Aku tahu, aku bisa saja meminta ponselku kepada Instagram, Wattpad, dan LINE sekarang karena aku sudah menyelesaikan misiku. Tapi, saat ini, aku sudah mulai menikmati hari-hariku tanpa ponsel. Walaupun ya, aku tahu, aku tetap butuh ponsel untuk keadaan-keadaan darurat, tapi, untuk saat ini, rasanya aku ingin menikmati dulu hari-hari 'bebas'ku ini. (Ya ampun, aku tidak pernah menyangka aku akan memakai kata 'bebas' untuk menggambarkan hari-hariku tanpa ponsel.)
Jujur saja, sekarang ini, aku suka malu sendiri kalau mengingat-ingat seperti apa diriku dulu—seperti tidak punya pendirian sendiri, karena nyaris segala yang kulakukan bergantung kepada orang lain dan media sosial. Untungnya, sekarang aku sudah tidak seperti itu. Aku harus berterima kasih kepada teman-teman media sosialku yang walaupun menyebalkan, tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa aku menikmati kehadiran mereka di hidupku.
"Keysha!"
Panggilan itu membuatku yang sedang tidur-tiduran di atas kasur sambil melamun, menoleh. Instagram berdiri di ambang pintu kamarku sambil tersenyum lebar.
"Ke luar, yuk. Gue, Wattpad, sama LINE mau ngomong sesuatu."
Aku bangkit untuk duduk sambil menatap Instagram bingung. "Kenapa enggak ngomong di kamar aja?"
"Gue bosen," jawab Instagram sambil merapikan rambutnya (sekarang, setelah aku sudah lebih mengenalnya, aku sadar dia merapikan rambutnya bukan karena narsis, melainkan karena dia memang sudah refleks melakukannya hampir setiap saat), "lagian di rumah lo juga lagi enggak ada orang. Yuk, ke luar."
Setelah mengatakan hal itu, Instagram membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan kamarku. Karena aku memang sedang tidak mengerjakan apa pun, aku turun dari kasur dan mengikuti Instagram keluar dari kamarku.
Rumahku memang sedang kosong saat ini—Papa dan Mama sedang ada urusan pekerjaan, sedangkan Kak Karel sedang pergi bersama teman-temannya. Jadi, tidak masalah kalau aku mau mengobrol dengan Instagram, Wattpad, dan LINE di ruang keluarga—tidak akan ada yang memergokiku berbicara sendirian.
"Mau ngomong apa?" tanyaku setelah aku sampai di ruang keluarga dan mendapati Instagram, Wattpad, dan LINE sudah duduk berjejer di sofa.
Aku pun duduk di sofa yang berhadapan dengan mereka, menunggu apa yang akan mereka bicarakan. Aku sedikit berharap mereka akan memberiku misi lagi. Jujur saja, sekarang aku jadi menikmati menjalani hari-hari setelah menerima misi dari mereka.
Aku jadi tidak terlalu memedulikan apa kata orang—bebas memilih pilihanku sendiri. Tentu saja, aku juga mendengarkan pendapat orang lain, tapi seperti kata Instagram waktu itu, keputusan terakhir tetap berada di tanganku.
Hubunganku dengan Bima juga sudah semakin dekat. Di sekolah, kami jadi lebih sering mengobrol dibandingkan saat aku dan dia PDKT lewat LINE.
Selain itu, aku juga sudah menulis beberapa cerpen baru dan tidak sabar mengirimkannya ke mading lagi.
Intinya, semuanya berjalan baik-baik saja belakangan ini. Dan aku menyukainya.
"Kita mau pamit," kata LINE tiba-tiba dengan tampang sedih, membuatku terkejut.
Sebelum aku sempat mengatakan apa-apa, Instagram berkata, "Tugas kita di sini udah selesai, Key. Kita masih punya banyak orang buat disadarin kayak lo, masih ada banyak misi yang harus kita jalani untuk membuat orang-orang memanfaatkan sosial media seperlunya—mengembalikan pengaruh baik media sosial dan mengurangi pengaruh-pengaruh buruknya."
Wattpad mengangguk setuju. "Udah saatnya kita balikin ponsel lo. Mungkin sekarang, lo merasa lo udah enggak kecanduan media sosial seperti dulu, tapi kita enggak benar-benar tahu apa misi kita berhasil ke lo atau enggak, kalau lo masih enggak megang ponsel. Sekarang kan, lo enggak kecanduan karena emang lo enggak bisa buka media sosial, tapi gimana nanti waktu ponsel lo udah balik dan lo bisa buka media sosial seperti dulu lagi? Apa lo yakin lo enggak bakal kecanduan lagi?
"Nah, karena itu, kita berniat buat balikin ponsel lo, supaya lo bisa menentukan sendiri sikap lo ke depannya. Tugas kita sih, sudah selesai di sini, tinggal lo yang memutuskan sendiri mau seperti apa lo ke depannya," jelas Wattpad sambil membetulkan letak kacamatanya.
Aku menatap Instagram, Wattpad, dan LINE, setengah tidak percaya. "Tapi... secepat itu? Gue masih mau ada kalian. Gue udah mulai nyaman sama kehadiran kalian. Gue rela kok, dikasih misi gila lagi sama kalian," kataku. Setelah mengatakan itu, aku tahu, aku-yang-dulu pasti akan pingsan tidak percaya kalau tahu bahwa aku-yang-sekarang berkata seperti itu.
LINE tersenyum lebar. "Oh, tenang aja, kita punya misi lagi kok, buat lo."
"Oh, ya? Apa?" tanyaku, bersemangat.
"Iya, kita punya misi buat lo, tapi kita enggak bakal ada di sini buat mendampingi lo ngejalanin misi itu," kata Instagram, membuatku bingung.
Sebelum aku sempat mengajukan protes, Wattpad lebih dulu menyela. Dia berkata, "Misi lo adalah, lo harus menggunakan media sosial dengan baik. Jangan menyalahgunakan media sosial lagi. Kita hadir dengan tujuan yang baik, bukannya mau menghancurkan generasi masa depan. Kalau lo berhasil melakukan misi itu, berarti kita semua di sini berhasil.
"Dan walaupun kita emang enggak bakal ada di sini waktu lo ngejalanin misi itu, kita tetap bisa tahu perkembangan lo, Key. Ingat, kita bisa mengawasi lo di mana aja!"
Bukannya merasa takut karena seseorang dengan jelas berkata bisa mengamati gerak-gerikku di mana saja, aku justru merasa sedih. Mereka bisa melihat dan mengamatiku sedangkan aku tidak bias melalukan hal yang sama terhadap mereka?
"Lo takut kangen ya, sama kita?" goda Instagram.
Hah, aku tidak akan pernah mengakui itu kepada mereka. Bisa-bisa mereka berbesar kepala.
"Enggak, lah!" balasku. Walaupun aku yakin sekali, bahwa semua orang di ruangan ini tidak ada yang percaya dengan ucapanku, tapi tidak ada yang repot-repot menyangkal.
"Iya, gue juga enggak bakal kangen kok, sama lo. Ih, ngapain amat!" balas Instagram sambil tersenyum geli.
"Benar banget! Enggak bakal ada yang kangen sama orang kayak lo, Key. Bawel, susah diatur, banyak maunya, dan—"
"Engak bakal kangen," sahut LINE, memotong ucapan Wattpad.
Aku tertawa. Ya ampun, siapa yang kubohongi? Aku pasti akan kangen dengan mereka bertiga.[]
a.n
cerita ini belum selesai, kok. Hehe. Cuma bentar lagi emang bakal selesai. Namanya juga short story, wkwk..
Btw, udah setahun aja ini cerita hahaha :').
16 Juni 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
When Social Media Comes Alive
Cerita PendekTidak ada yang salah dengan media sosial. Yah, setidaknya, itu pendapatku sebelum tiga remaja asing seumuranku datang menghampiri dan mengaku bahwa mereka bernama Instagram, Wattpad, dan LINE. Kalau itu belum cukup aneh, mereka tidak sekadar datang...