Sepuluh menit kemudian gadis berparas cantik itu keluar dari kamarnya. Itu adalah Becca. Becca atau orang terdekatnya memanggilnya Caca. Memang benar gadis itu setiap harinya terlihat cantik.
Becca melangkahkan kakinya turun melalui anak tangga dengan langkah yang lamban sedang menggerogohi tasnya untuk mengecek barang bawaan rutinnya.
"Parfume udah"
"Bedak udah"
"Maskara udah"
"Lipbam udah"
"Eye liner udah"
"Blush on juga udah"
"Ada yang kurang nggak ya? Bodo ahhh... yang penting barang inti udah ada," gumam Becca seraya mengedikkan kedua bahunya.
Sebenarnya Becca sekolah tidak semenor yang kalian kira, karena membawa barang-barang yang membuat wanita umumnya menjadi topeng.
Sehari-hari jika ke sekolah ia hanya mengoleskan bedak, blush on dan lipgloss saja. Itu juga kalau ia ada mood untuk melakukannya. Karena bibirnya tak pernah terlihat kering, bahkan terlihat jelas bibir mungilnya berwarna peach. Becca merupakan tipe cewek yang bisa diandalkan dalam bidang make up. Karna bagi Becca make up dapat merubah moodnya menjadi lebih baik.
Selain untuk bersenang-senang. Ia membawa alat-alat itu ke sekolah untuk melancarkan misinya. Membawa benda-benda itu hanya untuk cadangan jika akan melancarkan misinya untuk melabrak anak-anak Pelita Cahya yang mengusik kehidupannya. Agar terlihat lebih tegas dan berani.
"Non Caca... sarapan dulu. Ini Bibi udah buatin makan buat, Non" panggil wanita paruh baya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Bu Rani yaitu pembantu Becca. "Nanti aja Bu, di sekolah," jawab Becca sedikit teriak.
Becca mempercepat langkahnya agar cepat sampai dimeja makan untuk menghampiri Papanya agar segera berpamitan dimeja makan.
"Pa, Caca berangkat dulu--" pamit Becca. Becca menjulurkan tangannya hendak mencium punggung tangan Jhon Aolbert--Papanya.
"Hari ini kamu antar Mama. Mama mau pergi ke rumah temen ada acara arisan," sergah Jhon mengurungkan niat Becca bersalaman.
"Ta... tapi Pa--" jawab Becca gugup.
"Sekali aja Cha, kamu tau kan mobil yang biasa dipake nganter Mama kemana-mana akan Papa pakai ke Bali," ucap Jhon penuh kelembutan.
Becca hanya manggut-manggutkan kepalanya mengiyakan permintaan Papanya. Meskipun Becca tahu bahwa dirinya sudah sangat terlambat sekolah ditambah untuk mengantar Mamanya arisan.
Memang benar Papanya akan pergi ke Bali. Ntahlah dia aka mengurusi pekerjaan apa disana. Setahu Becca pasti Papanya akan mengurus bisnisnya disana.
Becca terlebih dulu meninggalkan ruang makan dan memilih menunggu Dira dimobil.
Becca berjalan terlebih dahulu menuju pintu utama untuk keluar dan menunggu Dira didalam mobil. Terlebih langkahnya dihentikan yang mengharuskannya berhenti, seperti ada yang menahan tangannya dan Becca membalikkan badannya.
"Kak Caca, Eta ikut ya sama kak Caca" ucap anak kecil yang terlihat sangat polos.
"Nggak bisa sayang, kan kakak mau sekolah" jawab Becca halus.
Becca mendekatkan wajahnya agar lebih sejajar dengan anak kecil itu. Itu Deta. Adik Caca, berumur 4 tahun.
Anak kecil itu menggelengkan kepalanya cepat. "Etaa nggak mau. Etaa pingin sekolah... hicks....." lirih Deta. Deta mengucek matanya yang tidak keluar air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD
Teen FictionHidup seperti dingin bertemu dengan panas. Jika kamu tidak kuat, maka kamu yang akan lenyap. -COLD- Lo itu takdir gue dan akan tetap jadi milik gue. Dan gue nggak akan ngelepas apa yang udah jadi milik gue. -Andre Pratama- Jangan berfikir gue akan p...