Sementara dibawah istana, tepatnya disebuah sebuah kota yang padat dengan aktivitas orang-orang bekerja, meteka berlalu melewati bangunan luas dengan yang terbagi dalam empat pintu berwarna toska dan coklat yang berselingan.
Pintu coklat paling pojok terbuka seorang anak dengan kaos hijau keluar dengan senang. " Kakak terimakasih." Ucapnya sambil melompat dengan senangnya dengan kedua tangan ke atas, ia tak sendiri seorang wanita setengah baya yang ikut keluar bersamanya menunduk memberi hormat.
"Jangan lupa minum obat ya?" nasihat seorang yang ada di dalam, dia adalah seorang gadis dengan rambut merah panjang yang diuntai kebelakang dengan pita unggu, atasan perpaduan putih biru yang selaras dengan celmek yang mengikar pada pinggangnya.
Suasana di dalam tak kalah ramai dengan aktivitas di luar semua orang mengantri untuk mendapat giliran. Seorang pria tua dengan rambut panjang kelabu yang di kucir kebelakang merapikakan bukusan kecil yang menyerupai amplop, kemudian memasukannya di dalam tas.
"Sampai jumpa Shirayuki." Kata pria itu
"Ya, semoga cepat sembuh." Katanya dengan senyuman tulus.
"Maaf menunggu." Kata Shirayuki dengan sopan pada seorang wanita dengan rambut yang sudah memutih karena beruban, wanita tua kini duduk di bangku dengan segelas teh hijau diatas meja yang berada di depannya, "selanjutnya obat untuk anda, Nenek Kino."
"Tidak perlu, aku hanya ingin melihat rambutmu cantikmu." Kata nenek Kino yang terus memandangi Shirayuki tepatnya pada rambut panjamg merahnya yang semerah apel.
"Tapi karena anda sudah disini, saya akan menyiapkan obat untuk Anda." Tangan Shirayuki cekatan memilih obat dalam botol kaca yang ada depannya tepatnya pada rak hijau tua kedua dari bawah.
"Saya mendapat obat bagus jadi tolong terimalah." Satu tangan yang mengegam sebuah botol
" Kamu ahli obat yang sangat baik, Nak." Ucap haru nenek Kino sampai air matanya menetes, "andai saja nenek dan kakekmu yang sudah meninggal dapat melihatmu." Sambil menghampus air matanya dengan sampu tangan coklat dari sakunya tapi sia karena malah lebih deras.
" Nenek Kino.." Shirayuki berusaha menenangkan Nenek Kino yang berdiri dan terlihat panik, "aku baru ingat, tadi aku sedang merebus sup."
" Eh..." Shirayuki pun tak kalah panik hingga reflek memajukan tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu pada meja.
" Ah, gawat, gawat.." Nenek Kino sambil berlalu dengan senyuman.
"Nanti saja aku berikan." Senyuman dari wajah Shirayuki lalu kembali melanjutkan aktivitasnya setelah Nenek Kino pergi, krek... suara pintu terbuka
"Anda melupa-" Shirayuki tak melanjutkan perkataannya setelah berbalik kearah pintu, selajutnya wajahnya terlihat terkejut, seorang yang datang bukan orang yang di harapkannya.
"Istri muda... Pangeran Raj?" tanya Shirayuki sedikit binggung sampai membelokan lehernya yang membut kepala nya hampir menyentuh pundak kanannya.
"Ya, tepatnya selir Pangeran Raj." Jawab prajurit kerajan yang bertubuh kekar dengan memelokan kepala, meniru Shirayuki.
"Aku tak percaya beliau tertarik pada gadis kota sepertiku hanya karena rambutku." Kata Shirayuki yang tanpa sadar melangkahkan satu kaki kedepan dan tangan di dadanya dan satu tangannya lagi sedikit terangkat dan mengepal, "saya hanya akan membuat malu Pangeran Raj."
Mendengar penolakan halus dari Shirayuki sang pengawal kesal, "Pangeran Raj tertarik padamu." Dia memajukan badanya membuat Shirayuki ketakutan hingga memundurkan badannya beberapa langkah hingga menabrak meja di belakangnya dan tersungkur.
"Besok kau harus hadir ke istana secara formal." Sang pengwal mengegam erat pedangngnya tersimpan di samping pingganya, dan gertakan itu sukses membuat lawannya ketakutan hingga berkeringat dingin.
"Selagi masih sempat percantik dirimu." Permintaan yang bernada seperti perintah dengan wajah bringas, tapi syukurlah ia tak melanjutkan aksinya untuk lebih menakuti lawannya bicaranya itu, ia langsung bergegas pergi menuju pintu keluar saat terdengar pintu tertutup, terlihat ketenangan dari wajah pucat gadis muda itu dan dihembuskannya nafas panjangnya.
Sinar mentari menampilkan persembhan terakhirnya, yaitu sinar jingga yang menembus dari jenndela kaca yang beriringi bunyi lonceng yang mencoba menghibur seorang gadis cantik bermata hijau daun dan berambut merah apel itu.
Tak isa-sia gadis yang tadinya hanya teridiam sedih merunduk meratapi nasipnya di sela bangku itu kini kembali bangkit, di ambilnya beberapa botol kaca obat dari rak di belakangnya, botol berisi cairan hijau tua di tuangkan pada gelas kaca bening tak lupa di atasnya di beri kain putih untuk menyaring ampas cairan hijau tadi. Tangannya cekatan mengambil tanaman kering dan meletaknya pada salah satu sisi neraca¹ kemasan, setelah sejajar dengan sisi yang lain ia meletekannya isi kedua sisi itu pada sebuah mangkuk kecil.
"Untuk Nenek Kino obat untuk meredakan sakit punggung dan meredakan radang saluran pernapasan." sambil menghaluskan isi mangkuk dengan tumpukan putih senada dengan mangkuknya, "di tempat Yuri ada seorah ayah dan bayi yang terkena flu."
Di keluarkan nafas panjang setelah selesai mengemasi semua obat dalam bungkusan kertas yang menyerupai amplop. Lima amplop itu lalu disusun rapi di atas meja kayu tak lupa, rangkaian huruf untuk siapa obat itu di buat yang tertulis dengan tintan hitam.
Saat berbalik dilihatnya bayangan dirinya pada kaca jendela, bola matanya terfokus pada rambut panjang merahnya yang di untai dengan pita ungu. Dilampirkannya rambut itu pada bahu mungilnya, sementara jari-jari kanannya mengait kedua lubang gunting, "sebenarnya bukan salahmu." Di satukanny dua pisau gunting yang menghimpit untaian rambut merah miliknya dan krek.....
♡♡♡
Sebelum subuh datang Shirayuki telah siap dengan hooldie cream yang menutupi kepalanya, yang hampir menutupi outer² merah muda yang perbaduan merah dan putih menyerupai celana yang dikenakannya, sedangkan inter³ hitamnya terlihat menjadi pusat perhatian. Bahunya bertenger tas coklat yang senada dengan warna sepatu yang ia kenakan.
Dia siap di ambang pintu di sampingnya terdapat jendela dua jendela yang mengapitnya, sebenarnya tak ada yang istimewa dari kedua sisi jendela itu, kecuali di sisi kiri jedela terdapat untaian rambut dengan pita warna ungu menyerupai renda hooldie yang di kenakan Shirayuki. Di tariknya ujung kenop pintu, "selamat tinggal Tanbaru."
Dari jalan berbukitan Kerajaan Tanbaru terlihat indah, tok... tok... tok suara kuda yang menarik kerta yang berisi jerami dengan seoarng kusir pria setengah baya namun ada sedikit berbeda, seorang gadis dengan holldie yang menutupi kepala sambil memakan bekalnya terduduk di belakang jerami, ya gadis itu adalah Shirayuki.
Melewati benteng perbatasan kerajaan, jembatan dan perjalan yang jauh sampai di sebuah tepi jalan menuju hutan, kereta itu menurukannya seseorang. Dengan menunduk sebagai tanda hormat sekaligus termakasih Shirayuki mengantar seorang kusir yang berbaik hati mengantarnya ke tempat tujuaannya.
Selangkah demi selahkah kaikinya mengantarnya menusuri hutan, kepalanya menengok kiri dan kanan, ia tersiam setelah melihatnya sebuah rumah tak jauh dari posisinya.
"Permisi! Permisi!" kata Shirayuki sedikit berteriak sambil mengetuk pintu yang terbuat dari kayu coklat yang terlihat tebal itu, "apa ada orang?"
♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Akagami no Shirayukihime
DiversosDi pinang seorang pangeran yang tampan, siapa yang tak mengiyakannya? Setiap wanita pasti pernah bermimpi menjadi putri kerajaan dan hidup bahagia selamanya, seperti cerita dongeng. Tapi tidak dengan Shirayuki, gadis cantik secantik rambut merah ape...