LUKA, menyakitkan? Memang. Tapi luka mampu menguatkan. Benar bukan?
•••
Pagi ini, Rani masih berdiam di kamarnya, duduk termenung. Walau jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Kalau libur begini, Rani memang terkadang malas, karena menurutnya ini kesempatan untuk melepas penat setelah bertempur untuk belajar.
Di kamar, Rani memutar lagu yang menggambarkan keadaan hatinya, lagu milik Shawn Mendes - Stitches mengalun, membuatnya hanyut dalam kenangan lagi.
You watch me bleed until I can't breathe, shaking
Falling onto my knees
And now that I'm without your kisses
I'll be needing stitches.
Tripping over myself, aching
Begging you to come help
And now that I'm without your kisses
I'll be needing stitches.Yang Rani inginkan sekarang hanya menjahit luka hatinya. Luka yang tak sembuh-sembuh. Jika Rani bisa memutar waktu, Rani dengan pasti tidak akan menjatuhkan hatinya kepada dia.
Jika saja sahabatnya dari awal menceritakan perasaannya, maka dari awal pun Rani akan melenyapkan perasaannya.
Kini pikiran Rani kembali mengingat saat dia kelas 3 SMP.
"Rani!!! gue itu ada perasaan juga sama dia, lo gak berhak ngerebut dia dari gue, tau diri harusnya lo Ran!!! Gue udah kenal dia dari lama sedangkan lo gak begitu tau tentang dia!!" pekik sahabat Rani, Ayu Sri Adelia, dengan nada emosi membara.
Nama panggilannya Adelia, sahabat Rani sejak SD sampai akhirnya harus terpisah saat kelas 3 SMP. Memang paras Adelia lebih cantik dari Rani, tapi tidak berlaku juga untuk sifat dan sikap Adelia. Mereka jauh berbeda, Adelia lebih sering menyakiti hati Rani dengan kata-kata tajamnya. Keinginan Adelia selalu saja harus di penuhi. Sikap Adelia seperti itu muncul saat tahu Rani juga jatuh cinta dengan orang yang sama.
Tapi Rani tak pernah berhenti menjadi sahabat Adelia. Rani tak berniat menjauhi Adelia, dia bahkan sudah bertekad tidak menganggap Adelia saingan.
Tapi Adelia dengan sendirinya mundur dan menjauh, memberikan kenyataan kepada Rani bahwa ia telah meninggalkan Rani dengan kenangan yang mereka ciptakan bersama.
■■■
Rani bangkit dan langsung menghentikan alunan lagu tersebut. Tak mau lagi mengingat.
"Arrrrrggghhhhh... " teriak Rani, tapi tak ada yang mendengar karena di rumah sedang sepi.
Ayah dan ibu Rani masih pergi berbelanja. Sedangkan adiknya,Riski, dia kelas e SMP sedang mengikuti ekstra karate, harusnya kan fokus belajar untuk ujian. Yang ada hanya Bi Siti, satu-satunya pembantu di rumah Rani. Tapi paling-paling Bi Siti tidak mendengar karena sibuk memasak.
Ingin sekali Rani mencurahkan tangisnya, namun rasanya air mata Rani telah habis untuk diteteskan. Untuk apa juga menangisi yang telah berlalu. Life Must Go On.
Salah satu kebiasaan Rani dia suka bermain air, jadi kalau sedang kalut begini dia pasti bermain air, ya lebih tepatnya mandi. Membersihkan diri sebersih-bersihnya. Bahkan pernah sampai selama satu jam ia habiskan untuk membersihkan diri.
Setelah Rani selesai membersihkan diri dan mengenakan pakaian rumahan. Rani pun menuju lantai bawah untuk sarapan.
"Bi Siti.." panggilku dengan lembut.
"Ada apa neng Rani?" sahut Bi Siti dari dapur yang tengah mencuci gelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/151766698-288-k715281.jpg)
YOU ARE READING
My Last Love
Fiksi RemajaBEGINNER 🌹 RANI AMARA SELSHA Kehidupan dengan masa lalu yang kelam dalam hal Cinta dan Persahabatan, namun ada seseorang yang mampu membuatnya bangkit tapi akhirnya ia terjatuh kembali. KEVAN ANGGARA Menghabiskan waktunya menjelajah, mencari gadis...