Di dalam ruangan, tepatnya sebuah ruang tamu dengan cerobrong penghangat ruangan dan kursi-kursi yang terbagi menjadi dua mengikuti dua sisi rungan, dua orang duduk di sisi kanan dan dua otang lainya di sisi kiri yaitu Mitshude dan Kiki yang bermain catur di sisi kanan dan Shirayuki yang mengobati luka Zen di sisi lain.Misthude dan Shirayuki sama-sama serius dengan apa yang mereka lakukan meskipun apa yang mereka lakukan berbeda.
Misthude serius memainkan catur bersama Kiki sedangkan Shirayuki serius mengobati luka Zen. Pria tampan yang di obati itu, terlihat santai berhadapan dengan Shirayuki sambil berbicara ringan, "ini adalah rumah kosong tapi kami sering main ke sini. Terus yang kalah main catur disana adalah Mistuhide."
Benar saja satu langkah Kiki menggerakan anak caturnya ia membuat lawannya kerkejut lalu kecewa padahal ia bermain santai dengan satu tangan memegang cakir teh, "dan yang menang mudah adalah Kiki." Lanjut kalimat Zen saat Kiki meminun cangkir tehnya sedangkan Mistude menunduk lemas.
"Zen, bagaimana kau bisa tahu aku kalah, padahal kau tak melihatnya?" Misthude terlihat kesal sambil memandang Zen tepatnya punggung pria berambut Silver itu.
"Pakai perasaan." Jawab Zen masih membelangki Misthude dan Kiki karena masih di obati.
"Kamu kalah." Timpal Kiki dan sukses membuat Misthude mengebungkan pipinya seperti ikan balon yang tengah berhadapan dengan musuh.
"Dan selesai." Kata Shirayuki setelah selesai melilitkan perban pada tangan Zen.
"Kau cukup cekatan dalam hal ini ya, Shirayuki." Puji Zen sambil melihat perban yang dililitkan Shirayuki pada tangan kanan dengan cepat dan rapi.
"Aku sudah biasa dalam hal ini, aku sudah bilangkan, aku seorang ahli obat?!" terang Shirayuki sedikit kesal, mungkin karena tuduhan Zen yang mengecapnya sebagai perracik racun.
"Benar juga ya, jadi kenapa seorang ahli obat sepertimu kabur dari rumah?" tanya Zen seperti terdengar balasan dendam, namun sebenarnya hal inilah ingin di ketahuinya.
Shirayuki terdiam bahkan memberhentikan tangan kanannya yang melilitkan perban pada tangan kirinya, "alasannya tidak penting." Jawannya dengan mata dan tangan kanan yang terfokus pada tangan kirinya.
"ehh..." Zen sedikit kecewa karena tak mendapat jawaban seperti yang diinginkanya
"Aku ingin jalan-jalan sebentar." Shirayuki seperti sedang kabur dari pembicaraan yang membuatnya tak nyaman.
♡♡♡
Burung-burung bersahutan dengan merdu diiringi nyanyian aningin Shirayuki menikmatinya dengan berjalan santai menghirup udara segar yang terasa menyejukan, "jadi?" Tanyanya sambil menengok ke samping.
Ternyata ia tak sendiri seorang pria tampan berwajah cerah bermata biru laut perpaduaan biru langit mengikutinya dan dia adalah Zen, "kenapa kau mengikutiku?"
"Harga diriku sebagai pria bisa hancur jika membiarkan seorang wanita pergi ke hutan sendirian." Jawab Zen yang malah terdengar gombalan untuk gadis disampingnya sambil membantali tengkuknya dengan kedua tangan terlipat.
"Aneh. Aku sudah terbiasa pergi ke hutan dan gunung semenjak aku belajar menjadi ahli obat."
Shirayuki sedikit berlari dan berputar dengan kedua tangan ke atas lalu menjajarkannya dengan kepala namun arah sedikit menyerong seperti gerakan sang ahli sulap yang berhasil menujukan keajaiban sulapnya dan seakan mengerti maksud Shirayuki angin lembut meniup dedaunan dan ujung rambut.
Dia benar-benar terlihat senang dengan apa yang di lakukannya tanpa beben sedikit pun, senyuman manisnya mengebang dari bibir tipisnya. Setelah angin bertiup selesai ia menyilangkan tangannya ke belakang dan merubah posisi nya kesamping lalu bersandar pada pohon di belakannya sambil memejamkan matanya, "waktu dan angin disini berbeda dengan yang ada di kota, terasa lebih menyenangkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akagami no Shirayukihime
RandomDi pinang seorang pangeran yang tampan, siapa yang tak mengiyakannya? Setiap wanita pasti pernah bermimpi menjadi putri kerajaan dan hidup bahagia selamanya, seperti cerita dongeng. Tapi tidak dengan Shirayuki, gadis cantik secantik rambut merah ape...