Hancur

23.7K 293 8
                                    


Thanks buat para readers yang udah pada nungguin cerita ini, jangan lupa voment ya !

**

Cleo POV

     Sudah hampir tiga bulan aku dan Ari berumah tangga. Kami masih belum di karyniai anak, dan kami juga masih nyaman dengan keadaan ini, tapi mamah terus saja menyuruhku agar cepat-cepat memberinya cucu.

Keadaan di kantor masih tetap sama, penuh kesibukan. Dan Ari juga sibuk dengan bisnisnya sendiri. Seperti biasa tepat jam lima sore nanti dia pasti menjemputku pulang dan sebelum sampai apartemen kami makan malam terlebih dahulu di restoran dekat kantorku. Ternyata setelah menikah dengan nya banyak sifat nya yang berubah, dia jadi sedikit manja, agak kekanak-kanakan. Tapi dia akan sangat serius dalam keadaan tertentu.

" hai sayang "
Nah ini dia suamiku yang tampan gak ketulungan udah datang. Baru aja di lamunin.

" eh... hai. Seperti biasa tepat waktu " kataku saat ia sudah masuk ruangan. Dia menghampiriku lalu mencium bibirku kilat, rutinitas harianku saat ia datang ke kantorku.

" masih banyak kerjaannya?" Tanya Ari sambil memijit ringan pundakku.

"Emmmh,, udah kelar ko, tinggal beresin lalu pulang deh"

"Ya udah cepet beresin, aku udah ga sabar buat produksi"

" hah? Maksudnya apa?" Kadang aku suka ga ngerti sama kata- katanya.

Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku lalu berbisik. "Gak sabar buat produksi anak sama kamu"

" dih apaan sih kamu, otaknya ngeres mulu, dasar mesum" kataku sambil mencubit pinggangnya.

" aww,,, hahaha.. biarin tapi kamu suka kan?" Kami pun tertawa bersama.
Ari menarikku berdiri lalu menyeretku menuju sofa. Di dudukannya aku di pangkuannya sembari mengangkanginya. Di tariknya ke atas rok yang ku kenakan. Di lumatnya bibir ramun merah muda milikku, tak hentinya tangan kirinya meremas payudara kananku dan tangan kanannya memegangi tengkuk ku memperdalam ciumannya. Saat kami tengah panas- panasnya bercumbu mesra tiba- tiba pintu ruanganku terbuka, disana Lana berdiri dengan mata bembulat lalu menunduk malu.

"Maaf bu saya mengganggu" katanya lalu menutup kembali pintu ruanganku.

" ya ampun kamu berani narik aku dan ngelakuin hal gini tapi pintu gak kamu kunci?" Ari bener- bener gak waras. Masa iya dia gak ngunci dulu pintu mau nglakuin hal beginian, sumpah malu banget sama Lana.

Aku bangkit dari pangkuannya dan bembenahi pakaianku. Tapi Ari malah menariku lagi duduk di pahanya.

"Aduh yank, udah dulu itu Lana pasti masih di depan pintu. Kasian dia, palingan juga mau pamit pulang. Kita lanjut di apartemen ya" Ari tidak menanggapi ucapanku dan hanya menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dengan kesal.
Aku pun pindah duduk ke sampingnya.

" masuk Lana, saya tahu kamu masih di sana "
Lana membuka pintu lalu masuk dengan masih menundukan kepala.

" kalo masuk ruangan atasan itu ketuk pintu dulu, jangan nyelonong gitu aja " bentak Ari. Aku tahu ari pasti masih kesal.

"Ma.. maaf pak tapi saya sudah ketuk pintu dari tadi, mungkin tidak terdengar. Maaf pak sekali lagi" Lana tergagap menjawab perkataan Ari, mimik muka nya terlihat sekali kalu dia ketakutan. Memang kalu sedang marah Ari bisa jadi sangat horor.

"Sudah gak apa- apa Lana, ada apa kamu kemari?"

"Maaf bu saya cuma mau pamit pulang karena sudah ada yang menjemput" katanya pelan.

"Iya kamu boleh pulang, lagian kan ini sudah waktunya"

"Baik bu terimakasih, selamat malam"

"Iya, selamat malam juga. Hati- hati di jalan Lana" Lana lalu keluar dan menutup pintu.

Oh no!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang