Bab 3

6 3 0
                                    

"Eh, sebentar lagi bell, masuk yuk." Sarah bangkit dari duduknya setelah melihat jam tangannya. Jauna tersenyum kecil kemudian ikut bangkit dari bangkunya. Dipagi menjelang siang itu mereka berjalan beriringan menuju kelas 10-2.

"Kalau kamu butuh bantuan bisa bilang aku." Ujarnya sambil tersenyum manis, yang lagi-lagi hanya dibalas anggukan kecil dari Jauna.

Jauna berjalan menuju kursinya. Altan belum kembali, padahal dua menit lagi bel berbunyi. Ia melihat pada pintu, kemana Altan? Hatinya menggerutu. Tunggu!? Ia mengkhawatirkan Altan. Tidak lucu.

Ia langsung mengalihkan kegiatannya dengan menulis. Ya, hanya dengan menulislah ia melupakan segala penat dan peluh.

Seseorang datang mengusik keasyikan Jauna. Altan, ia datang dengan penampilan yang sedikit berantakan. Belum lagi bajunya keluar serta asap rokok yang menghinggapi badan lelaki ini.

Altan merokok?  Berarti Altan harus dihapus dari kriteria laki-laki idaman. Yah.

Ya, memang sejak dulu kakek telah menetapkan kriteria pasangan idaman yang akan menjadi suami cucunya. Salah satunya, tidak merokok.

Ia segera menutup buku catatannya, sebelum Altan melihat. Private book. Itulah yang selalu Jauna katakan ketika orang lain ingin membuka bukunya. Bukan tanpa alasan Jauna melarang, buku itu berisi luka-lukanya sejak dulu. Buku yang dihadiahkan kakek Yusuf ketika ia berulang tahun yang ke-13. Buku yang akhirnya menjadi teman Jauna untuk tetap tegar dengan semua kondisi. Untuk tidak manampilkan kesedihannya. Karena Jauna belajar dari sosok-sosok antagonis di drama kehidupannya, belajar menutupi segalanya dengan rapi.

Sebenarnya, ia mengetahui kepura-puraan yang terjadi di sekitarnya dan membenci semuanya. Walaupun nyatanya, selama ini ia juga bersembunyi dari topeng yang ia rekatkan kuat-kuat. Ah, Jauna dengan senyum palsunya.

Bu Dara memasuki kelas. Itu artinya, pelajaran Bahasa Indonesia akan segera dimulai. Guru penuh pesona itu memberikan senyum termanisnya, yang Jauna yakini jika ia lelaki, ia kan menyukai bu Dara. Sayang, ia bukan laki-laki, dan juga bukan seorang lesbi.

Jauna hanya berharap tidak ada kegiatan mencatat, yang hanya akan membuatnya pusing tujuh keliling. Ia melirik sebentar pada Altan yang masih sibuk dengan ponselnya. Andai kakek tahu kejadian hari ini, mungkin ia akan mentertawakan Jauna. Ah, Jauna benar-benar rindu pada kakeknya.

Love you Kek

"Gue tau lo masih bingung kan mau minjem catatan siapa. Tenang aja, ini masih hari pertama, jadi pelajarannya juga gak terlalu rumit. Lagian, ada gue, gak usah jauh-jauh nyari catetan." Ujar Altan panjang lebar yang membuat Jauna melongo. Lebih tepatnya terlihat bodoh, mungkin. Yang kemudian ia hanya mengangguk kecil.

Dan benar saja, sepertinya hari ini takdir telah mempermainkannya. Ia lupa membawa kacamata, bersatu di antara kumpulan manusia yang membuatnya ..., entahlah. Dan jangan lupakan pertemuannya dengan Sarah O'Black, siswi yang memiliki wajah elok bak bidadari. Walaupun hingga kini Jauna belum mengetahui Sarah keturunan negara apa. Jauna tau, sejak ia duduk bersama Sarah tadi, banyak yang menggunjingnya, mengatainya lah, mengatakan ia tak pantas duduk dengan Sarah, dan ..., eerrr. Jauna tak ingin mengingat soal tadi. Antara malu dan kesal.

Bu Dara mulai mengoceh di depan. Jauna tak terlalu memperhatikannya. Ia masih sibuk dengan khayalannya. Ah, andai ia bisa menikah dengan Manu Rios atau menjadi pacarnya Sean O'Pry, bahkan mungkin menjadi belahan jiwa Altan Al-Fatteh. Oh tidak, ia gila. Percayalah, khayalannya hanya akan membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya. Apalagi menjadi belahan jiwa Altan Al-Fatteh.

"Lo kalo mau ngelamun mendingan jangan disini deh. Hargain guru dikit kek." Jauna tersadar dari lamunan panjangnya. Ia menatap Altan yang masih menatap bu Dara. Pandangannya lurus, tajam dan eww ... Mempesona. Ah, bahkan walaupun Jauna telah ditegur Altan, ia masih memujinya. Menyedihkan.

Jauna kembali menatap serius pada bu Dara. Bu Dara tampak membuka tempat pensilnya lalu mengeluarkan spidol hitamnya daaan, ya, menulis di papan tulis. Ia menatap nanar ke depan, lalu kemudian melirik Altan. Altan membuka buku catatannya dan mulai menulis.

Setelah selesai menulis, Altan memberikan buku catatannya pada Jauna. Jauna tersenyum lebar, sedang Altan masih pada tatapan datarnya. Menyebalkan, pikir Jauna.

Lalu, kelas berjalan seperti pada umumnya.

---

"Assalamualaikum." Rayhan membuka pintu diikuti Jauna di belakangnya. Dan tentu saja hanya Jauna yang akan menjawab salamnya.

"Dek, kamu udah makan?" Rayhan menghadap pada adiknya.

"Udah Kak. Kakak udah makan belum?"

"Udah juga. Berarti gak usah beli makan ya." Jauna mengangguk kecil. Semenjak ia dan Rayhan pindah ke kota ini, mereka menyiapkan makanan sendiri. Jika sarapan biasanya mereka makan nasi uduk dekat sekolah. Makan siang di kantin sekolah. Dan untuk makan malam biasa membeli di Rumah Makan Bu Wati.

Jauna melangkah kamarnya. Ia mencari buku kesayangannya di tas merah jambunya.

Dan hasilnya, nihil. Jauna mulai panik, selama ini bukunya tidak pernah tertinggal sekalipun. Dan kali ini, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Kembali ke sekolah? Itu tidak mungkin. Jarak antara rumah dan sekolahnya hampir satu kilo.

Tok tok

Jauna tersadar dari kepanikannya.

Siapa yang dateng siang-siang begini?

Jauna bergegas menuju ruang tamu. Mengintip sebentar, untuk memastikan bukan orang jahat yang datang ke rumahnya.

"Bibi!!" Jauna memeluk sosok yang ia panggil bibi. Ya, bi Sum, pembantu kakeknya yang telah dipercaya selama kurang lebih enam belas tahun.

"Bibi, kenapa kesini?"

"Tuan Rado yang menyuruh Bibi kesini, Non." Ah, benar saja. Tante-tante dan paman-pamannya pasti sedang berusaha merebut warisan kakeknya, dengan cara menjauhkan siapa saja yang pro pada ia dan Rayhan.

"Masuk yuk Bi. Kebetulan masih ada satu kamar kosong." Jauna menunjukan satu kamar kosong kemudian memanggil Rayhan.

---

Setelah semuanya selesai, bi Sum juga sudah membereskan barang-barangnya, Jauna kembali ke kamarnya. Dan kini, dia kembali pusing dengan buku catatannya. Tiba-tiba ponselnya bergetar.

Altan.alfatteh mengundang anda menjadi teman

Jauna terbelalak. Altan? Altan Al-Fatteh? Tapi, darimana dia tahu nomor Jauna? Seingat Jauna, tidak ada yang mengetahui nomor ponselnya kecuali Rayhan.

Drrtt drrtt

Ponselnya kembali bergetar.

Altan.alfatteh
Jauna?

Jauna.syasya
Iya. Lo altan? Tau darimana no. gue?

Altan.alfatteh
Bk lo ktnggln d mj
Gw g bc kok
Gw cmn liat no hp lo

Jauna.syasya
Iya. Gw tau kok.gpp :)

Altan.alfatteh
Ok

Sesingkat itu?! Oh Tuhan! Adakah manusia yg lbh dingin dari Altan Al-fatteh?

Jauna mulai merasa tenang. Setidaknya bukunya sudah diketahui. Dan semoga saja tidak berada di orang yang salah.

Dan tiba-tiba ponselnya kembali bergetar.

Sarahoblack mengundang anda menjadi teman.

Tunggu? Apalagi ini? Kenapa Sarah jadi tahu nomornya?!

---

Warning! Typo bertebaran!

Vomment nya ditunggu. Thank yuuu~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang