Di sebuah villa megah bergaya klasik dengan atap biru dan tembok putih ada sebuah kereta kuda dan dua pengawal bersenjata pedang berada di halaman depannya.
"Waow... aku benar-benar takjub." Petik Raj sambil melihat rambut Shirayuki dari dekat yang menjadi perhatiannya adalah rambut Shirayuki yang hanya sepanjang bahu, "rambut yang kau tinggal itu asli, ya?"
"Eng, bagaimana penawar untuk teman saya?" tanya Shirayuki langsung ke intinya setelah pria yang mengesalkan tapi tampan di depannya berpaling akan meninggalkan tempatnya.
"Ya, tunggu dulu." Raj bersandar pada kursi beralas biru lalu mendudukinya dengan kaki menyilangkannya, "sebenarnya, Nona Shirayuki dunia ini adalah kenyataan yang kejam, saat aku melamarmu dan kau malah lari membuat bahan olokan di istana dan kota. Karena itu membuat pandangan orang-orang turun padaku, tapi rumor itu tidak bisa di bantah karena kesalahanmu."
"Jadi, demi mengembalikan nama baikku, aku ingin kau menjadi selirku." Jelas Raj dengan panjang yang langsung membuat Shirayuki tak nyaman, "Walau kau hanya seorang gadis rendahan aku tak mau di permalukan oleh gadis, jadi inilah solusi yang aku ambil dengan berat hati.
"Saya tak salah dengar?" Tanya Shirayuki kembali yang tak percaya tentang apa yang di katakananya padanya, tapi ia mengesampingkan itu semua karena tujan awalnya kemari adalah, " yang terpenting bagaimana penawarnya? Bagaimana saya dapat mendapatkannaya?"
"Ah, benar juga kalau kau menyetujuinya, aku akan langsung memberikannya." Jawab Raj sambil memaikan jarinya dengan sebuah apel yang di ambilnya pada cawan buah yang ada di sampingnya.
"Atau kau ingin memberikan benda ini." Apel yang tadinya di tujukkan di depan mata Shirayuki, sengaja tangan kanan pria itu menjatukannya terjun bebas mengelinding ke lantai kearahnya.
Saat bersamaan "Warna merah itu seharusnya menjadi warna tadirkan? Walau saat ini menyusahkan. Tapi suatu saat bisa membuatmu terhubung dengan sesuatu." Shirayuki teringat perkataan Zen saat di hutan.
"Aku tak akan menjalaninya seperti yang dikatakan seseorang padaku." Batin Shirayuki sambil menggegam kedua tangannya yang tak berhenti bergetar.
"Hmmm..." Raj mendekati Shirayuki lalu menyikirkan apel merah itu dengan kakinya dan menggerakan tangannya meraih rambut merah Shirayuki, "sekarang aku tahu kau adalah gadis yang sangat menarik karena itu, aku tak ingin kau jauh dari ku."
Kepalan tangan Shirayuki di lemaskannya lalu Prekk... digunakan tangan itu untuk menangkis tangan Raj yang hampir menyentuh rambut merahnya.
"Ap-pa ini?" Raj terlihat terkejut dengan apa yang di lakukan Shirayuki.
"Ah maaf saja, Pangeran Raj. Jika anda mengingikannya, silahkan ambil sesuka anda."
"Tunggu menjauh..." Teriak seorang dari balik pintu yang membuat pandangan mereka tertuju pada arah suara. Dan saat pintu terbuka...
"Aku menolaknya!" kata seorang pria dengan lantang sambil mengegam pegangnya. Pria yang bermata biru mempesona itu mendorong pengawal Raj dengan kaki nya hingga pintu terbuka.
Dan pria bermata itu adalah, "Zen!" Panggil Shirayuki dengan wajah terkejut, tak hanya dia tapi Raj juga.
"Brengsek..." Kata pengawal itu sambil melepas sarung pedang dan mengarahkannya pada Zen.
Namun dengan mudah Zen menahanya dengan menjadikan pedangnya sebagai perisai dan setelah mematahkan pertahan pria berambut runcing di depannya, Zen bergerak kesamping dengan gesit dan cepat untuk menghindari serangan selanjutnya.
Tanpa menarik pedang dari sarungnya Zen memukul Pengawal itu hingga tak sadarkan diri, kejadian yang begitu cepat Zen mengakhirinya dengan kamenangan.
"Bisakah kau berhenti mengucapkan kata kotor itu ke telinga seorang gadis?" Kata Zen sambil berbalik kerah mereka dan membuat ujung rambutnya menari indah serta membuat bola matanya birunya terlihat indah bersinar seperti intan.
"Zen!" Panggil Shirayuki sambil berlari kearah pria berambut silver itu.
"Hay Shirayuki..." Jawab ramah Zen saat gadis bermata hijau daun yang menenangkan itu sampai di depannya sambil menujukan tangan kanannya, tempatnya tangan dengan pita perban yang terlepas pada ujungnya, "Ikatkan ini untukku.
"Eh, tunggu sebeum itu, bagaimana dengan tubuhmu?" Tanya Shirayuki yang menyikir ke samping Zen dengan mata hijau masih penuh yang khawatir.
"Tubuhku sudah kebal pada racun untuk berjaga kalau aku teracuni." Jelas Zen masih merentangkan tanganya.
"Tapi-." Sepertinya gadis di sampingnya masih tak puas jawab Zen, tapi kata itu terpotong.
"Begitu ya." Sambar Raj yang memotong perkataan Shirayuki sambil mengakat tangannya dengan angkuh, "jadi kau pria yang teracuni, sayang sekali padahal rencanaku membuat Shirayuki tak bisa bergerak dan membawa pulang."
"Oh jadi kau yang memberikan racun itu ya?"
"Perhatikan caramu berbicara kepadaku!" Ucap Raj marah karena Zen yang mengtakanya dengan informal, "perhatikan perbedaan derajat antara kita!"
"Maafkan saya, pangeran pertama Tanbarun, Tuan Pangeran Raj Schenazade." Kata Zen formal menuruti tuntutan Raj sambil memajukan tubuhnya setelah Shirayuki selesai mengikat perban Zen diikuti Kiki dan Misthude yang berada di belakanya membuat pose sudut segitiga, "ini memang merepotkan, tapi perkenalan saya adalah..."
Sambil menujukan pedangnya di depan Raj yaitu pedang hijau tua dengan ukiran emas pada kedua sisi dan tengahnya dengan posisi herisontal. Ada satu icon yang menjadikannya istimewa yaitu lambang yang terletak di tengah pedang.
"Lambang itu..." ucap Raj dengan menyipitkan pandangannya dan nada bicara yang bergetar.
"Pangeran kedua dari Kerajaan Clarines, Zen Westeria!" lanjut Zen masih menujukan pedangnya.
"Ke-Ke-Dua.." Ulang Shirayuki seolah tak percaya.
"P-pangeran.." Ucap Raj terbata dan mulai pucat lalu membiru.
"Apa kau mengenaliku, Zen? Satu tambah satu, berapa?" Tanya Shirayuki khawatir, seperti Misthude saat Zen terjatuh tadi, mungkin takut lupa ingatan gara-gara di racuni.
Zen mengela napas panjangnya dan menurukan pedangnya lalu berbisik pada gadis cantik di sampingnya itu, "aku serius, Shirayuki."
"Tapi aku tak pernah menyangkan akan diracuni oleh pangeran dari negri tetangga, Pangeran Raj." Sindir Zen sambil melirik kearah sasarannya yaitu Raj, lirikan tanjam juga di sematkan oleh Kiki dan Misthude.
"A-aku... maksudnya saya tidak memiliki racun apapun." Dusta Raj masih dengan kata terbata setelah Zen melangkahkan kaki mendekatinya.
"Disini banyak barang buktinya." Kata Kiki dengan menggegam pedang dengan erat terlukis jelas kesesalannya karena Raj masih saja mengikari perbuatannya, Misthude pun menabahkan, "kita bisa melakukan penyelidikan resmi."
"I-itu..." Kata Raj dengan kedepan seperti menghentikan sesuatu dan mimik ketakutan, setelah Zen semakin mendekatinya.
"Kalau begitu kenapa kita tak membuat penawaran saja, pangeran bodoh." kata Zen yang sedikit mengandung umpatan di dalamnya, karena kekesalannya pada Raj, "kalau tidak mau tindakan bodohmu sampai terbongkar luas, maka berjanjilah tak akan mendekati Shirayuki atau menyebut namanya lagi."
"Bagaimana kau bisa mengenal-." BraKkkK... Raj kejungkal kebelakang hingga membuka pintu belakang kursi yang didudukinya dan tubuhnya terlempar ke luar dan menabrak tembok pembatas teras villa.
Bukan tanpa sebab, kejadian memalukan itu karena Zen yang kembali menujukan pedangnya tepat di matanya, tepatnya lambang pada pedangnya yang hampir mencolok matannya.
"B-Baiklah! Aku berjanji!" Jawab Raj mengalah karena mengerti kekesalan Zen, tepatnya posisinya kini yang terdesak.
"Shirayuki, ada banyak hal yang ingin kau katakana padanyakan." Kata Zen sambil menengok kearah Shirayuki dengan pandangan lembut dan senyuman manis, "kalau mau protes, sekaranglah saatnya. Lepaskanlah semuanya."
♥♥♥
*
Kamus Kata
Villa :
Bonus
Pedang Zen
KAMU SEDANG MEMBACA
Akagami no Shirayukihime
RandomDi pinang seorang pangeran yang tampan, siapa yang tak mengiyakannya? Setiap wanita pasti pernah bermimpi menjadi putri kerajaan dan hidup bahagia selamanya, seperti cerita dongeng. Tapi tidak dengan Shirayuki, gadis cantik secantik rambut merah ape...