Bab 5 : Toilet

109 24 2
                                    

Krakk.

"Yah, kacamata murahan lo, harganya cuma 10 ribu ya? Hahaha."

"Iya jan, paling beli di pinggiran jalan deket pasar ye kan?"

"Dava, mending lo anterin Iqbaal ke kelas deh, takutnya nanti kesasar lagi."

"Sip jan, tenang, gue anterin."

Iqbaal terduduk, meraba lantai, dan mencoba mencari serpihan kacamatanya yang tadi di injak oleh Dava-teman Ojan-. Sudah tak terhitung banyaknya kacamata yang sudah dihancurkan mereka berdua. Dan ketika ditanya oleh orang tua Iqbaal, Iqbaal hanya menjawab bahwa dia kejedot atau sebagainya.

(Namakamu) sedari tadi hanya memandang kejadian itu dari jauh, dia tidak bisa banyak berbuat jika tersangkanya adalah Ojan dan temannya. Mungkin (Namakamu) perlu menunggu Ojan dan Dava meninggalkan Iqbaal terlebih dahulu, untuk menghampirinya. Setelah dirasa aman, (Namakamu) berlari kecil menghampiri Iqbaal yang masih terduduk mencari kacamata nya.

"Iqbaal," panggil (Namakamu) lirih. Iqbaal mendongak menatap sesorang yang memanggilnya. Pandangannya buram, namun Iqbaal mengenali siluet wajah itu.

"(Namakamu)? ngapain kamu kesini?"

(Namakamu) tak menjawab pertanyaan Iqbaal. (Namakamu) justru langsung mengulurkan tangannya. Iqbaal memandang tangan (Namakamu) heran. Namun kali ini mungkin dia juga butuh bantuan. Dengan senang hati Iqbaal menjabat tangan (Namakamu) dan kemudian berdiri dengan bantuan (Namakamu).

"Mata lo burem?"

"I-iya."

"Sebenarnya gue punya softlens, tapi minusnya minus dua, punya sepupu gue, padahal lo minus 4 ya? lo mau pake?"

"Em, aku sebenarnya cuma minus 2,5."

"Loh tapi kata orang-orang bilang lo minus 4?"

"Mereka cuma melebih-lebihkan." Iqbaal menunduk sambil tersenyum simpul.

"Yaudah ayok." (Namakamu) menggandeng tangan Iqbaal dan menariknya.

"Kemana?" tanya Iqbaal heran.

"Pake softlens, habis ini kan mau pelajaran lagi. Lo nggak mau ketinggalan kan?"

"Eh iya." Iqbaal hanya pasrah di sepanjang koridor (Namakamu) menarik tangannya, menuju toilet umum.

Sesampainya di toilet, (Namakamu) melepas genggamannya di tangan Iqbaal dan kemudian menghadap Iqbaal. (Namakamu) mengorek isi tasnya. Tak lama kemudian (Namakamu) mengeluarkan obyek berbentuk kotak yang terdapat 2 barang bulat bening di dalamnya.

"Nih, lo bisa pake ngga?"

"Ehm, sebenarnya aku ngga bisa."

"Yaudah, sini gue pakein." (Namakamu) membuka bungkus softlens itu dan kemudian memasangnya di jari manisnya. Sedangkan jari yang lain nantinya akan untuk membuka kelopak mata Iqbaal.

"Siniin." (Namakamu) memberi Iqbaal kode supaya mendekat. Namun Iqbaal justru merasa ragu dan memundurkan badannya. Begitu pula (Namakamu) yang terus melangkah maju.

Duk.

Punggung Iqbaal menabrak tembok, ternyata dia sudah terkepung, (Namakamu) tersenyum tipis, "Lo itu niat pake softlens nggak sih? Lo takut?"

"Eh? enggak kok." Lalu Iqbaal memantapkan niatnya. Iqbaal pun diam dan tak ragu lagi. (Namakamu) mendekat kearah Iqbaal. Sangat dekat. Hingga hembusan nafas (Namakamu) terasa jelas di antara leher dan dagu Iqbaal. Iqbaal memendang (Namakamu) tak berkedip. Tanpa di sadari 2 softlens itu sudah terpasang di mata Iqbaal.

"Udah Baal."

Pernyataan (Namakamu) membuyarkan lamunan Iqbaal. Iqbaal menjadi salting dan gelagapan.

"Eh, iya makasih (Namakamu)." Iqbaal tersenyum tulus memandang (Namakamu)

Krriinng.

Iqbaal terbelalak mendengar bunyi bel yang nyaring.

"Tuh, udah bel, gue balik ya." (Namakamu) balas tersenyum kemudian meninggalkan Iqbaal ditoilet. Tak lama Iqbaal meninggalkan toilet dan berjalan menuju kekelasnya.

_________________________________________

Hai readers, maap pendek😂

minta sesuatu boleh?

15 vote yaa.😉

Nanti langsung aku update extra part yang panjang. Dan unyu😘

Vote

Vote

Vote

HOPE with Idr (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang