(22) | PSH 🌈

10.6K 539 26
                                    

happy reading:)

🌈🌈

Di sebuah ruangan kelas, seorang laki-laki nampak gelisah seraya terus-menerus melirik jam tangannya.

"Kenapa bel pulang lama banget, sih?" gerutu Davin dalam hati.

Tak lama setelah itu, bel berbunyi dengan nyaringnya. Davin segera bangkit lalu menyampirkan tas di pundaknya. Cowok itu langsung berjalan keluar kelas mendahului Pak Hendra.

Baru beberapa langkah, Davin dikejutkan dengan Gita yang berteriak dan diseret kuat oleh Bundanya. Ternyata gadis itu menyadari Davin, kemudian dia diam, tidak lagi memberontak. Gadis itu tersenyum sinis pada Davin ketika melewati dirinya lalu berhenti di hadapannya.

"Kali ini lo menang Dav. Selamat lo berhasil membuat gue dikeluarin dari sekolah. Tapi lo jangan seneng dulu, gue bakalan tetap hancurin Athala! Hanya gue yang bisa jadi milik lo?! Lo hanya milik gue?!"

Bunda Gita terus menarik anaknya ketika dia mulai memberontak lagi. Bahkan dia sudah mulai bosan dengan kelakuan anaknya itu. Kenapa dia tidak bisa berubah? Lalu kali ini final. Gita sudah banyak berulah di SMA Bakti Mulya. Dia bukan saja mencelakakan Athala, dia bahkan melakukan aksi bullying kepada adik kelas. Untuk itu para guru sepakat untuk mengeluarkan Gita dari sekolah, agar tidak banyak lagi korban yang menjadi sasaran gadis itu.

Sedangkan Davin menatap penuh kebencian ke arah Gita yang kini sudah tak terlihat lagi di belokan koridor. Itulah kenapa dia membenci Gita. Dia mengaku mencintai pada Davin, namun nyatanya dia hanya terobsesi.

Nyatanya manusia mengatasnamakan cinta demi sebuah obsesi. Kadang cinta bisa selucu itu.

Davin melangkahkan kakinya di koridor rumah sakit tempat Athala dirawat. Tubuhnya masih terbalut dengan seragam sekolah, pertanda dia belum pulang ke rumahnya. Cowok itu membuka pintu ruangan Athala yang sudah dia hapal di luar kepala.

Senyuman Athala menyambut kedatangan Davin. Cowok itu membalas dengan senyuman cerah seperti biasanya.

"Hai!" ujarnya.

Cowok itu duduk di samping brankar Athala. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua. Entah kemana Zero dan Sinta pergi. Mereka seakan membiarkan dirinya menikmati waktu berdua bersama Athala.

"Gimana udah baikan?"

"Lumayan sih!"

Davin hanya mengangguk sebagai jawaban. Keadaan hening kembali. Mereka mendadak canggung.

"Lo nggak pulang dulu?"

"Enggak ah!"

"Kenapa?"

"Kangen."

"Sama siapa?"

"Sama Suster Muti."

"Ih lo mah malah ngangenin suster!" Athala mengurucutkan bibirnya kesal.

"Ya, kangen sama lo lah. Gimana sih?" ucap Davin gemas.

Athala sontak terbahak mendengar penuturan Davin.

"Malah ketawa lagi!"

"Abisnya lo lucu banget sih, hahaha!"

"Gue emang lucu kok, baru nyadar emangnya?"

"Jijik gue!" Athala menampilkan ekspresi ingin muntah." oh iya Dav, gue mau nanya dong."

"Nanya apa?"

Gadis itu berdehem lalu berkata dengan hati-hati. "Emm, sebenarnya siapa sih yang ngunciin gue di gedung belakang?"

Hening.

Pelangi Setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang