Bab 2 : Dia

176 26 0
                                    

"Bugh..."

"Bugh..."

"Bugh..."

....

Baru saja terdengar suara benturan kepala seorang di dinding, berkali-kali dalam selisih waktu tak lama.

Seorang anak laki - laki meringis kesakitan. Di wajahnya tampak guratan kesedihan, matanya terpejam sambil meneteskan air mata, mulutnya meringis hingga nampak gigi rapinya. Dia mengusap pelipisnya yg nampak berdarah.

"HAHAHAHAHA." Ojan tertawa sambil memegangi perutnya. Ojan atau fauzan, adalah salah satu badboy di sekolah ini.

"Rasain lo, bangun lo anak cemen!Gitu doang nangis lu, laki - laki bukan sih?" ledek ojan.

Iqbaal, anak itu mencoba bangun sambil gemetaran kepalanya masih terasa berdenyut. Pelipisnya berdarah.

"Sekarang lo coba jalan kearah kanan." Perintah Ojan.

Anak laki-laki itu berjalan kearah kanan seperti yang diperintahkan Ojan.

"Bugh."

Lagi-lagi terdengar suara benturan kepala kedinding. Darah dari pelipis itu semakin deras mengalir.

"Hahahahahaha." Terdengar riuh tawa Ojan dan ketiga temannya.

"IQBAAL." Teriak (Namakamu) yang sejak tadi memperhatikan situasi yang riuh. Lalu berlari menghampiri Iqbaal yg berdiri sambil menunduk.

"Eh, sayang, kok kamu ada disini ? sini duduk sama abang." Goda ojan.

"Najis lo jan, lo bukan siapa-siapa gue, stop buat ngejar-ngejar gue." bentak (Namakamu) berhenti sejenak dan memelototi Ojan.

"Sayang, kok kamu gitu sih,"

"Bodo amat." (Namakamu) melenggang melewati ojan.

"Baal, lo ngapapa kan?" (Namakamu) menghampiri Iqbaal.

"Ak-g-gue ngapapa kok, Ak-g-gue pergi dulu."

(Namakamu) merasa bersalah tentang perkataan nya pada Iqbaal pagi tadi.

Iqbaal berjalan menjauhi (Namakamu) yang masih terbengong melihat Iqbaal. Jalannya nampak tak seimbang, tubuhnya masih bergetar.

"Kalian emang nggak punya hati, percuma kalian punya otak kalo nggak dipake. Lo , lo , lo , dan lo orang biadab, yang taunya merendahkan orang lain, sedangkan kalian sendiri ngga pernah ngaca. Lo kira lo yang paling kuasa di sini, gue ngga takut sama lo." (Namakamu) meneriaki Ojan sambil menunjuki 1 per 1 Ojan dan ketiga teman Ojan.

(Namakamu) Menengok kearah Iqbaal. Dan kemudian mempercepat langkah untuk mengejar langkah Iqbaal. Ojan dan ketiga temannya melongo melihat langkah (Namakamu) yang kemudian menghilang di ujung koridor.

"Gue yakin lo ngga bakal dapetin (Namakamu) sob." Ucap Dava salah satu teman Ojan, sambil menepuk bahu Ojan.

💦💦💦

"Baal, tunggu gue."

Iqbaal memutar sedikit kepalanya kesamping, sambil melirik (Namakamu) yang berhenti mengejarnya dan berdiri mematung. Lalu kembali fokus pada jalannya, dan berjalan dengan reyot.

(Namakamu) berlari menghampiri Iqbaal, dan berhenti tepat di hadapan Iqbaal. (Namakamu) menyodorkan sebuah kacamata yang sejak tadi di pegangnya.

"Ini kacamata lo Baal, sorry tadi gue ambil pas lo jatuh." (Namakamu) mencoba berdamai dengan Iqbaal.

"M-ma-makasih." Ucap Iqbaal sambil menerima kacamata dari (Namakamu). Nampaknya kesadaran Iqbaal sudah tak sepenuhnya, pelipisnya masih mengalirkan darah segar.

HOPE with Idr (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang