Prolog

32 3 0
                                    

"Jauna, Rayhan, jangan lari-lari!" Teriak seorang laki-laki paruh baya pada anak perempuan di depannya. Mereka terlihat senang. Ya, kakek Yusuf beserta kedua cucu kesayangannya. Jauna dan Rayhan. Ia tersenyum melihat Rayhan dan Jauna. Rayhan dengan senyum menawannya mulai mencari komik favoritnya. Dan Jauna dengan senyum cerianya mencari novel incarannya. Ah, mereka sangat bahagia.

"Kek sudah." Rayhan menghampiri kakeknya.

"Eh tunggu, aku belum," Jauna membesarkan suaranya padahal Rayhan dan kakek Yusuf di sampingnya. "Kak Rayhan cepat sekali sih!" Gerutu Jauna sambil melengkungkan bibirnya, membuat Rayhan dan kakek Yusuf tertawa. 

"Ada apa?" Tanya Jauna lagi, yang hanya dijawab dengan gelengan.

"Yasudah, memangnya Jauna lagi cari apa? Sini kakek bantu." Kakek Yusuf mulai mempertemukan matanya pada rak-rak.

"Novelnya Tere Liye Kek," kata Jauna masih terfokus pada novel yang dicarinya. "Judulnya Pulang." Lanjutnya.

cekrek

Rayhan sedang memotret mereka.

"Kakak! Sinikan ponselnya!" Seru Jauna sambil mengejar Rayhan. Kakek Yusuf tersenyum bahagia melihat cucu-cucu nya. Karena kini hanya mereka yang ada dalam hidupnya. Cucunya yang lain mana mau bermain bersamanya. Jangan kan bermain, menjenguknya pun sudah jarang.

Ya, hanya Jauna dan Rayhan lah alasan hidupnya kini. 

~flashback off~

Jauna menatap foto itu sembari mengusapnya. Foto ia bersama kakek yang dipotret Rayhan. Ah, segalanya hanya kenang. Hari ini, kakek telah meninggalkannya. Meninggalkan ia bersama Rayhan. Tepat setelah kelulusannya di jenjang SMP. 

Tujuh tahun sudah kakeknya merawat ia dan Rayhan, sejak orang tua mereka meninggalkan mereka untuk alasan bisnis. Ketika ia berumur 7 tahun, dan Rayhan satu tahun di atasnya. Orang tua? Ah bahkan ia sudah hampir melupakan mereka. Entah dimana keberadaan mereka. Sudah lelah ia dan Rayhan menunggu.

Tuhan, setelah ini apalagi? Jauna benar-benar  muak dengan segala yang terjadi.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang