'Pasti ada yang salah dengan ini semua. Aku yakin semua ini salah. Dia adalah teman kecilku dan aku sudah mengenalnya dari dulu. Kenapa bisa aku tidak mengenalinya sama sekali. Sungguh terlalu aku ini' Sambil memukul-mukul kepalaku ini aku masih tetap sibuk berpikir memikirkan kebodohanku yang tidak mengenalinya sama sekali.
"Kenapa kamu memukul-mukul kepalamu, Sayang. Kasian nanti kepalamu bisa sakit lho." ucapnya seraya memberhentikan tanganku dengan mudahnya karena tangannya yang lebih besar.
"Ini pasti kesalahan. Kamu pasti bukan Sean yang ku kenal sewaktu kecil itu. Karena dia yang dulu tidak seperti ini dan tidak mungkin berubah drastis seperti ini. Dan yang aku tahu dia juga tidak mau menerima perjodohan ini karena kami hanya menganggap kami hanya cocok sebagai seorang sahabat. Dan kau yang sekarang sedang duduk di depanku sangat berbeda dengannya. Huh, sungguh tidak mungkin!"
"Apa yang tidak mungkin di dunia ini, Sayang. Sekarang kamu bisa melihat aku dengan lebih jelas lagi dan kamu bisa meyakini aku bahwa aku masih Sean yang sama. Yang berbeda adalah aku yang telah sangat mencintaimu saat ini. Sungguh mencintaimu Really love you, honey! Dia menarikku ke dalam pangkuannya sehingga saat ini aku berada sangat dekat dengannya.
"Oh, No!! Please, don't do that!! Aku tidak bisa Sean. Aku masih kalut dengan perasaanku. Kau yang datang tiba-tiba akan membuat segala sesuatunya tidak bertambah baik. Aku membutuhkan waktu sendiri, Sean. Aku sedang tidak mau melakukan apa-apa. Dan sampai saat ini pun, aku masih tidak yakin kau adalah Sean yang ku kenal."
Di kala aku masih berbicara, tiba-tiba saja Sean langsung memelukku dan pelukannya rasanya hangat seperti ada yang hilang dan kemudian kembali lagi. Aku merasakan sebuah ketulusan di dalamnya. Aku yang masih merasakan pelukannya, kemudian Sean mulai mengendurkan pelukannya dan mengangkat wajaku untuk mendekati wajahnya. Aku bisa merasakan bibir Sean menyentuh bibirku. Bibir yang sangat manis. Ciuman yang tulus dan hangat. Semakin lama dia ciuman ini semakin memabukkan kami berdua Aku yang tidak menginginkannya pun menjaddi menginginkannya dan tidak tahu apa yang merasukiku. Sungguh nikmat. Dia mulai melumat bibirku dan memasukkan lidahnya ke dalam lagi demi memuaskan hasrat kami.
"Aku sangat merindukanmu, Adelle. Miss u so much, Honey" ucapnya di tengah-tengah ciuman kami. CIuman kami pun makin memanas dan penuh nafsu saat ini. Terlebih Sean yang mungkin memang sangat merindukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Sex
RomanceKonten berisi 18++ Mohon bijak dalam pembacannya #dibaca dan divote ya :)