan laki-laki yang baru datang tersebut. Hati nya langsung tak karuan, entah, ini sudah lama ia tak merasakannya. Tapi respon Dira hanya cuek, dan menganggapnya hanya sekedar pemandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asing
Teen Fiction"Dulu kita asing lalu saling membahagiakan dan sekarang kita kembali asing"