Beginning 9

26 6 3
                                    

.....duk! duk! duk! duk! duk!.....



Yasirna: Eh! Iya loh... Duk duk duk ya?

Suma: makin jelas lho!

Rezalki: makin keras lah

Ezulki: dari mana asalnya?

Srikandi: kalau ku denger sih dari depan sana. Dari perempatan di depan

Keke: Hah? Kalau aku malah dari belakang kita. Makin dekat!

(semua anak berbalik, dan melihat keadaan di belakang)

Ezulki: (celingak-celinguk) ga ada tuh?

Rezalki: (mencari-cari) mana sih?

Keke: Haih... Apaan sih ini?

Yasirna: (mata berakomodasi maksimum, baca: memfokuskan pandangan) dari tadi suara doang gak ada sumbernya

Srikandi: (mengerutkan kening) benda apaan bisa bunyi sendiri kayak gitu? Tadi kan ga ada....

Suma: (tampang heran kemudian berbalik badan dan terkejut) bendanya.... bergerak kearah kita...

(serempak mereka berbalik badan dan mendelik. Benda itu berbentuk seperti binatang berkaki empat dengan jumlah yang banyak. Derap langkah kaki-kaki mereka makin jelas. Tak lama kemudian bentuk fisik mereka terbaca: seperti anjing, ada moncong, tidak ada gigi, beberapa bagian badannya dilapisi busa, terbuat dari besi bekas yang tampak ringkih)



(Dialog mode off)



Mereka makin dekat dan tampak seperti anjing yang marah. Bagian kepalanya bergoyang kesana kemari tidak terkendali. Suara besi yang beradu membuat suasana makin bising. Mereka berenam mulai kebingungan.

"Gimana nih we?!" seru Yasirna.

Ezulki bergerak makin mundur "Ergghh... Kebelakang aja coba!"

Baru saja mereka lari ke belakang tiba-tiba dari kejauhan tampak rombongan anjing besi itu muncul. Jalan mereka tertutup!

"Aduh bisa gawat nih!" seru Keke cemas.

"Depan belakang ada wak!!!" Srikandi ngeri.

Suma mencoba tetap tenang meski detak jantungnya makin cepat. Ia berbalik ke depan dan melihat rombongan pertama makin dekat! Bahkan beberapa anjing besi itu mendahului teman-temannya.


Salah satu dari mereka menyerang Suma. Benda itu melompat dan ingin menerkam Suma. Dengan cekatan Suma menyambar salah satu tiang kayu yang hampir seperti stok pramuka dan mengayunkan tongkat itu kearah anjing besi itu.

PRAAKK!!!

Langsunglah anjing besi itu melayang jauh ke samping dan terhempas ke tunpukkan pecahan bangunan dan barang bekas. Setelah itu anjing besi itu tidak bergerak lagi. Melihat itu Suma punya ide!

"Teman-teman!! Cari apa saja yang bisa digunakan sebagai senjata!! Cepat!!!" serunya.

"Hah?? Oke!" jawab teman-temannya dan segera berpencar nencari benda yang bisa digunakan.

Rombongan itu makin dekat datang dari dua arah sembari enam anak itu nencari senjata. Salah satu yang paling dekat ingin menerkam Srikandi. Namun Srikandi secepat kilat mengambil gergaji yabg tergeletak di tunpukkan barang bekas dan mengayunkannya ke arah anjing besi itu.

CLAANNGGG!!!!

Anjing besi itu membelah jadi dua. Srikandi pun mencoba untuk menyerang beberapa yang sudah beberapa langkah didepannya. Mereka mulai menyebar untuk menyerang.

Keke mencoba lari saat beberapa anjing besi itu mendekat. Ia menangkap pemandangan tombak-tombak dengan ukuran berbeda. Segeralah ia mempercepat larinya dan mendekati tombak-tombak itu.

"Wahh...!!!" ia mengerem dan hampir terjatuh. Namun dapat menyeimbangkan diri.

"Ditempat seperti ini ada banyak tombak?!"

Salah satu anjing besi itu mau menerkam Keke. Tapi Keke melayangkan tombak kayu itu dan mematikan gerakan anjing gila itu.

"terakhir ini aku gunakan untuk berburu" komentarnya. Ia pun melanjutkan seranganya dan terus menerus melayangkan tombak yang banyak itu.

Ezulki masih terus berlari menghindari para anjing besi yang secara mendadak menyerbunya beramai-ramai. Kepepet, ia melompat dan sekuat tenaga memanjat bangunan yang agak hancur tapi masih berdiri kokoh. Ia sampai di atas dan terengah. Peluh membasahi dahi dan pipinya yang berkulit terang. Kedua tangannga bertumpu pada lututnya yang sedikit menekuk.

Dari atas, ia melihat abangnya dan teman-temannya sibuk berperang. Yasirna terlihat sedang menghalang anjing besi itu dengan nampan rotan yang ditunjuk Keke tadi. Nampak sekali nampan rotan berbentuk bundar itu lebih mirip prisai yang melindunginya. Dengan berani ia menampari anjing-anjing besi itu hingga tak satupun menerkamnya. Ia juga menemukan lempengan besi bundar dan menggunakannya untuk melempari anjing besi itu. Nalurinya saat melempar seperti sedang melempar cakram. Lemparannya lumayan kuat untuk mematikan gerakan anjing besi yang menggila itu.

Tak sengaja ia melihat abangnya tampak kesulitan menyabet anjing-anjing besi itu dengan tali-tali tambang besar yang tergeletak di tanah tadi. Ezulki bingung harus menolong dengan apa sedangkan ia masih digonggongi oleh para anjing besi dibawah bangunan. Ia harus menyingkirkan mereka dulu baru bisa turun. Ia mundur-mundur dan tak sengaja kakinya menginjak bata. Ia menoleh dan melihat tumpukkan bata yang cukup banyak bekas membangun. Tanpa pikir panjang ia mengambil salah satu dan melemparnya kearah para anjing gila itu.

Batik Prantau BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang