(30) | PSH 🌈

7.7K 326 9
                                    

happy reading:)

🌈🌈

Laki-laki yang baru saja keluar dari kamarnya itu menatap sang ayah yang terlihat sedang membaca koran di ruang tengah.

"Selamat sore, Pah!" sapanya lalu duduk di samping pria itu.

Sang Papa menjawab tanpa melirik cowok itu, "Iya sore, Nak. Tumben kamu ke sini?"

"Pengin aja nemenin Papa. Kebetulan Leo 'kan ada di kamar sama Bi Siti. Andrew juga gak ada kerjaan apa-apa, jadi ke sini deh!"

"Oh gitu," Sang Papa mengangguk kecil.

"Papa kok tumben gak minum kopi? Andrew bikinin ya?"

Tanpa menjawab persetujuan Papanya, Andrew segera bangkit menuju dapur untuk menyeduh kopi kesukaan sang Papa.

"Nih, Pah kopinya! Pasti enak deh kalau buatan Andrew!"

Cowok itu meletakan segelas kopi di atas meja yang dengan segera diambil sang Papa.

"Kamu ada-ada aja."

Darma terkekeh lalu menyeruput kopi yang dibawakan anaknya.

"Gimana rasanya, Pa?"

"Seperti biasanya kok," Darma mengurut pelipisnya. "kok mendadak pusing gini, ya?"

"Ha? Pusing, Pa?"

Andrew sontak panik lalu mendekati Papanya.

"Iya, pusing gak tau kenapa."

Darma meringis lalu tak lama kemudian pria itu terlelap.

"Pa? Papa kenapa? Pa, bangun, Pa?"

Andrew menggoyangkan tubuh Darma berusaha untuk menyadarkan Papanya. Namun Papanya tak kunjung bangun. Andrew mendesah lalu menatap Papanya dengan tatapan menyesal.

Sebelum Andrew menyuguhkan kopi untuk Darma, dia dengan sengaja memasukan obat tidur ke dalam kopi tersebut.

"Maafin Andrew ya, Pa. Ini juga buat kebaikan Papa."

___

Mata pria yang sudah tertidur dua jam itu perlahan-lahan terbuka. Dia merasakan perih di pergelangan tangannya. Saat ia menoleh ternyata tangannya diikat oleh sebuah tambang.

"Apa-apaan ini?"

Pria tersebut mencoba untuk melepaskan ikatan tambang itu namun terasa sia-sia. Dia menggerakan kakinya, namun sama saja karena kakinya juga diikat.

Kepalanya perlahan mendongak menatap sosok perempuan yang sedang tersenyum menatap dirinya.

"Athala?"

"Halo Om, ketemu lagi!" Tawanya tiba-tiba menggelegar.

"Kamu apakan saya?!" Darma naik pitam.

Gadis itu pura-pura ketakutan, "Uh, takuuuut," Tawanya keluar sekali lagi.

"Kamu beneran Athala? Anak dari Sinta?" tanyanya meyakinkan.

"Seperti yang Om liat," Athala mendekati Darma.

"Kamu bukan Athala!" Darma terlihat tak percaya. Tapi wajahnya terlihat sangat mirip dengan Athala. Suaranya pun sama. Meskipun gelap, samar-samar Darma melihat seragam yang dikenakan Athala. Seragam tersebut sangat berbeda dengan seragam yang sering Andrew kenakan.

Pelangi Setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang