Beginning 6

42 8 4
                                    

Jam istirahat pertama yang ditunggu-tunggu tiba. Rezalki, Ezulki, Afham, Giga, dan Bagas bertemu di tempat duduk dekat kelas mereka. Banyak juga kawan baru mereka yang ikut berkumpul menjadikan tempat itu makin ramai.

"Gimana kelasmu? Hancur kek habis di bom?" tanya Ezulki pada abangnya.

"Alay tahu! Cuma lampunya pecah semua aja kok" jawab Rezalki ogah-ogahan.

"Mending lampunya pecah. Aku papan tulisnya yang pecah" kata salah seorang anak yang baru mereka kenal, Ade.

"Nah kan! Papan tukis pecahlah, meja kursi bolonglah, lampu jadi abu lah, ka..." Rezalki menutup mulut adiknya itu.

"Psstt...!!! Bising kali sih? Sakit telinga ambo nih!" protesnya.

"Elehh...situ juga alay pun! Ambo biasa aja kok di bilang alay. Huuu..." sorak Ezulki tak peduli.

"Udeh, udeh... Gitu amat kalian sih? Coba deh kalian ganti topik obrolan. Misal anak aneh yang lagi dibicarakan itu?" Giga memutar setir.

"Hush! Giga! Apa sih! Jangan kek gitu sama Faisal... Ups!" Afham menutup mulutnya. Niatnya menegur, e..eh.. Keceplosan.

"Eh? Faisal? Kenapa emangnya? Zaki, dia anak kelasmu kan?" tanya Rezalki. Zaki adalah kawan sekelas Srikandi.

Zaki agak cuek sambil mengucek mata "Iya..."

Bagas agak bingung "Yang mana sih anaknya?" tanyanya.

"Tuh, dekat auditorium" tunjuk Ade.

Serempak semua kepala yang ada disitu menoleh pada Faisal yang sedang makan bekal dilantai auditorium.

Kacamata tebal, kulit gelap, paras muka polos, badan kurus, dan baju yang rapi. Rezalki dan Ezulki berpamdangan. Aneh? Apannya coba?

"Aneh gimana? Kelihatannya baik-baik aja kok" Ezulki menandang teman-temannya satu persatu.

Zaki mendesis "Ish! Gak sekelas sama dia sih! Kalau di kelas suka nyengir ga jelas. Habis itu kalau mau kenalan ngulurin tangan. Kalau ga dikasih perhatian langsung jadi pendiam. Kan aneh!"

Rezalki tidak setuju "Oi Zaki! Ga gitu juga! Orang kan beda-beda. Ga bisa kita bilang orang yang lain dari kita itu aneh. Toh dia gak ganggu kok. Ko kok kek sentimen gitu sama dia?".

"Bukannya itu wajar ya?" sela Ezulki. Membuat semua mata tersorot padanya.

"Mau kenalan emang etikanya kan kayak gitu. Kalau dia suka senyum ya.. Ga apa lah ketimbang yang cemberut melulu. Kalau orang ga diperhatiin terus diem, ya benerlah! Terus mau ngapain? Cari perhatian sambil lompat sana-sini?" tukas Ezulki yang diikuti anggukkan beberapa anak.

Zaki mendengus. "Udeh dibilangin dia itu aneh! Udah deh! Kalau ga percaya, kalian berhadapan sendiri aja sama dianya!".

Beberapa anak agak bingung dan ragu. "Selo aja la, Zakh. Toh juga dia ga ganggu kamu kok! Kalau kamu modelnya aneh sikit terus kesel, awas, entar nyesel!" Ezulki tampak santai padahal mah agak keki dengan Zaki yang DarTing.

"Nyesel gimana?!"

"Ya... Barang kali suatu saat dia bakalan bantu ko. Dan mungkin aja suatu saat kok butuh bantuan dia. Kita ga tahu masa depan seperti apa kan?".

Rezalki menggangguk bangga dengan adiknya itu. "Ha! Bener tuh! Udah... Kalian berprasangka baiklah sama...siapa tadi? Faisal? Nah, iya! Terus berteman baik sama dia. Ambo yakin dia anak baik".

Semua anak tersenyum menandakan respon positif. Sementara Zaki sepertinya makin benci saja pada Faisal yang menurutnya aneh tapi dibela.

"Serah kelen!" katanya sambil bangkit dari duduk. Gayanya angkuh.

"Pokoknya aku udah kasih tahu. Terserah kalau masih mau membela dia. Sudahlah!" Zaki berjalan dengan kesal kambali kekelasnya.

Semua anak yang tadinya tersenyum, berubah menjadi datar atas sikap Zaki yang tidak bersahabat itu. Ezulki dan Rezalki hanya bisa mengangkat bahu. Orang kayak gitu diladeni yakin banget gak ada habisnya. Bagus deh dia pergi...

Bel masuk berdering dan melahirkan wajah-wajah kecewa, terutama yang lagi main basket dan bola sepak. Semua anak nulai meninggalkan lapangan dan kantin menuju kelas masing-masing. Tampak sepasang mata yang mengintip dari teras auditorium menatap anak-anak yang bubar dari tempat duduk.

***

Baru aja masuk, kelas Srikandi udah ribut. Banyak anak-anak yamg baru masuk namun masih memegang jajanan.

Hal itu bikin Srikandi lapar. Apa lagi saat Chika lewat sambil ngemil kentang goreng. Ehm... Sri... Kalau kamu laper, penulisnya lebih laper lagi. Srikandi kalau mau tinggal minta. Lah... Penulisnya mau minta kek mana?

Srikandi pun memutuskan untuk mengobrol dengan teman-temannya. Padahal sih modus ngicip makanan.

Batik Prantau BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang