2

89 21 12
                                    

Motor ninja berwarna merah tiba-tiba berhenti di sebuah rumah mewah. Pengemudinya segera turun dari motornya kemudian memasuki rumahnya.

"Dari mana saja kamu hah? Kenapa baru pulang?" Belum sempat masuk, ia sudah dihadang oleh pria paruh baya dengan beberapa pertanyaan

"Ini sudah jam 8 malam! Bukan jam anak sekolah seharusnya pulang!" Lanjutnya

Tak ada jawaban apapun

"RAVEL JAWAB!" Bentak pria itu yang tampaknya mulai emosi karena lawan bicaranya sama sekali tak angkat suara

"Bukan urusan papah" jawabnya dingin, raut wajahnya datar, sangat datar. Jawaban itu semakin menyulut emosi papah-nya

"HEH KAMU TUH SAMA ORANG TUA HARUS SOPAN!" Bentaknya
"KAMU DIAJARIN SOPAN SANTUN KAN, HAH? MAU JADI APA KAMU? JADI ANAK DURHAKA ? IYA? HAH?!" Nada bicaranya meninggi, rahangnya mengeras tangannya mengepal yang siap landas melayangkan pukulan ke wajahnya yang dingin itu, namun sebagai seorang ayah, untung saja masih bisa mengontrol emosinya itu.

Bukannya takut, Ravel justru tak peduli dengan perkataannya. Ia malah menerobos masuk ke dalam rumah, kemudian langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Tanpa menengok ke arah papahnya yang masih mengomelinya. Hal itu tentu membuat jengkel papahnya. Bahkan semua orang tua pun pastinya akan jengkel jika anaknya berperilaku seperti itu.

"RAVELL!!!! PAPAH AKAN KASIH PELAJARAN BUAT KAMU!!!"
Teriak papahnya yang terdengar dari bawah karena saat ini Ravel sudah berada di kamarnya. Namun Ravel sama sekali tak menghiraukan perkataannya.

Sebenarnya, ada rasa bersalah yang mengguncang dadanya. Mengapa ia selalu enggan berbicara dengan papahnya?
Dikamar, Ravel langsung mengganti seragamnya dengan kaos oblong berwarna hitam, dengan celana pendek selutut yang berwarna coklat. Kemudian ia berbaring di kasurnya sambil memejamkan matanya, otaknya sibuk memikirkan dirinya yang aneh. Ya, aneh!
Ravel adalah sosok yang cool, patuh dan tak suka membantah orang tua. Namun berbeda dengan Ravel sekarang. Yang sering membantah perkataan Ayahnya. Bukan hanya itu, Ravel juga enggan berbicara dengannya. Padahal, diluar rumah Ravel menjadi sosok yang berbeda 180°. Bukan wajahnya, tetapi sifatnya. Bersama teman-temannya yang konyol, ia menjadi pribadi yang ceria, anti jaim bahkan tak ada kata dingin untuknya. Disekolah juga ia dikenal dengan kepribadian yang mudah tersenyum, ramah dan konyol. Ravel memang most wanted di sekolahnya, itu sangat patut jika terjadi padanya. Bagaimana tidak? Secara fisik bisa dikatakan perfect.
Tubuhnya menjulang tinggi, kulitnya putih kebule-bulean, rambutnya pirang, hidungnya mancung, alisnya tebal ditambah bibir tipisnya yang mudah tersenyum membuat semua cewe yang melihatnya langsung klepek-klepek saat itu juga.
Satu hal yang patut dibanggakan lagi yaitu, meski tampangnya yang ganteng, ia bukan tipe cowo playboy seperti kebanyakan cowo disekolahnya. Ia paling anti jika melihat cewe menangis, sehingga ia cuek kalau masalah cewe, meski ia selalu dikerubungi banyak cewe cabe-cabean yang selalu menggodanya, mengejarnya bahkan mengutarakan perasaanya secara blak-blakan. Hal itu justru membuat Ravel bergidik jijik.

"Tok tok tok"
Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu
Ravel membuka matanya, lantas bertanya pada si pengetuk pintu tersebut

"Siapa?"

"Ini bibi den, mau anterin makanan"
Sahut orang itu yang ternyata Bi Ipah, pembantu di rumahnya.
Ravel yang merasa dirinya memang sedang lapar karena ia sejak tadi siang belum makan, hanya memakan makanan ringan yang tak mengenyangkan. Ditambah, ia terus latian basket untuk sebuah pertandingan. Pulang sekolah ia langsung mampir ke rumah Juna bersama teman-temannya untuk bermain PS hingga ia lupa waktu. Dan itu penyebab ia dimarahi ayahnya karena pulang telat.

Tanpa menunggu waktu lama, Ravel langsung membukakan pintu

"Makasih ya Bi, berkat Bibi Ravel bisa makan hehe" ucap Ravel penuh kegirangan

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang