06

61 4 4
                                    

     "Ini udah jam segini lo, ayo pulang bareng tante aja, ga usah sungkan" Efi, ibu Enzo, tetap memaksa Arleta untuk pulang bersamanya.
Arleta melihat Enzo sebentar, Enzo bahkan tidak melihat sekitar, ia hanya memandang handphone nya sambil memakai earphone. Mungkin ia juga tidak tau bahwa mobilnya dari tadi masih berhenti di depan halte sekolah.
    "Udah ga usah takut sama Enzo, kan ada tante" Efi seakan tau bahwa Arleta takut dengan Enzo.
    "Ini udah semakin sore lo, mama kamu juga belum jemput"
Tiba-tiba handphone Arleta berbunyi, ternyata itu adalah pesan dari mama nya.

Mama : Nak, kamu pulang naik angkot aja ya, mama masih dikantor

Arleta mendengus pelan menerima pesan itu dari mamanya. Arleta bingung sekarang, apakah ia harus pulang bersama Enzo atau memilih naik angkot saja. Setelah berdiam lama, akhirnya Arleta memutuskan untuk pulang bersama Enzo.
    "Nah gitu dong, kenapa ga dari tadi masuk mobil tante, harus mikir lama dulu ya?"
    "Hehe, ya bukan begitu tante, saya ga enak aja sama tante, sama Kak Enzo juga" Entah mengapa Arleta gugup berbicara dengan Efi, apalagi melihat Enzo yang sepertinya tidak menyadari keberadaan Arleta karena dari tadi bermain handphone dengan earphone di telinganya.
    "Santai aja, oh iya, tante itu tau nama kamu dari Enzo, tadi tante tanya ke dia nama kamu, tapi dia sampek sekarang kayaknya belum tau kalo ada kamu di sini, hehee"
Benar dugaan Arleta, Enzo tidak tau keberadaan Arleta. Arleta semakin takut, takut nanti Enzo marah karena Arleta pulang bersamanya.
    "Itu rumah aku masuk ke perumahan Taman Asri ya tante, blok E nomer 20" Arleta segera memberi tau rumahnya, karena Efi belum tau rumahnya.
    "Loh, Ma, kok kita kesini? ini mau kemana?" Enzo tersadar dari dunia maya, jantung Arleta semakin berdegup kencang
    "Kita nganter pulang Arleta dulu, kasian lo, dia nunggu sendiri tadi di halte"
    "Hah? Ya udah lah, terserah mama aja" Enzo pun hanya pasrah dengan apa yang di lakukan Efi itu. Arleta gugup, gugup sekali, rasanya jantung Arleta ingin lepas.

Tak lama kemudian, akhirnya sampai di rumah Arleta, ia segera turun dan membuka pagar rumahnya
    "Tante, ga mampir dulu ke rumah Arleta?"
    "Ga usah Arleta, kapan-kapan aja ya, ini tante buru-buru soalnya"
    "Oh ya udah tante, makasih banyak loh ya"
    "Jangan lupa istirahat ya Arleta"
Arleta kaget, bukan Efi yang menjawab justru malah Enzo, jujur saja, Arleta senang di dalam hati kecilnya
    "Tante pulang dulu ya" Efi pun segera melajukan mobilnya.
    "Assalamualaikum" Arleta memasuki rumahnya dengan salam terlebih dahulu
    "Waalaikumsalam" Emma dan Aldo pun menjawab secara bersamaan
    "Buruan ke kamar nak, ganti baju terus makan" Emma pun menyiapkan makan sore, bukan makan siang karena jam sudah menunjukkan pukul 15.30.
Arleta segera menuju ke kamarnya dan mengganti bajunya.

Pikiran Arleta di penuhi oleh sosok Enzo, ia masih terbayang-bayang wajah Enzo. Arleta bingung dengan sifat Enzo kepadanya, yang kadang cuek tetapi kadang juga ada sedikit perhatian. Jujur, Arleta senang saat Enzo ada sedikit perhatian kepadanya meskipun hanya sedikit. Namun ia tidak ingin terlalu senang, karena takut terjatuh nantinya.

Arleta segera turun dan makan, entah mengapa ia menjadi sangat nafsu makan hari ini.
Setelah selesai makan, ia langsung mencuci semua piring dan kembali lagi ke kamar.
Ia mengecek handphone nya, tidak ada chat dari siapapun, hanya chat grup saja. Arleta berpikir sebentar, ia akan memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Enzo lewat whatssapp, beberapa kali pesan itu dihapus dan tidak jadi dikirim, akhirnya

Leta : Save Kak, Arleta

Arleta pun mengirim pesan kepada Enzo, meskipun hanya sedikit tetapi ia butuh mengumpulkan keberanian terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, ada pesan whatssapp
masuk, Arleta segera mengeceknya

+628534××× : Hai Arleta

Arleta mengira bahwa yang mengirim pesan adalah Enzo, namun bukan. Arleta pun tidak mengenali itu nomor siapa

Leta : Maaf, ini siapa?

Satu detik kemudian, nomor yang tidak di kenal itu membalasnya

+628534××× : Aku Ardi, anak kelas XI IPS-2

Leta : Oh, kaka tau nomerku darimana?

+628534××× : Dari perjuangan wkwk

Leta : Wkwk ada-ada aja

Akhirnya, Arleta pun menyimpan nomor Ardi. Sejujurnya, Arleta tidak terlalu mengenal Ardi, namun ia tau bahwa Ardi menyukainya. Ya, Ardi adalah salah satu kakak kelas Arleta yang menyukai Arleta dari pertama kali ia bertemu dengan Arleta. Saat itu Arleta mengikuti lomba OSN Matematika, dan ia meraih juara 2, saat itu pula Ardi mengikuti lomba yang sama dan meraih juara 1, mereka berdua mewakili sekolah tingkat Nasional.
Saat itulah Ardi mulai menyukai Arleta sampai sekarang.

    Sangat banyak yang menyukai Arleta, salah satunya adalah Ardi. Ardi adalah ketua ekstrakulikuler OSN di SMAN Nusantara, ia ber IQ tinggi sama seperti Arleta, ia pintar sama seperti Arleta. Ardi juga lebih tampan dibanding Enzo, lebih pintar dibanding Enzo. Namun sayang, hati Arleta sudah terpatri pada Enzo, meskipun Enzo tidak tau itu, meskipun Enzo bersikap cuek kepadanya.
Arleta mengecek pesan yang dikirimnya kepada Enzo tadi, namun belum ada balasan. Masih tetap centang dua abu-abu.
Arleta melihat terakhir dilihatnya yang ternyata 'Terakhir dilihat hari ini pada 05.00'
Arleta mendengus pelan, tak lama kemudian Ardi mengirim pesan lagi pada Arleta

Kak Ardi  : Ta....

____________________________________

Semoga suka sama ceritanya hehe😁
Jangan lupa vote, komen dan follow wattpad aku ya
Gomawoo🖤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang