Chap -3

2.3K 163 13
                                    

-------------------------------
Happy Reading ❣

-----------------------------------------------

07:10

Tak terasa..sudah 10 menit berlalu setelah bel masuk di bunyikan,
hingga sekarang di ruang kepala sekolah. Jisoo, Lisa ,Rose dan juga Jennie masih nampak serius mendengarkan penjelasan seorang pria paru baya yang duduk tepat di hadapan mereka.
Pembicaraan yang terdengar cukup serius, mengenai beberapa hal seperti tata tertib yang berlaku di sekolah tersebut..

Disaat, pembicaraan masih terus berlanjut, Jennie nampak sedikit gelisah, ia kembali menoleh menatap ke arah pintu untuk yang kesekian kali nya, lalu melirik ketiga saudara nya yang masih terlihat fokus mendengarkan apa yang di katakan oleh kepala sekolah tersebut.

Ketahui lah, dirinya bahkan tidak tahu apa saja yang tengah di bicarakan oleh si tua di hadapannya itu...
Sedari tadi hanya suara lantunan piano yang terdengar samar itu lah yang ia dengar sehingga membuat fokus nya teralih..

Di dalam benak nya, Jennie merasa begitu penasaran dengan sosok yang masih berkeliaran di saat jam masuk seperti ini.
Bukankah, pelajaran pertama seharus nya sudah di mulai? pikir nya.

Selain rasa penasaran, bagi seorang yang merupakan pecinta piano seperti dirinya, sangat lah disayangkan jika nada-nada indah yang tengah di dengarnya saat ini ,di lewatkan begitu saja.

Mendengar dari lantunan melodi yang tengah di main kan, rasa nya terbilang cukup rumit..membuat dirinya sedikit berdecak kagum.
Ini bukan lagi level bagi seorang pemula, melainkan seseorang yang sudah memiliki skill mendekati luar biasa dalam bermain piano.

Rasanya, Jennie tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas untuk belajar banyak dari orang itu, apalagi jika orang tersebut merupakan seorang murid yang sama sepertinya, wah.. akan lebih mudah baginya untuk bernegosiasi meminta di ajarkan.. pikirnya.

Tapi berapa lama lagi dirinya harus duduk disini? ~ batin nya berdecak kesal.

Ingin rasanya ia segera pergi mencari tahu asal suara tersebut, sebelum sosok misterius itu menghentikan permainannya.
Namun bagaimana cara nya?.

Jennie nampak berpikir sesaat,
Kemudian ia tersenyum disaat ide bagus muncul di pikiran nya.
Sepertinya ia sudah tidak punya pilihan...selainn.

Mengangkat salah satu tangan nya dan, "Maaf pak " ucap nya lantang.

Membuat ruangan tersebut seketika menjadi hening. Sang kepala sekolah yang sedari tadi sibuk menjelaskan mengenai tata tertib sekolah, dengan terpaksa harus mengehentikan ucapan nya, dan kini beralih menatap Jennie.

"Iya nak? ada apa?"  tanya sang kepala sekolah.

Jennie menarik nafas nya sesaat kemudian melirik takut ke arah ketiga saudaranya yang terlihat meleparkan tatapan penuh kebingungan, seakan berisyarat, menanyakan "Ada apa?" pada dirinya.

Jennie membalas tatapan ketiga saudaranya itu dengan menggeleng pelan, kemudian ia menggigit bibir bawah nya gugup.
"Maaf sebelum nya, ini darurat.. sepertinya saya harus pergi ke toilet" Ucap nya sembari berakting lagak nya orang yang kebelet ingin segera buang air besar..

Pria itu memicingkan kedua matanya,menatap sedikit curiga pada dirinya.. membuat jantung Jennie kini berdetak dua kali lebih cepat.

Tak lama pria itu mengangguk "Pergilah ,jangan di tahan" ucap nya.

Ingin sekali rasanya ia bersorak, ia pun segera beranjak dari tempat nya,kemudian membungkuk hormat.
" Terimakasih pak." Ucap nya dan berlalu pergi..

Mr. PianistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang